TRAUMA ORANGUTAN BUJANG DAN ANI

Tiada Doyan Betina Lagi


Penistaan manusia terhadap hak hidup mamalia Orangutan masih saja terjadi di bumi yang dipercayai bulat bundar. Bentuk aksinya bermacam, ada yang memperlakukan memanusiakan binatang sampai menganiaya merusak tempat habitatnya. Perilaku tidak elok ini membuat naluri Orangutan sebagai primata hilang rasa kebinatangannya. Orangutan terancam masuk jurang kepunahan.     

Kenalkan namaku Bujang, Orangutan yang paling gagah dan terganteng di lokasi rehabilitasi Yayasan The Borneo Orangutan Survival (BOS), Samboja Lestari, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Sudah hampir sekitar 15 tahun aku bertempat tinggal dan mencari makan minum di rehabilitasi hutan Samboja Lestari ini.

Sekarang usiaku sudah menyentuh 35 tahun, yang diukur usia manusia aku sudah tergolong dewasa. Sebangsaku, usia paling tinggi adalah 60 tahun. Aku berada di tempat rehabilitasi bukan karena sengaja atau tiba-tiba muncul diundang. Ini tidak lain karena latar belakang kisah hidupku yang suram, menjadi korban bisnis hiburan manusia. 


Sebelum diselamatkan relawan pecinta primata langka, aku terpenjara oleh manusia penggiat sirkus di tanah Sumatera selama beberapa tahun. Kemudian aku ditolong, dibawa ke rehabilitasi Samboja ketika usianya 20 tahun. Aku mendapat pendidikan, diajarkan ilmu naluri sebagai Orangutan yang sesungguhnya. 

Pagi itu, Rabu 17 Mei 2017, Bujang di pulau buatan Samboja Lestari terlihat berjalan susuri pinggiran daratan yang dibatasi sungai yang berair tenang. Tidak lama kemudian, Bujang duduk bersantai di semak-semak rumput.

Bujang dianggap Orangutan tampan. Aku memiliki tubuh tinggi besar memiliki bulu yang lebat dengan warna campuran antara coklat gelap dan kuning terang. 

Aku keturunan dua Orangutan dari Sumatera yang biasa disebut Pongo abelii dan Kalimantan dengan nama Pongo pygmaeus. Ciri Orangutan Sumatera warna bulunya kuning terang dan yang dari Kalimantan berwarna gelap. Aku memiliki ciri keduanya.

Selama ditangkap manusia aku dijadikan 'artis' sirkus, diperlakukan layaknya manusia. Di depan para manusia aku diwajibkan untuk berjalan berdiri seperti manusia. 

Sampai akhirnya sekarang setiap aku berjalan berdiri tegak dan kedua tangan diangkat. Alamiahnya, aku mestinya berjalan membungkuk, menggunakan kaki dan kedua tangan. 

Orangutan bernama Bujang di BOS Samboja Lestari Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur (Tribunkaltim fahmirachman)

Saat berada di penangkaran sirkus, aku sudah tidak perlu lagi repot berkelana menjelajah hutan mencari makan atau minum. Bila waktunya istirahat menyantap makanan, aku langsung disuguhi makanan oleh manusia.

Seandainya dikembalikan lagi ke hutan belantara, aku sudah kehilangan naluri mandiri mencari makan, sudah terbiasa hidup manja, malas untuk bergerak mencari makan di alam liar. 

Sekarang aku merasa memilih hidup di daratan saja, tidak mau lagi bergelantungan dan enggan berpindah-pindah dari satu pohon ke pohon lain. Alam sirkus yang membentuk aku jadi seperti ini. 

Lumrahnya, bangsa Orangutan itu hidup di atas pohon, mencari makan atau membuat sarang.  Orangutan semestinya kategori primata arboreal, aktivitas yang paling banyak dilakukan di atas pohon saja. Bila turun ke daratan, itu hanya sebentar hanya untuk mencari air minum. 
   
Aku diberi nama Bujang alasannya sejak lahir sampai sekarang masih hidup melajang. Sebenarnya aku masih suka dengan betina. Aku tipe pemilih jodoh yang sangat selektif, tetapi betinanya ini adalah manusia. 

Wanita yang cantik berambut pirang. Aku sudah tidak berminat lagi dengan betina-betina Orangutan. Perilaku ini dianggap menyimpang. Tetapi apa daya, sebab semua ini aku  lakukan karena sudah tercebur dalam lingkungan kehidupan manusia.  


Kesukaan aku dengan betina manusia hanya sebatas puas memandanginya saja atau  pelampiasannya bisa aku lakukan dengan cara bermain sendiri, alias masturbasi. 

Sampai sekarang belum ada satu pun seorang wanita yang mau dengan aku. Manusia dan primata jelas sangat berbeda jauh, tidak mungkin aku memadu kasih dengan manusia. 

Beberapa waktu yang lalu, aku ditempatkan pada sebuah pulau oleh rehabilator BOS, di sebuah tempat yang terdapat empat betina Orangutan. Selama menjadi satu tempat dengan empat betina Orangutan, aku tidak berselera, aku hanya doyan menyentuh saja, tidak sampai menyetubuhinya.

Perilaku alamiah Orangutan dalam mencari jodoh biasanya itu diawali dari jantannya. Biasanya dalam satu tempat hanya dikuasai satu jantan. Tidak ada lebih dari satu jantan. 

Perebutan tempat kekuasaan bisa dilakukan dengan pertarungan antar jantan atau dengan mengeluarkan suara yang nyaring keras yang diistilahkan long call. Siapa yang kalah, maka akan tersingkir. Dan yang menang akan bisa bebas kuasai tempat, termasuk betina-betinanya.
 
Saking gantengnya aku, sebaliknya aku merasa tersiksa sebab diperkosa oleh para betina Orangutan. Beruntungnya, pertugas rehabilator BOS langsung memindahkan aku lagi ke tempat yang lain, yang hanya disi satu betina yang juga senasib, sudah tidak lagi memiliki hasrat reproduksi seksual.

Betina Orangutan yang bersama Bujang di pulau itu bernama Ani. Keduanya meski dalam satu tempat tidak selalu bersama, keduanya lebih memilih berpisah. Kala itu Ani berada di tengah daratan pulau, berbeda dengan Bujang yang selalu memilih tempat di pinggiran sungai.

Usia aku (Ani) sekarang sudah 23 tahun. Masa lalu kisahku kelam. Waktu itu aku masih berumur satu tahun. Tinggal bersama ibuku di hutan. Namun belakangan hutan dirambah manusia. Kami mengungsi mencari tempat sampai menyasar ke perkebunan manusia.  


Lalu kami berdua dianggap hama oleh manusia. Kami diburu manusia, berusaha selamatkan diri. Namun takdir berkata lain, ibuku tertangkap manusia lalu dibunuhnya dengan cara ditembak. Aku yang waktu itu berumur satu tahun tidak mengerti kenapa ibuku tidak bergerak lagi.

Sejak itulah aku dibawa manusia, dirawat manusia. Aku dipisahkan dari ibuku yang sudah tidak lagi berdaya. Aku mulai sedih, tidak lagi mendapat kasih sayang dari seorang ibu. 

Aku mengalami trauma meski manusia membawaku dan memberi makanan minuman dan sampai akhirnya dua tahun kemudian aku ditemukan pecinta satwa dan dibawanya ke tempat rehabilitasi Samboja Lestari.

Orangutan bernama Ani di BOS Samboja Lestari Kalimantan Timur (Tribunkaltim fahmirachman)

Saat bersua dengan Halisa Nasir, pegiat satwa yang sudah 10 tahun lebih aktif di BOS Samboja Lestari, menjelaskan, kisah Bujang dan Ani merupakan contoh kecil Orangutan yang mengalami pengalaman pahit.

Keberadaan BOS di Samboja Kutai Kartanegara memberikan wadah untuk mengembalikan lagi naluri asli Orangutan dan menghilangkan kisah traumatik. 

Seperti Bujang yang terperangkap bisnis sirkus dan Ani yang terpisah dari induknya lalu ditangkap dan diperlakukan seperti manusia. Trauma Ani sampai sekarang masih dirasakan. Saat Ani sedang merasa tertekan, sering membentur-benturkan kepalanya di benda keras.

Keberadaan BOS membantu Orangutan menjadi pribadi primata yang sesungguhnya, bisa hidup mandiri dan bertahan hidup di hutan liar nanti. 

"Orangutan yang ada disini (BOS) kebanyakan sudah tersentuh campur tangan manusia. Kami disini mau mengembalikan lagi ke nalurinya supaya nanti ketika dilepas di hutan liar bisa bertahan hidup," ungkapnya.

Menurut Halisa, yang melatarbelakangi BOS begitu perhatian terhadap Orangutan tidak terlepas dari kepeduliannya melestarikan primata langka ini. "Sudah kita anggap seperti saudara sendiri. Orangutan itu kemiripannya hampir dekat dengan manusia," katanya. 


Ini dibenarkan juga Dr Jumartin Sihite, Presiden Direktur PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia yang menegaskan, Orangutan merupakan mamalia yang secara bentuk fisik mempunyai banyak kemiripan dengan manusia, bahkan 97 persen DNA Orangutan pun sama dengan manusia.

Restorasi Habitat Orangutan Indonesia ungkapkan, jumlah orangutan di Kalimantan pada tahun 2004 tercatat sebanyak 65 ribu ekor. 

Termasuk Orangutan di Sumatera juga mengalami penurunan drastis dalam seabad terakhir, hanya beberapa dari 73,000 ekor yang kini hidup di alam liar.

Menurut lembaga International Union for Conservation Nature, Orangutan masuk klasifikasi daftar spesies yang terancam punah. 

Sebab, populasi orangutan Kalimantan telah berkurang sejak tahun 1970‑an, dan selanjutnya akan menurun menjadi sekitar 47.000 orangutan pada tahun 2025. 

Diperkirakan 2000 hingga 3000 orangutan Kalimantan telah dibunuh setiap tahun dalam empat dekade terakhir, untuk diambil dagingnya.

Seperti apa yang diutarakan Halisa, di beberapa tempat yang ada di Kalimantan, Orangutan dianggap hama perkebunan warga. Orangutan dibasmi supaya tidak mengganggu perkebunan. Persoalan Orangutan masuk ke perkebunan tidak terlepas dari rusaknya habitat Orangutan yang telah dirambah manusia.

Orangutan banyak luangkan waktu di pohon-pohon. Ketika pohon ditebang rusak berantakan, maka Orangutan keluar dari hutan untuk mencari sumber makanan di tempat lain. 

Apalagi binatang ini memang hobi berkelana, sebagaimana pernah ada penelitian Pindi Patana, Bejo Slamet dan Desli Triman Zendrato tahun 2010 dalam Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis.

Disebutkan Orangutan dewasa betina memiliki daerah jelajah sejauh 916 meter per hari di dalam area seluas 12,5 hektar. Sedangkan seekor orangutan jantan dewasa menjelajah sejauh 651 meter per hari di area seluas 46 hektar. 

Seandainya menemukan Orangutan berkeliaran liar, jangan salahkan dan memusnahkannya. Adalah hak Orangutan untuk hidup bebas menjelajah bumi. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN