GALUNGAN KOTA BALIKPAPAN 2016
Momen
Introspeksi Diri Menjauhi Keburukan
Malam
semakin larut, rembulan yang muncul di langit gelap memberi warna, menjadikan
langitnya terang redup, berkesan remang-remang. Tiada angin kencang, rintik
hujan pun enggan turun membasahi Pura Giri Jaya Natha, yang berada pada daratan
tinggi, Kota Balikpapan, Rabu 7 September 2016.
PULUHAN
orang beragama Hindu datang berbondong-bondong ke pura yang beralamat di Jalan JlHendriawan Sie itu untuk melakukan ritual ibadah Hari Galungan. Di antara
mereka ada yang datang bersama keluarga, suami istri beserta anak, ikut
terlibat dalam peribadatan khusuk Galungan di dalam pura yang berada dalam pelukan Kecamatan Balikpapan Tengah.
Jl.
Jl.
Lantunan
alat musik Seka Gong pura yang sejak sore telah dimainkan, semakin menambah
kekentalan atmosfir Galungan, yang dipercaya umat Hindu sebagai hari Dharma
meraih kemenangan dalam kebenaran melawan kejahatan.
Kegiatan
ibadah yang sering dilangsungkan pada Rabu Kliwon Wuku Dungulan ini tidak hanya
diikuti warga Hindu Balikpapan, namun juga ada dari Kutai Kartanegara.
Pagelaran ibadah ini sebenarnya sudah digelar pada pagi hari.
"Siang
istirahat. Warga Hindu punya aktivitas kerja, ada kesibukan masing-masing.
Siang sampai sore tidak ibadah. Malamnya dilanjutkan lagi ibadah. Kalau di Bali
bisa seharian penuh, di Balikpapan tidak," ujar Dewa Nyoman, satu di
antara penjaga dan petugas kebersihan pura.
Hari
raya Galungan di pura itu juga disemarakakan dengan beragam makanan lauk-pauk,
kue, dan buah-buahan yang digunakan sebagai persembahan dan dikonsumsi bersama.
Sajian makanan ini sudah disebar sehari sebelum Galungan yang diberinama
Penampahan Galungan.
Ketika
memberi sambutan pada semua umat, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
Kota Balikpapan, I Dewa Made Wirya Atmaja, mengatakan, hari raya Galungan
merupakan momentum umat Hindu untuk melakukan introspeksi diri menjadi pribadi
yang lebih baik demi menggapai masa depan yang gemilang.
Agama
Hindu itu mengandung Sanatana Dharma yang bermakna kebenaran abadi, mengajarkan
ahimsa yang mengagungkan nilai-nilai kedamaian tanpa ada rasa benci dan
kekerasan. Hindu mengajarkan Wasudaiwa Kutumbakam, yang mengartikan semua orang
itu bersaudara, tiada yang mengganggap sebagai musuh yang harus dihancurkan.
Menurut
Wirya Atmaja, Galungan sebagai media cermin manusia untuk menjauhi segala hal
yang buruk. Tindakan-tindakan negatif wajib dijauhi, apalagi kehidupan
belakangan ini sudah menggelobalisasi, arus informasi budaya masuk tanpa batas.
Jika
tidak disaring secara cermat tanpa benteng agama Hindu, umat akan mengalami
kemunduran yang berujung pada kehancuran, merugikan diri sendiri serta orang
lain. "Kita harus selalu bersyukur, haturkan terima kasih pada Tuhan yang
telah memberikan kita semua kenikmatan keselamatan," tegasnya. [1]
( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Galungan Momen
Introspeksi Diri Menjauhi Keburukan; Warga Kutai Kartanegara Ikut Beribadah di Pura Giri
Jaya Natha,” terbit pada Kamis 8 September 2016 di halaman delapan rubrik Tribun Balikpapan.
Komentar
Posting Komentar