BAGUSNYA BEKANTAN BALIKPAPAN

Bekantan hanya Mau Makan Mangrove 

Habitat alami bekantan hanya di Pulau Kalimantan yang meliputi negara
Malaysia, Brunai Darusalam dan Indonesia. Sementara penyebaran di Indonesia meliputi seluruh provinsi di Kalimantan.

Disinggung dalam laporan eijaard, E. & V. Nijman. 2000 dalam Distribution and Conservation of The Proboscis Monkey (Nasalis larvatus) in Kalimantan, Indonesia disebutkan, sebanyak 153 titik penyebaran bekantan di Pulau Kalimantan.

Khusus di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, keberadaan Bekatan meliputi Tanjung Redeb, Taman Nasional Kutai, Sungai Kayan, Sungai Sesayap, Sungai Sebuku, Sungai Sebakung, Sangkulirang, Tenggarong, Sanga‑Sanga, Sungai Mariam, Sungai Sepaku, Delta Mahakam, Sungai Kuala Samboja, dan Teluk Balikpapan. 

Bekantan Mangrove Center Graha Indah Kota Balikpapan Kalimantan Timur

Menurut Lhota dalam karya tulisannya yang berjudul Is there any future for proboscis monkeys? The case of failing conservation of Balikpapan Bay (2010), disebutkan populasi Bekantan di Teluk Balikpapan sebanyak 1.400 ekor.

Bekantan dalam Angka
Mengacu pada laporan World Wide Fund for Nature (2016), luas habitat bekantan diperkiraakan berada dalam 29.500 km2. Primata endemik di pulau Kalimantan ini memiliki peran penting dalam mempertahankan keutuhan ekosistem khususnya daerah lahan basah, terutama kawasan mangrove.

Hasil penelitian McKinnon, jumlah populasi bekantan di tahun 1986 diperkirakan mencapai 250 ribu individu. Dari total ini, sebanyak 25 ribu populasi diantaranya berada di kawasan konservasi. 


Sementara peneliti Yeager dan Blondal (1992), bekantan yang  ada  di  kawasan konservasi  kurang dari 5000 individu. Sedangkan habitat bekantan yang berada dalam kawasan konservasi hanya 4,1 persen dari seluruh habitat bekantan. 

Pada tahun 1994 populasi Bekantan di Kalimantan jumlahnya sekitar 114 ribu individu dan  dalam hitungan PHVA  bekantan  tahun  2004,  populasi  bekantan  diduga  tinggal 25 ribu individu, dan yang berada di kawasan konservasi berjumlah sekitar 5.000 individu.

Makhluk Primata Diurnal
Bekantan masuk primata diurnal. Secara pengertian, diurnal merupakan primata yang bergeliat aktif saat fajar hingga menjelang senja. Ketika malam tiba, makhluk seperti ini meluangkan waktunya untuk beristirahat atau tidur. 

Mengacu pada  Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam, terungkap biasanya Bekantan pada siang hari mengembara mencari pakan dan pada sore hari akan ke pohon mangrove yang tinggi yang berada di tepi sungai. Pemilihan pohon tinggi di tepi sungai satu di antara strategi Bekantan menghindari serangan predator. 

Bekantan dan wisatawan Mangrove Center Graha Indah Balikpapan (Photo by Tribunkaltim)

Belum lama ini, Tribun sempat sambangi lokasi habitat Bekantan di kawasan Mangrove Giri Indah Balaikpapan. Menjelajah selama satu jam saksikan secara langsung Bekantan di sore hari dan memang sudah banyak Bekantan yang berada di atas pohon mangrove.

Menurut peneliti Galdikas, Yeager dan Matsuda, disebutkan peredator Bekantan adalah buaya dan macan dahan. Sementara Lhota, peneliti Bekantan Balikpapan sebutkan, predator paling berbahaya bagi Bekantan ialah primata yang bernama manusia. Keserakahan manusia akan alam membuat kepunahan Bekantan.

Ciri Primata Bekantan  
Bekantan yang masih berumur bayi berbeda dengan yang dewasa. Bekantan usia bayi tubuhnya dibalut rambut biru gelap. Namun begitu usianya beranjak naik maka bulu tubuhnya berubah, mengikuti seperti Bekantan tua.

Bekantan yang dewasa memiliki ukuran hidung yang besar. Biasanya hidung bundar besar itu berjenis kelamin jantan. Sementara bentuk hidung mancung lancip berarti itu betina.

Sekujur tubuhnya diselimuti bulu berwarna dominasi orange dan sebagian abu-abu. Tidak heran, wujudnya yang orange ini kadang manusia sering mengistilahkan primata ini dengan sebutan monyet bule.

Bekantan mempunyai ekor panjang. Ukurannya yang panjang berfungsi sebagai penyeimbang tubuhnya saat berada di ranting-ranting pohon. Binatang ini sangat aktif bergerak di pohon mangrove, bergelantungan dan berloncatan dari satu pohon ke pohon yang lain.

Kehebatan Bekantan
Layaknya binatang amphibi, Bekantan ini mahir berada di alam air. Bekantan pandai berenang dan menyelam. Mengingat bentuk fisik di bagian jemarinya ada semacam selaput yang bisa mempermudah gerak cepat di perairan mangrove. Tidak hanya itu, pada bagian rongga hidungnya mempunyai katub yang berguna mencegah air masuk ke paru-parunya.

Selera makanan Bekantan
Menu utama yang paling disukai Bekantan ialah pohon mangrove, seperti pada bagian pucuk daun. Jenis mangrove yang dilirik Bekantan adalah Sonneratia alba. Biasanya dalam mengarungi kehidupan, Bekantan hidup secara berkelompok. Setiap kelompoknya sekitar ada 10 ekor. 

Bekantan Bergelantungan Bebas
Peluh perjuangan Agus Bei pada puluhan tahun lalu membuahkan hasil yang mencerahkan. Hutan mangrove di Giri Indah Kota Balikpapan di tahun 1998 sempat kritis. Total seluas 150 hektar sebanyak 40 persennya mengalami kerusakan. Agus terpanggil untuk turun tangan membenahi areal mangrove yang buruk rupa.

Dia masih ingat betul, lahan waktu itu rusak akibat adanya kesengajaan beberapa orang yang ingin mengambil manfaat mangrove dan lahannya untuk dijadikan lokasi bangunan. Agus memberanikan diri menghadang tindakan keji perusakkan mangrove. Dirinya berupaya mangrove tidak rusak lebih luas.   

"Ingat betul waktu mangrove rusak tidak ada itu saya melihat Bekantan. Susah sekali temukan Bekantan," ujarnya kepada Tribun

Tingkah pola Bekantan Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (Photo Tribunkaltim)

Sekarang sudah beda. Hutan mangrove telah bertumbuh kembali. Bekantan mulai bermunculan kembali. Logikanya, kata dia, Bekantan merebak karena keberhasilan melestarikan mangrove. Tempat ini adalah rumah tinggalnya sekaligus gudangnya makanan Bekantan.

Saat hutan mangrove dibabat habis hilang dari muka bumi tentu saja Bekantan akan ikut punah. "Sekarang Bekantan yang ada di Giri Indah ini diperkirakan ada 600 ekor," ujar pria kelahiran Banyuwangi 28 September 1968 ini.

Tidak heran, keberadaan Bekantan ini membawa daya tarik orang-orang untuk berkunjung ke mangrove Giri Indah. Tidak hanya orang Indonesia namun juga ada yang berasal dari luar negeri datang ke mangrove Giri Indah. "Orang datang penasaran mau lihat Bekantan. Primata ini hanya bisa dilihat di Kalimantan. Primata endemik," katanya.

Manusia Ancaman Terkeji
Satu hal yang paling mendasar faktor yang sangat berperan dalam membabat habis eksistensi primata bekantan (Nasalis larvatus) tidak semata dari serangan binatang predator seperti buaya dan macan.

Namun yang dianggap paling berperan besar jumlah bekantan cepat habis adalah karena faktor primata yang bernama manusia. Ini dikatakan oleh Stanislav Lhota M.Sc Ph.D, peneliti primata Bekantan Balikpapan, kepada Tribun pada Minggu 19 Maret 2017.

"Manusia datang ke mangrove, datang ke pesisir pantai membangun rumah, industri. Bekantan terusir.

Mencari tempat lain yang ternyata tidak banyak sumber makanan, akhirnya mati hilang dari bumi," ujar pria lulusan ilmu biologi dari Universitas Charles, Praha Republik Ceko.

Kata, Stanis, eksistensi bekantan terancam punah mengingat habitat bekantan telah tergusur oleh banyaknya pembangunan kawasan industri yang banyak dibangun dekat pesisir dan hutan mangrove.

Melihat RTRW Kota Balikpapan 2012 telah mengalami perubahan, sangat berbeda dengan yang tahun 2015.

Di dalam RTRW tahun 2012, lahan kawasan industri tambah meluas, memakan area habitat hutan yang ditempati satwa liar. "Mengalami kemunduran. Kelestarian alam kita mulai terancam," tegasnya.

Padahal di RTRW tahun 2015 telah mengakomodir luasan lahan bagi industri. Sampai sekarang tidak dimanfaatkan secara maksimal, lahan sudah banyak yang berstatus kritis tetapi menambah lagi kawasan industri.

"Yang diuntungkan bukan kelestarian alam dan masyarakat Balikpapan secara umum. RTRW yang ada sekarang ini lebih menguntungkan mereka para spekulan tanah," ujar Stanis.

Ditambahkan, Koordinator Forum Peduli Teluk Balikpapan, Husain Suwarno, keberadaan kawasan hutan di Teluk Balikpapan menghadapi tantangan berat. Hutan dengan nilai konservasi tinggi di Teluk Balikpapan telah rusak.

Kata dia, pemerintah kota mengejar pertembuhan ekonomi daerah dengan membangun kawasan industri di tempat tersebut namun programnya tidak tepat, dianggap mengancam kelestarian alam setempat.

Sebaiknya, tegas dia, program pengadaan industri di kawasan Teluk Balikpapan dihentikan, dilakukan lagi reboisasi. Menurutnya, daerah Kota Balikpapan yang dianggap sebagai kota pesisir bisa memanfaatkan hasil maksimal ekonomi dari sektor perikanan dan kelautan serta wisata ekoturisme.[1] ( )

Bekantan
Nama ilmiah: Nasalis larvatus
Klasifikasi lebih tinggi: Nasalis
Tingkatan takson: Spesies
Spesies: N. larvatus
Famili: Cercopithecidae
Genus: Nasalis; É. Geoffroy, 1812
Kingdom: Animalia




[1] Koran Tribunkaltim, Bekantan hanya Mau Makan Mangrove,” terbit pada Sabtu 13 Mei 2017 di halaman depan bersambung ke halaman 7 rubrik Tribun Line.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN