JAKET PELAMPUNG

Jaket Pelampung

Sejarah bisa saja terulang. Belajarlah dari sejarah yang sudah bergulir. Ada anggapan yang lalu akan berlalu. Dilupakan begitu saja, tidak mau mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah yang telah terlewati.

Anggapan inilah yang sangat membahayakan. Setiap peristiwa itu punya hikmah, ada pesan yang bermakna, memiliki inti sari pelajaran yang berguna bagi kehidupan kini dan di masa mendatang.

Belakangan ketika hari Sabtu 14 Mei 2016, terjadi tragedi yang menyedihkan, ada kecelakaan lalu-lintas air Dermaga Penajam-Dermaga Kampung Baru Kota Balikpapan, antara perahu Speedboat Petrosea dan Speedboat angkutan umum. Sungguh memilukan kejadian sekitar pagi menjelang siang itu.

Akibat kejadian ini menimbulkan korban jiwa dari Speedboat angkutan umum, menewaskan empat orang. Waktu sebelum terjadi benturan di tengah perairan Teluk Balikapapan, seluruh penumpang Speedboat angkutan umum tidak ada yang mengenakan jaket pelampung.

Korban jiwa banyak di pihak speedboat angkutan umum, sebab ukuran perahu motor cepat ini lebih kecil daripada Speedboat Petrosea yang bisa menampung puluhan orang. Seandainya waktu itu penumpang menggunakan jaket pelampung, kemungkinan risiko besar akan terhindar.

Suasana perairan dermaga Penajam pada Sabtu 7 Mei 2016 siang yang diselimuti awan mendung. Angkutan-angkutan umum speedboat ini menawarkan jasa penyeberangan Penajam-Kota Balikpapan dengan harga tarif belasan ribu rupiah. (Photo by Budi Susilo)

Entah kenapa seolah tidak mau mengambil pelajaran dari persitiwa kecelakaan itu, masih saja ada beberapa penumpang yang belum sadar. Naik Speedboat angkutan umum penyeberangan Teluk Balikpapan banyak yang tidak menggunakan jaket pelampung, padahal sudah disediakan oleh pihak Dinas Perhubungan setempat. Sungguh sangat disayangkan.

Saya sendiri pernah punya pengalaman naik Speedboat angkutan umum Penajam-Kota Balikapapan. Saya naik perahu motor cepat ini sekitar seminggu sebelum adanya tragedi tabrakan dua perahu itu.

Saya mencoba naik angkutan air ini pada, Sabtu 7 Mei 2016 pagi usai melakukan peliputan jurnalistik bencana kapal panggai nelayan yang tenggelam di perairan Paser akibat kelebihan penumpang. Saya naik speedboat umum dari Penajam bersama teman seprofesi, Muhammad Fahri, menuju ke Kota Balikpapan.

Penumpang Speedboat angkutan umum di Dermaga Penajam yang saya tumpangi tidak mengenakan jaket pelampung sebab pihak motoris speedboat tidak menyediakan fasilitas jaket pelampung yang dianggap sangat penting dalam keselamatan perjalanan, pada Sabtu 7 Mei 2016 siang. (Photo by Budi Susilo)

Saat itu cuaca memang mendung, hujan rintik. Saya sedikit khawatir sebab ketika naik Speedboat angkutan umum ini tidak sediakan jaket pelampung. Saya bertanya-tanya, ada dimana jaket pelampung, namum sang motoris perahu tidak menggubrisnya, diacuhkan saja.

Bayangan akan mengalami kecelakakaan saat itu muncul. Sampai saya beranda-andai bagaimana bila speedboat umum mengalami bocor dan tenggelam, mengingat yang sedang bersama saya juga ada penumpang seorang ibu tua dan anak kecil sekitar umur empat tahun.

Paling bagus, sebaiknya pebisnis speedboat angkutan umum itu sediakan jaket pelampung bagi penumpang. Jika ada penumpang yang enggan mengenakan biarkan saja, kasih mereka para penumpang yang ingin memakainya. 

Keselamatan perjalanan itu nomor satu. Soal perjalanan menuju lokasi tujuan itu nomor dua. Yang terpenting itu, yang paling utama adalah keselamatan selama perjalanan. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN