PERTANIAN KEDELAI BULUNGAN 2

Tersisa Ratusan Lahan Lowong


Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bulungan menyediakan kesempatan penanaman kebun kedelai bagi 1000 hektar pasang surut. Namun sejauh ini, banyak yang belum berminat mengambil peluang ini.

Saat menemui Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan, Muhammad Iqbal, menuturkan, sejak ditawarkan programnya, pada awal tahun 2016, petani yang berminat menanam kedelai lahan pasang surut ini baru mencapai 600 hektar.

“Masih ada sisa 400 hektar lagi. Saya bermohon kepada camat atau lurah yang warganya ingin menanam kedelai segera hubungi kami,” ujarnya usai mengikuti rapat koordinasi dengan Bupati di Jalan Jelarai, Kamis 3 Maret 2016.

Dia menganalisis, penyebab kurang minatnya para petani menanam kedelai bukan disebabkan kurangnya sosialisasi program. Sebab pihaknya sudah melakukan penyebaran informasi ini kepada seluruh kelompok tani di seluruh Kabupaten Bulungan.

“Banyak petani yang sudah tahu tapi kembali lagi ke mereka, apakah mau menanam atau tidak. Tergantung masing-masing petani,” ujar Iqbal, pria kelahiran Bugis ini.

Padahal, tambahnya, program penamaman kedelai didukung penuh oleh pemerintah daerah. Petani hanya menyediakan lahan dan modal tenaga penanaman dan perawatan.

“Kami berikan gratis pupuk, bibit kedelai, biaya pengolahan lahan, pemberian racun serangga hama kedelai,” ungkapnya.

 
Kemudian, terkait soal pemasaran hasil panen, tambah dia, pemerintah kabupaten akan berupaya mencari pemborong dari luar daerah seperti dari tanah jawa atau juga ke para pelaku industri pembuatan tempe tahu di Bulungan dan Kota Tarakan.

“Saya sudah sering mendengar petani banyak yang mengeluh soal susahnya memasarkan hasil panen kedelai,” tutur pria berkumis tipis ini.

Iqbal menegaskan, pemasaran kedelai jangan terlalu dipikirkan, sebab yang terpenting ada barangnya terlebih dahulu. Jika barang tersedia melimpah, tentu saja banyak pembeli yang akan datang mencari.

“Kita berbuat dahulu, baru cari pasar. Pembeli mau kedelai yang melimpah. Biar bisa sekalian membeli banyak. Kalau kedelainya hanya sedikit, pembeli enggan mau membeli. Kita tanam saja dahulu, banyak-banyak,” katanya.

Dia berharap, kepada semua kelompok tani sebaiknya mencoba menanam terlebih dahulu, mengingat pemerintah kabupaten memberikan fasilitas daya dukung menanam kedelainya.

“Kami juga sudah punya gudang pertanian. Sambil menunggu pembeli, kedelai nanti bisa ditaruh digudang yang kami sediakan. Saya yakin potensi pasar kedelai bagus. Saya ingin petani jangan pesimis dahulu. Dicoba, pasti akan membuahkan hasil yang baik,” ujar Iqbal.

Ubah Kesan dan Sediakan Gudang
Program pertanian tanam kedelai pemerintah Kabupaten Bulungan ditanggapi kalangan akdemisi dari Fakultas Pertanian Universitas Kaltara. Satu di antaranya ialah Marlan Sumani Putra, dosen pertanian, mengatakan, langkah yang harus diambil agar kedelai petani Bulungan bisa diterima pasaran adalah melakukan perubahan kesan.

“Selama ini kita menganggap kedelai lokal lebih buruk dari yang impor. Anggapan ini tidak benar. Kita harus ubah, bahwa kedelai lokal jauh lebih bagus kualitasnya. Bagus untuk bahan makanan,” ujarnya di pelataran parkiran Dinas Pertanian Bulungan.

Ia ingin petani bersama pemerintah bersama-sama membangun kesan kedelai lokal itu berkualitas. Para produsen pemakai kedelai yang ada di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, dan Kalimantan Timur sebaiknya jangan salah kaprah menganggap kedelai lokal kualitas rendah. “Mari kita gunakan kedelai produk kita,” kata Marlan.

Dia menilai, pasar kedelai lokal akan propespektif asalkan, para pabrik-pabrik pembuat tahu dan tempe yang ada di provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur menggunakan kedelai lokal. “Sekarang ini kita lihat saja, mereka (pabrik) masih gunakan kedelai yang dari impor,” tutur Marlan.

Selain itu, tambahnya, pemerintah kabupaten juga masih kurang sediakan infrastruktur gudang penampungan hasil panen kedelai. Jikapun ada, kondisinya belum memenuhi standar.

Menurut Marlan, keberadaan gudang hasil panen kedelai perlu disediakan supaya para petani usai panen bisa ditampung secara aman, sambil menunggu datangnya pembeli.

“Jangan sampai panen kedelai daerah kita melimpah, mengalami surplus lalu tidak ada fasilitas gudang yang memadai maka nanti yang terjadi akan mubazir. Petani nanti banyak yang frustasi, tidak ada lagi yang mau menanam,” tegasnya.  

Dia berharap, pemerintah jangan hanya sediakan bibit, pupuk, racun hama kedelai secara gratis, namun juga dibarengi dengan perlengkapan gudang yang berkualitas. Jika berhasil, panen kedelai secara serentak berjalan baik, pasti akan terjadi penumpukan kedelai. Ini membutuhkan tempat sementara yang memadai, sambil menunggu pembeli.

“Pemerintah harus juga koordinasi dengan daerah lain, mencari pasar. Pemkab Bulungan rajin lakukan promosi ke provinsi lain menawarkan kedelai unggulan dari Bulungan,” kata Marlan.

Gagal, Kedelai Hadi Sempat Kebanjiran
Dinas Pertanian menggelar sosialisasi pengetahuan penanaman kedelai pada Rabu 2 Maret 2016. Puluhan petani yang berasal dari daerah transmigran Tanjung Buka Bulungan datang ke acara ini. Mereka antusias mengikuti ilmu tanam kedelai tersebut.

Namun program penamanam kedelai di lahan pasang surut, membutuhkan waktu dan tenaga serta strategi jitu dalam penataan air. Menanam di lahan pasang surut, harus mengerti ukuran genangan air. Jika tidak pas takarannya, tanaman akan berujung membusuk.

“Saya pernah tanam kedelai di lahan pasang surut seluas setengah hektar tapi hasilnya gagal. Tanamannya banyak yang tidak jadi kedelai,” ujar Hadi Prayitno (43), seorang petani dari SP1 ini, yang ikut sosialiasi ini.

Waktu itu, ungkap dia, kegagalan disebabkan banyaknya volume air yang masuk ke lahan kedelai pasang surutnya. Apalagi saat itu kebetulan sedang banjir besar melanda Kabupaten Bulungan.

“Saya akan coba lagi. Saya akan belajar dari keselahan sebelumnya. Saya akan buat tanggul lebih tinggi, supaya air dari sungai tidak masuk banyak ke lahan kedelai yang akan saya garap nanti,” tutur Hadi yang kini memiliki lahan sawah padi seluas 4 hektar ini.

Dia menilai, program yang ditawarkan pemerintah kabupaten tersebut ditanggapi positif. Alasannya diberikan fasilitas yang luar biasa, petani hanya bermodalkan mengelola hingga merawat lahan kedelai.

“Buat tambah-tambah pengasilan saya. Semoga saja saya bisa berhasil. Nanti mau ikut coba menanam kedelai. Mumpung lagi ada program yang diberikan gratis bibit, pupuk sampai racun hamanya,” kata pria asal Batang Jawa Tengah ini.

Senada, Benny (45), petani SP1, menuturkan, dirinya akan mencoba menanam kedelai, mengingat dirinya memiliki lahan jenis pasang surut. “Saya mau tanam. Tapi saya masih bingung, kalau sudah panen mau saya jual kemana, belum tahu,” ujar pria beranak tiga ini.

Bagi dia, menjual panen padi lebih mudah ketimbang kedelai. Berdasar pengalamannya, Benny pernah tanam kedelai namun gagal total akibat tidak terkelola baik dalam pengairan lahan.

“Padi saya dijual ke Tanjung Selor langsung banyak yang membeli. Kalau kalau kedelai belum tentu bisa. Kalau dikonsumsi sendiri kedelainya juga tidak mungkin,” kata transmigran asal Pekalongan Jawa Tengah ini.

Rencananya, tutur dia, penamaman kedelai juga akan Benny kombinasikan dengan tanaman lain seperti kancang panjang, buncis, dan cabai, supaya ada perluasan hasil tanam.

“Saya sudah niat sejak berangkat transmigrasi sudah mau bertani. Hidup sampai mati saya akan bertani. Kalau mau tanam kedelai, sudah prinsip hidup saya. Mau saya tanam juga,” tegas suami dari Munawardah Jannah ini. ( )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN