BALIKPAPAN ISLAMIC CENTER 2

Gerbang Rasul Bergaya Arab dan Romawi  

Sinar matahari senja menyinari bagian depan bangunan Balikpapan Islamic Center (BIC) Kelurahan Gunung Bahagia, pada Senin 6 Juni 2016. Tampak saat Tribun memasuki pintu gerbang komplek ini, bangunan yang terlihat jelas kena pantulan mentari sore ialah Gerbang Rosul yang berdiri di bagian bawah menara astronomi.

Asal muasal dibuatnya Gerbang Rosul di komplek BIC ternyata punya cerita, bukan hanya sekedar dibangun begitu saja. Ketika berbincang dengan Manager Konstruksi BIC, Sumarsono Kayatmo, bahwa Gerbang Rosul itu simbol yang memiliki makna pesan bagi para pengunjungnya.

Ketika Tribun meninjau ke lokasi Gerbang Rosul tersebut, terlihat ada beberapa pekerja tukang bangunan sedang melakukan finishing pada bagian atas gerbang tersebut. Kondisi Gerbang Rosul pun masih polos belum diberi warna cat dan hiasan gambar seni kaligrafi.

Kata Sumarsono, Gerbang Rosul itu mengambil konsep gaya arsitektur berselera nusantara bercampur etnik khas negeri arab juga Romawai, karena menonjolkan tiang-tiang atau pilar berkonsep koloseum di Athena.

Gerbang Rosul dirancang dengan membentuk layaknya bulan sabit, memperindah bagian bawah menara astronomi BIC yang memiliki tinggi 62,2 meter. Jumlah pilar-pilar Gerbang Rosulnya berjumlah 25 buah, yang menggambarkan di Al Quran ada 25 nabi dan rosul.

"Ada pesan ilmu keislaman dari arsitektur yang dibuat. Selain sebagai memperlengkap keindahan, simbol-simbol memberikan edukasi ke para pengunjung," ungkap Sumarsono, yang merupakan lulusan Arsitektur dari Institut Teknologi Bandung. 

Pembangunan Gerbang Rosul Balikpapan Islamic Center Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur pada Senin 6 Juni 2016 sore. (Photo by Budi Susilo)

Bila dilihat secara sekilas, Gerbang Rosul itu menyerupai bentuk gerbang yang dimiliki oleh Masjid Agung Jawa Tengah yang selesai dibangun pada 14 November 2006. Sementara, Gerbang Rosul yang berdiri di BIC, masih dalam proses penyelesaian akhir, targetnya akhir Juni ini rampung.

Keberadaan Gerbang Rosul, tambahnya, sebagai pembatas area suci untuk ritual ibadah dengan area bagi khalayak umum yang belum bersuci dengan air whudu. Karena fungsi inilah, kemudian Gerbang Rosul ditempatkan pada bagian paling terdepan.

"Begitu kita masuk ke area BIC, kita bisa langsung lihat menaranya dan Gerbang Rosul. Dua ikon ini jadi ciri khas Islamic Center yang dimiliki oleh Kota Balikpapan," tutur Sumarsono yang lahir di Solo pada 23 Desember 1948 ini.

Untuk penggarapan seluruh area BIC yang seluas 8.755 meter persegi, menelan dana sebanyak Rp 329.729.650.000 yang diambil dari APBD Kota Balikpapan tahun 2014 hingga tahun 2016 dengan masa pelaksanaan konstruksi selama 720 hari.[1]

BIC Tiada Mengenal Pemadaman Listrik
*Daya Listrik 865 KVA
*Sedia Mesin Genset 500 KVA

Balikpapan Islamic Center (BIC) yang sekarang memasuki pembangunan babak akhir, ternyata dilengkapi infrastruktur listrik yang prima, berdaya 865 KVA yang bisa menjangkau seluruh bagian bangunan yang berdiri di luas lahan 8.755 meter persegi.

Demikian diungkapkan, Untung Susilo, Site Engineer Mechanical Electrical PT Pembangunan Perumahan Persero, saat ditemui Tribun di proyek pengerjaan BIC Jalan Belibis, Kelurahan Gunung Bahagia, Kecamatan Balikpapan Selatan, pada Senin 6 Juni 2016.

Ia menjelaskan, pengadaan listrik dan air sesuatu hal yang primer bagi BIC. Sampai sekarang ini, pengerjaan masih tahap proses penyempurnaan. "Listriknya sudah kami bangun tinggal 60 persen lagi," urai Untung, yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Mesin genset yang dimiliki Balikpapan Islamic Center (Photo by Budi Susilo)

Menurutnya, pengerjaan jaringan listrik butuh waktu 30 hari lebih. Penggarapannya hanya sebatas infrastruktur listrik dengan daya 865 KVA (Kilo Volt Ampere). Sementara, soal sumber energi listriknya nanti yang mengalirkan adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) Balikpapan.

"Yang paling banyak memakai listrik nanti di bagian masjid. Soalnya banyak-banyak lampu. Saya nilai daya yang sekarang kami buat akan cukup," kata Untung yang lahir di Semarang Jawa Tengah ini.

Sebagai antisipasi ketika nanti ada pemadam listrik dari PLN, pihaknya juga telah memasang infrastruktur mesin genset dengan berkekuatan 500 kilo volt ampere.

Saat itu Tribun berkesempatan mendatangi lokasi mesin genset. Benda canggih ini diletakkan pada bagian sisi kiri dari pintu masuk BIC. Komponen genset terbagi menjadi dua bagian, yakni mesin panel genset dan mesin sumber energi genset.

Posisi mesin genset tersimpan baik, sebab mesin ini dilindungi dengan bangunan beton berpintu jeruji besi. Bagi mereka yang tidak berkepentingan tidak bisa masuk bebas. Pintu jeruji ruangan mesin genset ini dikunci rapat.  

Diharapkan, kata Untung, dengan adanya mesin genset ini, BIC tetap mendapat aliran listrik kapan pun, tidak ada lagi terkendala pemadaman listrik guna melancarkan kegiatan ritual ibadah dan sosial keagamaan umat muslim.

"Mesin genset bukan barang impor. Mesin genset buatan dalam negeri, asli Indonesia. Dibuat di pabrik Terboyo Semarang," ungkap pria lulusan Elektro dari Universitas Diponegoro Semarang ini.

Sumber Airnya dari Tanah yang Disaring Water Treatment
Selain listrik, BIC juga dilengkapi sumber air yang mencukupi. Pihak kontraktor sudah membangun infrastruktur pompa air sumur dalam tanah dengan hasil produksi air mencapai 9 meter kubik per jam.

Menurut Untung, pengadaan pompa air itu sudah tidak perlu lagi mengandalkan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM). Pompa air sumur tanah telah dilengkapi dengan water treatment plant, alat semacam penyaring air, yang menetralisir air dari bakter-bakteri yang membahayakan.

"Pengerjaan pemasangan sumur pompa sampai jaringannya sudah selesai 100 persen. Sekarang sudah dicoba, hasilnya bagus, lancar-lancar saja," ungkap bapak beranak satu ini.

Mesin pompa sumur tanah di Balikpapan Islamic Center pada Senin 6 Juni 2016 sore. (Photo by Budi Susilo)

Pengerjaan infrastruktur air tersebut membutuhkan waktu sekitar satu bulan lebih. Hal yang paling sulit membangun air sumur ini adalah pada bagian pengeboran tanah, karena membutuhkan banyak tenaga dan waktu. "Tanah kami bor sampai kedalaman 150 meter," tutur Untung.

Kata dia, tambahnya, kualitas air tanahnya bisa dibilang bagus. Berdasarkan hasil penelitian laboratorium, air tanahnya hampir serupa dengan hasil produksi air dari PDAM. Namun air yang dihasilkan ini tidak layak untuk dikonsumsi. 

Sebagai memaksimalkan penggunaan sumber air tanah, pihaknya juga memasang penampung air yang bisa mengalirkan keseluruh bagian bangunan BIC. Penampung air yang tersedia adalah ukuran tangki bermuatan 170 kubik air.

"Air di dalam tanah disedot, dialirkan ke tangki penampung kemudian disalurkan lagi ke keran-keran yang dipakai," ujar Untung, yang memiliki kumis tipis ini.[2] ( )


[1] Koran Tribunkaltim, “Gerbang Rasul BIC Bergaya Arab-Romawi,” terbit pada halaman depan pada Selasa 7 Juni 2016.
[2] Koran Tribunkaltim, “Siapkan Sumur Bor,” terbit pada Selasa 7 Juni 2016 di halaman depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN