BIAWAK LANTHANOTUS BORNEENSIS

Tubuhnya Bergerigi 
Mampu Terobos Bebatuan


Satu lagi binatang reptil yang mendiami Kalimantan. Selain buaya badas hitam, ternyata ada juga reptil khas Kalimantan, bernama Lanthanotus borneensis, atau yang dalam bahasa lokalnya sering disebut biawak tak bertelinga yang menempati kawasan daratan dan pinggiran sungai.

Hery Saputro, pegiat Borneo Wildlife Education and Conservation Kalimantan Timur, menuturkan, biawak Lanthanotus borneensis sangat berbeda dengan biawak pada umumnya seperti biawak Varanus salvator yang suka mendiami di kawasan mangrove.

"Saya sering temukan biawak Varanus salvator di mangrove Somber Balikpapan tapi biawak yang Lanthanotus borneensis belum pernah. Tempatnya berbeda," ujarnya.

Semua biawak sama, hidup di dua alam, antara darat dan air, namun satu sama lain memiliki tempat-tempat yang spesial. Sementara, biawak Lanthanotus borneensis menempati daratan dan pinggiran hulu sungai. 

(Jongfajar Kelana)

"Memilih tempat sungai-sungai yang masih bersih. Kalau ditempat-tempat sungai yang sudah tercemar, sungai yang kotor terkena sampah, sudah tidak suka," ungkap Hery, yang juga bergelut di Koalisi Penyelamat Satwa.

Berdasarkan penemuan ilmiah, biawak tanpa telinga ini mudah ditemui di daerah hutan-hutan tropis berada dekat sungai yang ada di hulu. Kadang bisa hidup di darat maupun di air dalam mencari makanan ikan-ikan kecil atau serangga. 

"Bisa kita temukan di Kalimantan Indonesia dan Kalimantan yang ada di Serwak," kata pria yang aktif di Forum Peduli Teluk Balikpapan ini.

Untuk bisa mengenai biawak tanpa telinga ini, bisa dikenali cirinya. Tubuhnya memancarkan warna coklat tua dan ekornya panjang, seperti biawak pada umumnya. Bentuk kulit tubuhnya bergerigi secara rapi dimulai dari bagian kepala hingga ke ekor. Sekilas seperti landak, tapi tajam-tajamnya tidak memanjang.

Menurut Hery, tubuhnya yang bergerigi itu dimanfaatkan untuk petualangan hidupnya di tempat-tempat semak belukar. Adanya gerigi pada tubuhnya membuat Lanthanotus borneensis mampu bergerak bebas saat masuk ke alam semak belukar. "Hutan alamnya masih lebat. Kondisinya masih belukar. Kalau tubuhnya bergerigi bisa menembus belukar," ujarnya.

Selain itu, kata dia, tubuhnya yang bergerigi akan memberinya ruang gerak baik ketika sedang berada di air sungai yang arusnya lumayan deras. 

Saat berenang, melintasi air sungai, maka    Lanthanotus borneensis bisa bergerak asyik. "Gerigi bisa memecah arus air sungai, bisa terobos bebatuan kerikil yang ada di air," tuturnya.

Biawak Tanpa Telinga
Secara fisik Lanthanotus borneensis itu memang tidak memiliki telinga, namun dilihat secara telinga eksternal. Sebenarnya, bukan berarti dinamakan tidak ada telinga lalu Lanthanotus borneensis tidak bisa mendengar. Pastinya Lanthanotus borneensis mampu mendengar suara di alam sekelilingnya.

Karena tidak ada telinga eksternal, maka Lanthanotus borneensis disebut biawak kalimantan yang tidak memiliki telinga. Menurut Hery, semua biawak rata-rata memang tidak ada telinga, dalam arti tidak memiliki daun telinga.

"Reptil yang tidak memiliki daun telinga biasanya berkembangbiaknya itu bertelur. Binantang yang ada daun telinganya biasanya beranak, tidak bertelur," ujar pria yang aktif sebagai pegiat Borneo Wildlife Education and Conservation Kalimantan Timur.

Reptil ini masuk kategori satwa yang unik, yang kadang sudah tidak ada lagi pada ciri binatang zaman sekarang. Karena dianggap spesial, Lanthanotus borneensis bisa diakatakan sebagai binantang  living fossil, yakni hewan yang kategorinya dinilai masih ada dikala hewan‑hewan lain yang seangkatannya sudah banyak yang punah.

Berdasarkan laporan dari Mongabay, terungkap, sejak tahun 1877 hingga 1961, hanya 12 spesimen yang telah ditemukan dan hanya sekitar 100 dari kadal ini yang pernah dikumpulkan. 

Sebagian besar informasi yang dipublikasikan tentang Lanthanotus borneensis hanya berdasarkan laporan observasi perilaku spesimen tunggal yang disimpan di penangkaran, dan sedikit saja yang diketahui tentang perilakunya di habitat aslinya.

Pastinya, kata dia, bagi masyarakat yang menemukan biawak yang berciri aneh, warna coklat dengan tubuh bergerigi serta panjangnya sekitar 45 sampai 55 centimeter berarti itulah biawak yang disebut Lanthanotus borneensis.

Dan satu lagi, saat menemukan tidak perlu untuk membunuhnya, apalagi untuk diburu, ditangkap hidup atau mati demi tujuan untuk mengkoleksi dan memperjualbelikan di perdagangan satwa liar. Langkah yang terbaik, lestarikan Lanthanotus borneensis, dibiarkan tetap hidup, dibebaskan hidup liar.

Atau kalau ingin menangkapnya harus ada alasan jelas untuk penelitian yang berguna bagi dunia pendidikan. "Tangkap baik-baik lalu bisa saja diserahkan ke Badan Konservasi Alam, nanti akan bisa jadi penelitian, atau nanti dilepasliarkan lagi ke tempat yang aman dari perburuan," tuturnya. 

Suka Keliaran Malam Hari
Biawak Lanthanotus borneensis masuk ketegori binatang yang suka berkeliaran di malam hari. Aktivitas maksimalnya saat matahari terbenam atau yang dalam istilahnya disebut Nocturnal

Di waktu gelap, biawak ini mulai menggeliat, berkeliaran, berkelana mencari makanan. "Makanan di alam liar banyak pilihan. Bisa makan serangga, ikan-ikan kecil," urainya.

Saat berburu, Lanthanotus borneensis dibekali dengan tubuhnya. Menurut Hery, pegiat Borneo Wildlife Education and Conservation Kalimantan Timur, bahwa, tubuhnya yang bergerigi itu dimanfaatkan untuk petualangan hidupnya di tempat-tempat semak belukar. Adanya gerigi pada tubuhnya membuat Lanthanotus borneensis mampu bergerak bebas saat masuk ke alam semak belukar.

"Hutan alamnya masih lebat. Kondisinya masih belukar. Kalau tubuhnya bergerigi bisa menembus belukar," ujarnya.

Selain itu, kata dia, tubuhnya yang bergerigi akan memberinya ruang gerak baik ketika sedang berada di air sungai yang arusnya lumayan deras. Saat berenang, melintasi air sungai, maka    Lanthanotus borneensis bisa bergerak asyik. "Gerigi bisa memecah arus air sungai, bisa terobos bebatuan kerikil yang ada di air," tuturnya.

Apalagi, satwa ini juga memiliki empat kaki di depan dan belakang yang dilengkapi dengan senjata berupa kuku tajam. Untuk berburu makanan yang ada dibalik batu atau dibawah tanah, pasir, bisa ditangani oleh Lanthanotus borneensis.

Karena sering keluar malam, kadang reptil ini tidak banyak dikenal banyak orang, bahkan dianggap sebagai binatang yang unik dan langka. Sampai ada orang yang pernah melakukan perburuan ilegal, menangkap tanpa izin resmi.

Pernah di  Kota Tangerang, tepatnya di pintu 3 terminal II Bandara Soekarno‑Hatta Jakarta pada 11 Oktober 2015 yang lalu,  Balai Konservasi Sumber Daya Alam pernah berhasil menggagalkan penyelundupan Lanthanotus borneensis.[1] ( ) 



Biawak Borneo Tak Bertelinga
Kingdom : Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Superfamili: Varanoidea
Famili: Lanthanotidae
Genus: Lanthanotus
Lanthanotus borneensis

Alam Habitat
Hutan tropis
Berada dekat sungai
Kadang di darat dan air
Hulu sungai

Cara Berkembang biak:
Kawin lawan jenis
Ovipar melalui bertelur
Domisili Habitat
Pulau Kalimantan
Kalimantan Serawak

Ciri Fisik Biawak Borneo
Panjang tubuh 45 Cm sampai 55 Cm
Ukuran dewasa 420 sampai 550 mm
Tidak ada lipatan gular
Kelopak mata transparan
Letak mata lebih rendah
Tidak memiliki telinga eksternal
Bentuk kulit tubuhnya gerigi-gerigi
Pola gerigi tubuhnya tersusun rapi
Ekornya panjang
Warna kulit coklat tua
Kakinya memiliki lima jari
Memiliki kuku runcing

Biawak di Dunia Dibagi 2 Kelompok:
Biawak marga Varanus berukuran besar, jumlahnya 35 spesies di seluruh dunia.
Biawak marga Lanthanotus bertubuh kecil tanpa telinga tinggal di Pulau Kalimantan.

Perbandingan dengan Biawak lain
Biawak komodo
Ukuran sangat besar
Panjang tubuh 3 meter
Hanya hidup di Pulau Nusa Tenggara

Biawak air
Panjang tubuh 1 meter lebih
Tubuhnya tak bergerigi
Warna sedikit kehitaman
Bisa ditemui di perkotaan dan desa

Data: Dari berbagai sumber.



[1] Koran Tribunkaltim, “Lanthanotus Borneensis Biawak Penghuni Kalimantan: Tubuh Bergerigi Bisa Terobos Bebatuan,” terbit pada  Minggu 22 Oktober 2017 di halaman depan bersambung ke halaman tujuh di rubrik Line.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN