Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

BUTA INSAN PERS

Gambar
Buta Insan Pers   Oleh: Budi Susilo Meminjam ungkapan Raja Dangdut, Roma Irama, “ Sungguh terlalu ! ”. Ya sungguh terlalu, bagi mereka yang memamerkan aksi kriminalitas di sebuah kantor redaksi Televisi Lokal di Gorontalo, Mimoza Multimedia, Selasa malam (25/9/2012). Mereka itu, berdasarkan pengakuan beberapa saksi, lebih dari lima orang melakukan penyerangan, merangsek masuk ke dalam kantor studio sekitar jam 9 malam. Tanpa penjagaan ketat dari keamanan kantor Mimoza TV, mereka di dalam ruangan membanting-banting kursi juga mencoba memukul. Gedung Mimoza Tv Gorontalo beralamat di Jalan HB Jassin_budisusilo Bahkan seorang dari mereka, ada yang terbukti menikam seorang tokoh politisi yang menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Gorontalo, yang juga merupakan kader partai politik Golkar. Terlepas dari analisis motif politik tertentu, tetap saja perbuatan mereka “ Memang biadab ! ,”.  Inilah lontaran ejekan yang pantas mereka sandang. Pasalnya,

WAJAH TANI GORONTALO

Gambar
Wajah Tani Gorontalo Oleh: Budi Susilo Hidup petani, sejahterahlah petani. Tegakan Undang-undang Agraria, demi keadilan bagi Petani. Tema-tema inilah yang berkumandang kencang keseluruh penjuru nusantara dalam memperingati hari Tani Nasional, termasuk di Kota Gorontalo, Senin (24/9/2012), oleh elemen mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Tani, sebuah kata yang memiliki arti kegiatan mata pencarian bercocok tanam. Jaman sebelum proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, dibangga-banggakan Indonesia itu sebagai negara yang berkarakteristik agraris. Nenek moyang kita bertani, mengandalkan hidup dari hasil bertanam tumbuh-tumbuhan. Tapi ada yang berbeda belakangan ini, pekerja petani itu dianggap warga masyarakat rendahan yang tidak berpendidikan formal tinggi. Lihat saja, jebolan dari fakultas pertanian di perguruan tinggi apakah ada yang mau turun ke tanah jadi petani ? Bukankah dari kebanyakan mereka itu hanya terjun di ladang rez

ANTARA POLITIK JAKARTA DAN GORONTALO

Gambar
Antara Politik Jakarta dan Gorontalo Oleh: Budi Susilo Kisah menarik dalam perpolitikan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tahun 2012 ini, kandidat-kandidat yang bertarung satu sama lain menunjukan taji sebagai politisi tangguh yang mampu menawarkan berbagai solusi persoalan Jakarta. Sejak masa sebelum kampanye, mereka para kontestan berlomba-lomba berinovasi dalam upaya membangun terobosan program memajukan kota. Di antaranya mengenai soal banjir, pemantapan transportasi massal, ruang terbuka hijau juga pendidikan dan kesehatan warga. Spanduk pencitraan diri bertebaran di dekat Gorontalo Mall_budisusilo Sebenarnya inilah yang diharapkan seluruh rakyat Indonesia. Bentuk dari pencerdasan politik Indonesia. Berpolitik mengandalkan jargon-jargon program solusi atasi persoalan. Bukan lagi eranya gontok-gontokan, rebutan pengaruh untuk kekuasaan yang berujung pada kerusakan. Bayangkan apa yang kini sedang terjadi di provinsi Gorontalo. Masuk di tahun 2013 nanti, akan a

ROKOK JANGAN MEJENG

Gambar
Rokok Jangan Mejeng Oleh: Budi Susilo Sejak di mekarkan menjadi provinsi tersendiri, Gorontalo berusaha terus berinovasi. Termasuk di Kota Gorontalo, selalu ingin menunjukan sebagai ibu kota provinsi Gorontalo yang dinamis. Kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Pohuwato, Gorontalo Utara, Bonebolango dan Boalemo seakan tak mau kalah juga, terus berlomba untuk menuju daerah yang termaju di provinsi Gorontalo. Kemajuan suatu daerah terkadang juga diukur dari pendapatan asli daerah. Lewat pendapatan inilah, daerah peroleh pemasukan keuangan, yang nantinya menjadi modal bagi proses pembangunan daerah tersebut, misal di antaranya untuk pengentasan kemiskinan juga penyediaan fasilitas publik yang memadai dan berkualitas. Tiang besi untuk penyangga papan reklame di Jalan Ahmad Yani _budisusilo Menargetkan pendapatan pasti akan dilakukan oleh tiap daerah, satu di antaranya di Kotamadya Gorontalo. Strategi yang diambil banyak cara, satu di antaranya melalui papan reklame, menganda

HAWA BERPOLITIK RENDAH

Gambar
Hawa Berpolitik Rendah Oleh: Budi Susilo Ada orang yang suka juga membenci bila berbicara politik. Bagi yang senang politik, itu dianggap sebagai sarana kendaraan untuk gapai tujuan perjuangan visi misinya. Sedangkan orang yang sinis, politik itu dianggap tak ubahnya pesta kaum-kaum penghancur. Golongan para benalu negara yang penuh kemunafikan, atas nama rakyat tetapi tujuannya untuk merampok uang negara. Sadis bukan ! Anggapan inilah yang mungkin menyelimputi para perempuan-perempuan di Indonesia, termasuk di provinsi Gorontalo. Dalam pola pikir perempuan, masih menganggap politik itu bukan ranah yang cocok bagi pergulatan kehidupan seorang perempuan. Puluhan pekerja perempuan dari berbagai organisasi berunjukrasa di sekitar bundaran HI, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2011)_tribunnews herudin  Aku sempat berbincang santai dengan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) provinsi Gorontalo, usai acara Sosialisasi Tata Cara Verifikasi Parpol 2014 di Aldista Kota Go

SAMPAH ADIPURA GORONTALO

Gambar
Sampah Adipura Gorontalo Oleh: Budi Susilo SAMPAH itu benda kotor. Sampah itu bekas buangan dari barang yang sudah lagi tidak terpakai. Kadang sampah itu dianggap orang sebagai persoalan sepele. Padahal sampah yang dibiarkan itu, kalau sudah waktunya bisa bawa bencana, penyakit, rusaknya lingkungan bahkan perburuk keindahan suasana. Tugu Adipura Kota Gorontalo di simpang lima Telaga dihiasi sampah_budisusilo Tidak terkecuali di Kotamadya Gorontalo provinsi Gorontalo. Sekitar seminggu aku menetap di Kota Gorontalo, telah melihat hal-hal yang tak mengenakan, serasa rasa nyaman terampas begitu saja. Aku merasakan ini di kawasan perlimaan tugu Adipura, atau orang setempat sering menyebutnya sebagai perlimaan Telaga yang terdapat bundaran digital visual yang sekarang rencananya sedang dibangun air mancur. Ibarat pepatah 'tong kosong nyaring bunyinya' , tugu Adipura Kota Gorontalo tahun 2006 hanya sekedar simbol namun sisi fakta yang terjadi tid

HILLARY CLINTON DAN GORONTALO

Gambar
Hillary Clinton dan Gorontalo Oleh: Budi Susilo Anekdot Politik Beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton datang ke Indonesia. Yang jadi pertanyaan ? kenapa perempuan ini datang ke Indonesia kala Muso dan Aidit para pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah tiada dari muka bumi Indonesia. Atau juga, kenapa ia tidak datang di saat Tan Malaka juga Muhammad Hatta para dedengkot sosialisme ini masih eksis di Indonesia ? Apa ia takut, waktu orang-orang ‘Palu Arit’ masih bercokol di Indonesia, juga Tan Malaka dan Muhammad Hatta masih hidup, hingga ia baru sekarang datang ke Indonesia. Berarti ini menandakan Kapitalisme dan Liberalisme ala Amerika Serikat itu gentar terhadap gaya Komunisme dan Sosialisme Indonesia. Untung saja, Hillary datang saat Indonesia sudah berwajah Pancasila, yang universial menerima semua golongan, ras, ideologi dan kepercayaan tertentu. Coba tidak Pancasila, apa jadinya dia. Walau ada segelintir orang berdemo panas-p

MERUMPUT LAUT NAEN

Gambar
Merumput Laut Naen Oleh: Budi Susilo Fajar terbit menyapa Pulau Naen, Minahasa Utara. Sahut-sahutan ayam jago berkokok di tiap rumah-rumah warga yang memilihara ayam, Jumat (29/6/2012). Persis jam 06.00 Wita kala itu, pak Otang mulai siap-siap untuk pergi melaut, memakai perahu kecil bermotor.  Bapak tiga anak ini  kesehariannya menjadi petani rumput laut, atau yang populer bahasa warga setempat sering menyebutnya tanaman ‘agar-agar’. Cikal bakal nama ini diambil karena rumput laut itu biasa dipakai sebagai bahan baku pembuatan 'agar-agar'. Rumput laut yang sudah kering akibat terjemur di bawah matahari (photo by budi susilo) Sudah menjadi rutinitasnya, pak Otang tiap pagi pergi melihat, mengkontrol lahan perkebunan rumput laut miliknya. “Saya sudah setiap pagi pergi ke laut. Sudah biasa bagi saya. Hanya hari Jumat dan cuaca buruk saja saya tidak pergi melaut,” ungkapnya di kediamannya, usai cuci muka dan gosok gigi. Secangkir teh beserta kue panada ti

TAXI NAEN MENGGELORAKAN ADRENALIN

Gambar
‘Taxi’ Naen Menggelorakan Adrenalin Oleh: Budi Susilo Gumpalan awan di atas Pelabuhan Pasar Bersahati Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) siang hari, sekitar pukul 13.00 Wita, terlihat mulai menghitam. Hembusan angin tak lagi sepoi-sepoi, agak mulai nakal bertiup kuat, Kamis (28/6/2012). Beberapa orang-orang yang belanja di pasar ini bergegas untuk naiki beberapa perahu, satu di antaranya perahu jurusan ke Kepulauan Naen. Menggendong barang belanjaan, ditenteng dibawa naik ke perahu, supaya aman dan dapat lekas berangkat karena akan segera turun hujan. Dermaga perahu taxi Naen di Pasar Bersehati Kota Manado_budisusilo Tapi beda kala itu, perahu jadwal berangkat ke Pulau Naen Minahasa Utara, Sulut, tidak ada penutup, model perahu terbuka dengan ukuran mini bermesin motor dua.  Ukuran lebar bagian tengah perahu ini berkisar empat meter, yang bahan material perahunya dari kayu dengan ciri khas cat merah. “Ayo cepat segera naik. Jangan tunggu lama-lama,