DEGUP KESEHARIAN SUNGAI KAYAN
Kulitnya
Sudah Kebal Terbiasa Air Sungai
Cahaya senja yang terpantul di wajah Sungai Kayan mulai redup. Rimbunan
hijau pepohonan di seberang taman tepian Sungai Kayan itu mulai menampakkan
suram. Ini karena akan memasuki dunia malam, habis terang terbitlah gelap.
MENJELANG tutupnya senja, beberapa manusia di Sungai Kayan terlihat sibuk
berendam, bergerak kesana-kemari, berenang bergaya bebas di Sungai Kayan.
Mereka ini tidak hanya orang tua, namun juga ada usia anak-anak, Kamis 14
Januari 2016.
Seperti halnya, Verawana, 19 tahun, yang bertempat tinggal tidak jauh
dari bibir Taman Tepian Sungai Kayan, Tanjung Selor, Kalimantan Utara, memandikan anaknya yang masih berusia
empat tahun di Sungai Kayan. Nama anaknya, Aidil Ferdi.
Anaknya Vera itu belum bisa berenang di sungai. Mandinya pun tidak
seperti anak-anak dewasa yang lainnya, menceburkan diri di sungai. Tubuh Aidil
yang mungil hanya disiram-siram saja pakai air sungai oleh ibunya di pinggiran
sungai.
Bermodalkan sebuah ember ukuran sedang, di pinggir sungai Vera menggayung
ember kesungai, menadah air hingga penuh di dalam ember, lalu kemudian
ditumpahkannya air itu ke anaknya, yang berjenis kelamin pria. “Langkah awalnya
saya biasakan dahulu dengan air sungai, supaya nanti bisa pandai berenang,”
ujarnya.
Setiap harinya, terutama saat sore hari, ketika kedalaman sungai sedang
dangkal dan tak berarus kuat, mereka bermandi ria di sungai. Mereka selalu
berlangganan membersihkan badan di Sungai Kayan yang airnya berwarna coklat.
“Anak saya setiap hari dimandikan di sungai ini. Selama ini tidak muncul efek
negatif. Kulit anak saya baik-baik saja, tidak timbul gatal-gatal. Mungkin
kulitnya sudah kebal, sudah terbiasa dengan air sungai,” ungkap Vera, perempuan
bertubuh gempal ini.
Nah, khusus orang-orang dewasa yang mandi berenang di sungai itu hanyalah
para lelaki saja, tidak ada wanitanya. Kala itu, orang dewasa yang mandi di
sungai hanya dua orang saja. Di setiap rumahnya, sebenarnya mereka itu memiliki
fasilitas kamar mandi yang memiliki sumber air dari Perusahaan Air Minum
Daerah Kabupaten Bulungan.
Mandi berenang di Sungai Kayan dianggap sudah kebiasan, rutinitas sore
yang tidak pernah ditinggalkan. Seolah mereka memperoleh kebahagiaan, bisa
menyatu bersama alam Sungai Kayan yang tak pernah mengalami kekeringan. Mereka
merasakan bebas lepas, menikmati air yang tersedia melimpah oleh alam.
Mungkin kenikmatan itu, dalam waktu beberapa bulan ke depan akan sedikit
terenggut. Selama ini, kegiatan mereka berada di kawasan hijau taman kota
pinggiran sungai kayan.
Warga tersebut membuat rangkaian kayu-kayu yang dibuat sendiri, berfungsi
sebagai tempat parkir perahu dan menjadi media untuk fasilitas menuruni ke
perairan sungai, dibangun di tanggul sungai.
“Disuruh bongkar sama Satpol PP. Bangunan kayunya dianggap melanggar
aturan. Sepanjang taman sungai tidak diperbolehkan lagi adanya bangunan liar,”
ujar Siti Zulaiha, 35 tahun, warga terdekat. “Bila disuruh bongkar, kami akan sulit
lagi mendekat, turun ke perairan sungai. Harus pergi jauh dahulu ke dermaga,”
tambahnya. ( )
Komentar
Posting Komentar