CINTA 16916


Cinta 16916

Semuanya sudah tahu jawabannya, satu ditambah enam itu pasti tujuh. Ini ilmu matematika yang mulai dipelajari oleh anak‑anak kelas satu Sekolah Dasar (SD) di negeri Republik Indonesia hingga sampai bangku kelas enam.


BAGI yang sudah beranjak dewasa atau yang telah masuk usia manula, tentu kalian ingatkan dengan hitung-hitungan dalam ilmu matematika, sampai‑sampai dibuat lagu berlirik singkat untuk menghibur diri akibat dari 'seramnya' mata pelajaran ini.

"Matematika‑matematika, bahasa Indonesia. Datang Belanda ditembak jatuh cinta." Sungguh ini lirik lagu yang hiperbola, bias tanpa terang‑benderang, benar-benar membingungkan.

Emang siapa juga yang langsung jatuh cinta? Siapa tahu tembakan cintanya tertolak, layaknya kisah pahit asmara Ti Pat Kay dalam film action adventure Monkey King, yang disutradarai Cheang Pou‑soi.

Itu zaman SD. Entah kalau di lembaga‑lembaga 'tukang' pemerintah, angka satu dijumlah dengan angka enam mungkin hasilnya bukan tujuh. Oleh oknum bisa saja dijadikan angka dua, tiga, atau empat hasilnya. 

Semuanya disesuaikan seleranya. Yang penting menghasilkan apa itu yang disebut kendaraan mewah dan rumah bergaya istana tanpa kerja keras dan kerja cerdas.

Jongfajar Kelana

Satu ditambah enam sama dengan tujuh. Hasil penjumlahan ini mirip dengan perpautan umur dia dan itu orang. Keduanya beda tujuh tahun. Dia yang sebagai tertua tampan memesona, dan itu orang adalah yang muda belia cantik energik.

Keduanya akan berfusi, mengisi seremonialnya usai Idhul Adha pada bulan sembilan ini. Yang bagi rezim Presiden Soeharto, bulan sembilan merupakan momen yang menyeramkan.

Dianggap sejarah kelam bangsanya, sekaligus membanggakan karena mengklaim sukses mempromosikan kekuasaannya yang mampu mempertahankan ideologi Pancasila.

Sepakat atau tidak, inilah sejarah yang masih diperdebatkan sepanjang zaman anak cucu bangsanya, bernama Indonesia. Lupakan sejenak, lebih baik dibawa asyik. 

Anggap bulan sembilan itu seperti yang diucapkan selebriti ternama, Vina Panduwinata, yang mendendangkan lirik, "September ceria. September ceria. Milik kita bersama."

Dia dan orang itu sebagai September ceria, sebab berdua akan dibumbui aroma sakral penguatan sejarah indah. 

Keduanya duduk kompak di kursi bahtera keluarga, merayakan perbedaan dalam balutan janji kesetiaan. Bersama‑sama membangun cita‑cita perjuangan hidup semati, sekali seumur hidup. Inilah, Cinta 16916. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN