DEMAM BERDARAH DENGUE TANJUNG SELOR
Sehabis Subuh Anak Saya Tiba-tiba
Demam Tinggi
Menjelang siang, anak Adiva yang bertelanjang dada tidur nyenyak
dipangkuan ayahnya yang sedang duduk di ranjang empuk kamar inap ruang anak
lantai dua, Rumah Sakit Umum Daerah Soemarno Sosroatmodjo (RSUD SS) Tanjung
Selor, Selasa 5 Januari 2016.
BOCAH umur 2 tahun itu sedang positif terkena Demam Berdarah Dengue (DBD)
sejak dua hari lalu. Rumah tinggalnya ada di Jalan Jambu, Kelurahan Tanjung
Selor Hilir, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan.
“Waktu itu sehabis subuh, masih pagi sekali, anak saya kena demam tinggi.
Saya bawa langsung ke rumah sakit, ternyata kata dokter anak saya kena demam
berdarah,” ujar Satriani, 24 tahun, ibu kandung Adiva yang juga ikut menemani
di rumah sakit.
Sebelumnya, kata Satriani, anaknya masih terlihat energik. Pada malam
minggu masih bermain dan bercanda dengan keluarga dan teman-teman sebayanya.
Namun tak disangka, pada esoknya, penyakit menghampiri. “Syukur sekarang sudah
lebih baik kondisinya. Sudah tidak lagi demam. Sekarang tinggal pemulihan
saja,” ungkapnya.
Tetangga disekitarannya juga pernah ada kena demam berdarah. Entah
sesuatu hal yang tidak diinginkannya kemudian datang menerpa anaknya, ikut
terkena demam berdarah.
Selama ini, tuturnya, perkampungan tempat tinggalnya belum pernah
dilakukan operasi pengasapan demam berdarah. “Sudah ada kejadian ini, rumah
kami mulai dibersih-bersihkan. Kami ingin tidak ada lagi kejadian yang sama
terulang lagi,” ujarnya.
Tak hanya Adiva, ada lagi bocah umur 6 tahun bernama Aydil Putra Pratama
pun terkena serangan nyamuk Aedes Aegypti di kediamannya yang berada dibilangan
Jalan Jendral Sudirman. Kini, Aydil masih berbaring nyaman di RSUD SS Tanjung
Selor.
“Sekarang kata dokter kondisi tubuh anak saya sudah lumayan baik. Sudah
enak tubuhnya. Mau makan dan minum lahap. Untungnya dia lagi libur sekolah
taman kanak-kanak,” kata Sri Wahyuni, 28 tahun, ibu kandungnya.
Sri tidak menyangka jika anaknya yang bertubuh montok kena demam berdarah
pada 29 Desember 2015 lalu. Gejalanya saat itu, anak Sri tubuhnya muncul
bintik-bintik merah seperti penyakit campak disertai demam tinggi.
Kendati sudah ada beberapa pasien DBD yang dirawat di RSUD SS
Tanjung Selor, Kabag Tata Usaha RSUD SS Tanjung Selor, Chas Darmawan,
mengatakan, kasus demam berdarah yang ditangani rumah sakit berplat merah
tersebut dianggap bukan peristiwa yang besar.
Sebab katanya, pasien yang datang hanya satu atau dua orang saja. “Dari
tahun kemarin dengan tahun 2015 kasusnya sudah menurun. Tidak ada lagi kasus
DBD secara massal,” ujar Chas, yang pernah bertugas sebagai perawat di
Puskesmas Desa Pimping selama 11 tahun ini.
Soal penanganan penyakit demam berdarah, RSUD SS Tanjung Selor selalu
siap dan mantap dalam melayani karena tersedia fasilitas lengkap seperti
sarana-prasarana laboratorium darah, ruang inap yang nyaman, tersedia dokter
anak, dan layanan BPJS Kesehatan.
Seperti halnya, ada sarana laboratorium transfusi darah. Bagi pasien DBD
sangat berguna. Biasanya setiap enam jam pasien yang sudah positif parah DBD
mesti ditangani dengan penggantian darah supaya penyakitnya tidak semakin
parah.
“Sampai sekarang pasien DBD yang kami tangani bisa pulang kembali. Sembuh
total, tidak ada yang meninggal dunia. Kebanyakan yang kena DBD adalah usia
anak-anak,” kata pria asal Samarinda ini.[1]
Penyemprotan
DBD Belum Efektif
Masih adanya pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Daerah
Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan,
Ariyani Arsyad, menjelaskan, persoalan DBD mesti ada kesadaran masing-masing
warga.
Melakukan penyemprotan atau pengasapan demam berdarah dianggap tidak
efektif. Karena cara ini sangat mahal dan tidak tepat sasaran. Keculai jika ada
persitiwa korban DBD secara massal maka penanganan pertama adalah dilakukan
penyemprotan.
Yang benar, ungkap Ariyani, adalah pencegahan dengan melakukan menguras,
menutup, dan mengubur. Ini dilakukan fokus di rumah masing-masing. “Harus mau
hidup bersih. Bak mandi dilihat jangan sampai ada jentik nyamuk,” katanya.
Dia mengungkapkan, nyamuk Aedes Aegypti tidak beredar di genangan air
yang ada di atas tanah. Tetapi tinggal di tempat-tempat tadah seperti di
antaranya permukaan seng, plastik dan semen beton.
“Baju yang bergelantungan juga rawan dihinggapi nyamuk-nyamuk. Biasanya
nyamuk menggigit pada siang hari. Menggitnya tidak mengenal umur dan jenis
kelamin, siapa saja akan diserang,” ungkap Ariyani.
Menurutnya, masyarakat tidak boleh menyerah, mesti selalu sadar untuk
hidup bersih. Bencana demam berdarah tidak mengenal musim panas dan penghujan.
Nyamuk ada ketika ada genangan air.
Berdasarkan catatan di Dinas Kesehatan Bulungan tahun 2015, daerah
endemik DBD ada di daerah Kecamatan Tanjung Selor, Kecamatan Tanjung Palas, Kecamatan
Bunyu, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Salimbatu, dan Kecamatan Sekatak.
“Kami sudah lakukan deklarasi zero DBD sebagai kampanye melawan DBD.
Keberhasilan programnya ada di peran warganya. Bila mau berperan secara
maksimal saya yakin Bulungan akan bersih dari DBD,” tegas perempuan berjilbab
ini.
Karena itu, tambahnya, dia pun akan melakukan kampanye ke
sekolah-sekolah, melibatkan para pelajar sebagai kader pencegah penyakit DBD di
lingkungan rumahnya masing-masing. “Banyak anak-anak yang jadi korban. Makanya
kami juga libatkan dalam kegiatan kampanye melawan DBD,” tutur Ariyani.[2]
( )
DATA Penderita DBD
Umur 0-14 tahun ada 179 orang
Umur 15-65 tahun ada 48 orang
Jadi total keseluruhan adalah 227 orang
Januari
hingga Desember 2015
Umur 0-14 tahun ada 90 orang
Umur 15-45 tahun ada 14 orang
Jadi total keseluruhan adalah 104 orang
Januari 2016
Umur 0-14 ada dua orang
SUMBER: Tata Usaha RSUD SS Tanjung
Selor
[1]
Koran Tribunkaltim, “Demam Berdarah
Bengue Menjangkiti Anak-anak: Sehabis Subuh Anak Saya Tiba-tiba Demam Tinggi,”
terbit pada Rabu 6 Januari 2016, di tulisan kaki halaman depan bersambung ke
halaman 11.
[2]
Koran Tribunkaltim, “Nyamuk Kebal
Penyemprotan,” terbit pada Kamis 7 Januari 2016 di halaman depan.
Dulu saya pernah baca sebuah berita dari media online, katanya sih virus DBD itu justru munculnya dari manusia yang memiliki pola hidup tak sehat dan nyamuk hanya sebagai perantara saja. Semoga deh masyarakat bisa menerapkan pola hidup mulai dari diri sendiri juga lingkungan agar terhindar dari wabah DBD. Aamiin. :)
BalasHapusSalam kenal, mas. :)
http://penjajakata.com/
ITU pendapat yang tdk ilmiah. Nyamuk Aides itu tdk suka pada alam genangan air di atas tanah dan selalu beroperasi pada siang hari. Maka dari itu waspadalah & jaga kebersihan, ingat 3M yak. Salam kenal juga masbro :D
BalasHapus