TIAS KALIMANTAN UTARA
Ketika Santri di Pelosok Pergi ke
Kota
Lokasi yang jauh dari perkotaan tidak menghalangi mengikuti kegiatan
wisuda di perkotaan Tanjung Selor. Gelora semangat berpendidikan dikobarkan
meski harus menyeberangi perairan sungai. Semangat pepatah tuntutlah ilmu
sampai ke negeri Tiongkok dipraktikan dalam kehidupan.
ITULAH peristiwa yang tergambar dari warga Kampung Tias saat menghadiri
wisuda santri yang digelar Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI)
wilayah Kabupaten Bulungan.
Satu di antaranya santri dari Kampung Nelayan Tias. Ketika ditemui, Siti
Hafizah, guru Taman Pendidik Al Quran (TPA) Al Hidayah, Kampung Tias, sengaja
datang berkunjung ke Tanjung Selor bersama 25 anak didik untuk di wisuda.
“Buat kami ini pengalaman yang pertama kalinya. Kami datang inisiatif
sendiri dan biaya sendiri,” katanya pada Minggu 24 Januari 2016 siang usai mengikuti
penyematan para santri di gedung Tamaddun, Jalan Kolonel Soetadji, Tanjung
Selor.
Secara geografis, Kampung Tias berada di pelosok, jauh dari perkotaan
Tanjung Selor. Hanya bisa ditempuh menggunakan transportasi air. Butuh waktu
sekitar dua jam perjalanan dari Tanjung Selor ke Kampung Tias.
Para santri dan guru-guru dari Tias ikut berfoto bersama usai lakukan wisuda |
Perkampungan yang mayoritas kaum nelayan kecil itu berada di wilayah Desa
Tanjung Buka, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan, Provinsi
Kalimantan Utara.
“Sudah niat mau hadiri acara wisuda. Sampai ada yang sakit satu anak,
tapi setelah sudah sampai dan mau acara wisuda bisa sembuh kembali, saking
senangnya, bersemangat,” tutur Siti, wanita kelahiran Tias 20 Agustus 1984 ini.
Mereka yang datang dari Kampung Tias ini sebanyak enam guru, 13 santriwan
dan 12 santriwati. Mereka datang menggunakan perahu bermotor. “Tiap santri kena
biaya transportasi Rp 120 ribu. Orang tua mereka tidak ikut karena alasan
biaya. Hanya kami saja guru-guru yang melindungi,” ujarnya.
Syukur, ungkap Siti, selama perjalanan menuju perkotaan Tanjung Selor
tidak ada kendala apapun. Cuaca saat itu cerah, perahu bisa berjalan lancar.
“Kami di Tanjung Selor diberi seorang donatur, diberi ruang hotel dua kamar.
Hanya menginap sehari saja. Transportasinya kami bayar sendiri,” ungkap
perempuan berkulit gelap ini.
Lainnya, juga ada seorang Santri Anisa Fitri dari Selimau Satu sangat
berbahagia bisa menghadiri wisuda dan ditetapkan sebagai santri terfavorit.
Perempuan berkaca-mata ini kini masih duduk dibangku sekolah madrasah
tsanawiyah yang ingin bercita-cita menjadi guru.
“Saya senang ikut mengaji. Banyak ilmu yang saya peroleh. Saya pergi
kesini bersama teman-teman naik mobil bak terbuka bersama-sama,” kata wanita
kelahiran Desa Wonomulyo Bulungan ini.
Acara wisuda tersebut turut dihadiri Sekertaris Daerah Pemerintah
Kabupaten Bulungan, Syafril berserta Kepala Kemenag Bulungan, Nabhan dan Ketua
BKPRMI Bulungan, Samsuddin.
Saat memberikan sambutannya, Safril mengharapkan agar di Kabupaten
Bulungan bisa diisi generasi muda yang cinta pada Al Quran dan mau meneladani
Rasulullah SAW. “Agama jadi pedoman hidup. Menyongsong masa depan gemilang,”
tegasnya.
Menurut data dari BKPRMI Kabupaten Bulungan, santri yang diwisuda
mencapai 547 santri dari total keseluruhan 1165 santri yang berasal dari 83 TPA
yang ada di Kabupaten Bulungan. ( )
Saya setuju agama menjadi pedoman hidup. Dan diajarkan sejak kecil sehingga tertanam nilai-nilai islami yang penuh rahmat
BalasHapusYups, is good :D
Hapusluar biasa semangatnya
BalasHapusYg muda2 dewasa, gak boleh kalah semangatnya
Hapus