BAGUSNYA BEKANTAN BALIKPAPAN
Bekantan
hanya Mau Makan Mangrove
Menurut Lhota dalam karya tulisannya yang berjudul Is there any future for proboscis monkeys? The case of failing conservation of Balikpapan Bay (2010), disebutkan populasi Bekantan di Teluk Balikpapan sebanyak 1.400 ekor.
Sementara peneliti Yeager dan Blondal (1992), bekantan yang ada di kawasan konservasi kurang dari 5000 individu. Sedangkan habitat bekantan yang berada dalam kawasan konservasi hanya 4,1 persen dari seluruh habitat bekantan.
Habitat
alami bekantan hanya di Pulau Kalimantan yang meliputi negara
Malaysia,
Brunai Darusalam dan Indonesia. Sementara penyebaran di Indonesia meliputi
seluruh provinsi di Kalimantan.
Disinggung
dalam laporan eijaard, E. & V. Nijman. 2000 dalam Distribution and
Conservation of The Proboscis Monkey (Nasalis larvatus) in Kalimantan,
Indonesia disebutkan, sebanyak 153 titik penyebaran bekantan di Pulau
Kalimantan.
Khusus
di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, keberadaan Bekatan meliputi Tanjung
Redeb, Taman Nasional Kutai, Sungai Kayan, Sungai Sesayap, Sungai Sebuku,
Sungai Sebakung, Sangkulirang, Tenggarong, Sanga‑Sanga, Sungai Mariam, Sungai
Sepaku, Delta Mahakam, Sungai Kuala Samboja, dan Teluk Balikpapan.
Bekantan Mangrove Center Graha Indah Kota Balikpapan Kalimantan Timur |
Menurut Lhota dalam karya tulisannya yang berjudul Is there any future for proboscis monkeys? The case of failing conservation of Balikpapan Bay (2010), disebutkan populasi Bekantan di Teluk Balikpapan sebanyak 1.400 ekor.
Bekantan
dalam Angka
Mengacu
pada laporan World Wide Fund for Nature (2016), luas habitat bekantan
diperkiraakan berada dalam 29.500 km2. Primata endemik di pulau Kalimantan ini
memiliki peran penting dalam mempertahankan keutuhan ekosistem khususnya daerah
lahan basah, terutama kawasan mangrove.
Hasil
penelitian McKinnon, jumlah populasi bekantan di tahun 1986 diperkirakan
mencapai 250 ribu individu. Dari total ini, sebanyak 25 ribu populasi
diantaranya berada di kawasan konservasi.
Sementara peneliti Yeager dan Blondal (1992), bekantan yang ada di kawasan konservasi kurang dari 5000 individu. Sedangkan habitat bekantan yang berada dalam kawasan konservasi hanya 4,1 persen dari seluruh habitat bekantan.
Pada
tahun 1994 populasi Bekantan di Kalimantan jumlahnya sekitar 114 ribu individu
dan dalam hitungan PHVA bekantan
tahun 2004, populasi
bekantan diduga tinggal 25 ribu individu, dan yang berada di
kawasan konservasi berjumlah sekitar 5.000 individu.
Makhluk
Primata Diurnal
Bekantan
masuk primata diurnal. Secara pengertian, diurnal merupakan primata yang
bergeliat aktif saat fajar hingga menjelang senja. Ketika malam tiba, makhluk
seperti ini meluangkan waktunya untuk beristirahat atau tidur.
Mengacu
pada Balai Penelitian Teknologi Konservasi
Sumber Daya Alam, terungkap biasanya Bekantan pada siang hari mengembara
mencari pakan dan pada sore hari akan ke pohon mangrove yang tinggi yang berada
di tepi sungai. Pemilihan pohon tinggi di tepi sungai satu di antara strategi
Bekantan menghindari serangan predator.
Belum
lama ini, Tribun sempat sambangi lokasi habitat Bekantan di kawasan
Mangrove Giri Indah Balaikpapan. Menjelajah selama satu jam saksikan secara
langsung Bekantan di sore hari dan memang sudah banyak Bekantan yang berada di
atas pohon mangrove.
Menurut
peneliti Galdikas, Yeager dan Matsuda, disebutkan peredator Bekantan adalah
buaya dan macan dahan. Sementara Lhota, peneliti Bekantan Balikpapan sebutkan,
predator paling berbahaya bagi Bekantan ialah primata yang bernama manusia.
Keserakahan manusia akan alam membuat kepunahan Bekantan.
Ciri
Primata Bekantan
Bekantan
yang masih berumur bayi berbeda dengan yang dewasa. Bekantan usia bayi tubuhnya
dibalut rambut biru gelap. Namun begitu usianya beranjak naik maka bulu
tubuhnya berubah, mengikuti seperti Bekantan tua.
Bekantan
yang dewasa memiliki ukuran hidung yang besar. Biasanya hidung bundar besar itu
berjenis kelamin jantan. Sementara bentuk hidung mancung lancip berarti itu
betina.
Sekujur
tubuhnya diselimuti bulu berwarna dominasi orange dan sebagian abu-abu. Tidak
heran, wujudnya yang orange ini kadang manusia sering mengistilahkan primata
ini dengan sebutan monyet bule.
Bekantan
mempunyai ekor panjang. Ukurannya yang panjang berfungsi sebagai penyeimbang
tubuhnya saat berada di ranting-ranting pohon. Binatang ini sangat aktif
bergerak di pohon mangrove, bergelantungan dan berloncatan dari satu pohon ke
pohon yang lain.
Kehebatan
Bekantan
Layaknya
binatang amphibi, Bekantan ini mahir berada di alam air. Bekantan pandai
berenang dan menyelam. Mengingat bentuk fisik di bagian jemarinya ada semacam
selaput yang bisa mempermudah gerak cepat di perairan mangrove. Tidak hanya
itu, pada bagian rongga hidungnya mempunyai katub yang berguna mencegah air
masuk ke paru-parunya.
Selera
makanan Bekantan
Menu
utama yang paling disukai Bekantan ialah pohon mangrove, seperti pada bagian
pucuk daun. Jenis mangrove yang dilirik Bekantan adalah Sonneratia alba. Biasanya
dalam mengarungi kehidupan, Bekantan hidup secara berkelompok. Setiap
kelompoknya sekitar ada 10 ekor.
Bekantan
Bergelantungan Bebas
Peluh
perjuangan Agus Bei pada puluhan tahun lalu membuahkan hasil yang mencerahkan.
Hutan mangrove di Giri Indah Kota Balikpapan di tahun 1998 sempat kritis. Total
seluas 150 hektar sebanyak 40 persennya mengalami kerusakan. Agus terpanggil
untuk turun tangan membenahi areal mangrove yang buruk rupa.
Dia
masih ingat betul, lahan waktu itu rusak akibat adanya kesengajaan beberapa
orang yang ingin mengambil manfaat mangrove dan lahannya untuk dijadikan lokasi
bangunan. Agus memberanikan diri menghadang tindakan keji perusakkan mangrove.
Dirinya berupaya mangrove tidak rusak lebih luas.
"Ingat
betul waktu mangrove rusak tidak ada itu saya melihat Bekantan. Susah sekali
temukan Bekantan," ujarnya kepada Tribun.
Tingkah pola Bekantan Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (Photo Tribunkaltim) |
Sekarang
sudah beda. Hutan mangrove telah bertumbuh kembali. Bekantan mulai bermunculan
kembali. Logikanya, kata dia, Bekantan merebak karena keberhasilan melestarikan
mangrove. Tempat ini adalah rumah tinggalnya sekaligus gudangnya makanan
Bekantan.
Saat
hutan mangrove dibabat habis hilang dari muka bumi tentu saja Bekantan akan
ikut punah. "Sekarang Bekantan yang ada di Giri Indah ini diperkirakan ada
600 ekor," ujar pria kelahiran Banyuwangi 28 September 1968 ini.
Tidak
heran, keberadaan Bekantan ini membawa daya tarik orang-orang untuk berkunjung
ke mangrove Giri Indah. Tidak hanya orang Indonesia namun juga ada yang berasal
dari luar negeri datang ke mangrove Giri Indah. "Orang datang penasaran
mau lihat Bekantan. Primata ini hanya bisa dilihat di Kalimantan. Primata
endemik," katanya.
Manusia
Ancaman Terkeji
Satu
hal yang paling mendasar faktor yang sangat berperan dalam membabat habis
eksistensi primata bekantan (Nasalis larvatus) tidak semata dari serangan
binatang predator seperti buaya dan macan.
Namun
yang dianggap paling berperan besar jumlah bekantan cepat habis adalah karena
faktor primata yang bernama manusia. Ini dikatakan oleh Stanislav Lhota M.Sc
Ph.D, peneliti primata Bekantan Balikpapan, kepada Tribun pada Minggu 19
Maret 2017.
"Manusia
datang ke mangrove, datang ke pesisir pantai membangun rumah, industri.
Bekantan terusir.
Mencari
tempat lain yang ternyata tidak banyak sumber makanan, akhirnya mati hilang
dari bumi," ujar pria lulusan ilmu biologi dari Universitas Charles, Praha
Republik Ceko.
Kata,
Stanis, eksistensi bekantan terancam punah mengingat habitat bekantan telah
tergusur oleh banyaknya pembangunan kawasan industri yang banyak dibangun dekat
pesisir dan hutan mangrove.
Melihat
RTRW Kota Balikpapan 2012 telah mengalami perubahan, sangat berbeda dengan yang
tahun 2015.
Di
dalam RTRW tahun 2012, lahan kawasan industri tambah meluas, memakan area
habitat hutan yang ditempati satwa liar. "Mengalami kemunduran.
Kelestarian alam kita mulai terancam," tegasnya.
Padahal
di RTRW tahun 2015 telah mengakomodir luasan lahan bagi industri. Sampai
sekarang tidak dimanfaatkan secara maksimal, lahan sudah banyak yang berstatus
kritis tetapi menambah lagi kawasan industri.
"Yang
diuntungkan bukan kelestarian alam dan masyarakat Balikpapan secara umum. RTRW
yang ada sekarang ini lebih menguntungkan mereka para spekulan tanah,"
ujar Stanis.
Ditambahkan,
Koordinator Forum Peduli Teluk Balikpapan, Husain Suwarno, keberadaan kawasan
hutan di Teluk Balikpapan menghadapi tantangan berat. Hutan dengan nilai
konservasi tinggi di Teluk Balikpapan telah rusak.
Kata
dia, pemerintah kota mengejar pertembuhan ekonomi daerah dengan membangun
kawasan industri di tempat tersebut namun programnya tidak tepat, dianggap
mengancam kelestarian alam setempat.
Sebaiknya,
tegas dia, program pengadaan industri di kawasan Teluk Balikpapan dihentikan,
dilakukan lagi reboisasi. Menurutnya, daerah Kota Balikpapan yang dianggap
sebagai kota pesisir bisa memanfaatkan hasil maksimal ekonomi dari sektor
perikanan dan kelautan serta wisata ekoturisme.[1]
( )
Bekantan
Nama
ilmiah: Nasalis larvatus
Klasifikasi
lebih tinggi: Nasalis
Tingkatan
takson: Spesies
Spesies:
N. larvatus
Famili:
Cercopithecidae
Genus:
Nasalis; É. Geoffroy, 1812
Kingdom:
Animalia
[1]
Koran Tribunkaltim, Bekantan hanya
Mau Makan Mangrove,” terbit pada Sabtu 13 Mei 2017 di halaman depan bersambung
ke halaman 7 rubrik Tribun Line.
Komentar
Posting Komentar