PERTANIAN KEDELAI BULUNGAN
Pemberian Pupuk dan Bibit Bukan Lagi Bansos
Tak hanya tahun 2015, di
tahun mendatang, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bulungan akan membuka
lagi lahan perkebunan kedelai seluas 5500 hektar dengan meninggalkan konsep
bantuan sosial.
KETIKA
ditemui Subuh Saptomo, Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Bulungan menjelaskan, pelaksanaan pembukaan lahan kedelai akan
dilangsungkan sekitar pertengahan tahun.
“Kami akan
fasilitasi para petani berupa bantuan bibit dan pupuk. Sifat pemberiannya bukan
bantuan sosial lagi. Kami gunakan konsep penunjukan langsung dan lelang ke
perusahaan,” ujarnya kepada Tribun di
kantor Bupati Bulungan, Senin 14 Desember 2015.
Ia
menjelaskan, perbedaan sebelumnya, pembagian bantuan bibit dan pupuk memakai
bantuan sosial. Uang bantuan diberikan kepada ketua kelompok petani kemudian
dibagi-bagikan ke para anggotanya untuk membiayai bibit kedelai dan pupuk.
“Tahun 2016
dapat instruksi dari Kementrian Pertanian tidak boleh lagi ada bantuan sosial.
Kami Dinas Pertanian bukan Dinas Sosial. Wajar bila skema bantuannya diubah,”
ujarnya.
Berdasarkan
informasi, PT Sangiang Sri akan menjadi lembaga yang akan menyalurkan bibit
kedelai, sedangkan PT Petrokimia dan PT Pupuk Kaltim yang berwenang membagikan
pupuk ke kelompok petani.
Sementara
untuk pestisida tanaman kedelai, akan dilakukan pelelangan, sebab biayanya bisa
menelan sampai di atas Rp 200 juta, menggunakan uang negara. “Petani akan
mendapatkannya semua secara gratis. Tapi nanti perusahaan-perusahaan yang akan
membagikannya,” katanya.
Subuh yakin,
pengembangan tanaman kedelai di Kabupaten Bulungan hingga mencapai 5500 hektar
akan berhasil, mampu menciptakan ketahanan pangan. Sebab, tambahnya, ada perubahan
strategi untuk mencapai produksinya.
Di tahun
2015, pengembangan lahan kedelai masih sebatas mengandalkan areal yang dialiri
air pasang surut. Sedangkan di tahun mendatang, akan dicoba menggunakan intensifikasi, meningkatkan lahan yang
sudah ada menjadi lebih maksimal dan memakai cara ekstensifikasi, membuka lahan tidur untuk dijadikan kebun kedelai.
Pupuk Datang Terlambat
ORGANISASI Kontak
Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bulungan menegaskan, kegagalan kedelai
beberapa bulan ini diakibatkan iklim kemarau dan dianggap program dadakan,
alhasil tanpa ada persiapan matang, pengiriman pupuknya pun datang terlambat.
Ketua KTNA
Bulungan, Ali Sumardi, menjelaskan, petani penggarap tanaman kedelai menghadapi
musim kemarau yang panjang. Akibat ini banyak tanaman kedelai yang kering, tak
berhasil, sebab tanaman kedelai itu mesti cukup air dan tidak boleh terlalu
gersang.
“Kami
mencatat dari 5 ribu hektar yang bisa panen kedelai hanya 2 ribu hektar saja
dengan berat kedelai sebesar 80 ton. Kami anggap ini bukan prestasi yang baik
buat petani,” ujarnya pada Tribun
Senin 14 Desember 2015.
Selain itu,
program yang diluncurkan Pemkab tersebut dianggap tergesa-gesa, dengan rencana
yang mendadak. Akibat ini, banyak petani yang merasa belum siap, sekalipun
dilakukan itu sifatnya terpaksa. “Petani dapat bibitnya. Tapi pupuknya agak
terlambat. Banyak petani yang menanti-nanti,” tuturnya.
Kegagalan
itu, membuat konsumen dari Jawa Barat menanggalkan belanja di Bulungan. Jumlah
panen kedelai yang tidak banyak membuat konsumen malas untuk membeli. “Rugi
kalau hanya beli sedikit kedelai. Rugi di ongkos perjalanan,” kata Ali.
Karena itu,
dia sangat antusias atas program pemerintah daerah yang mendukung program
penanaman kedelai dengan memberi bantuan petani berupa bibit dan pupuk.
“Kita perlu
juga mesti mencari pasaran. Selama ini pasaran kita belum jelas. Kalau sudah
ada kepastian pasar pastinya petani akan semangat menanam,” kata pria kelahiran
4 Mei 1970 ini.[1]
( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Dinas Pertanian
Buka Lahan 5.500 Ha: Pupuk dan Bibit Kedelai Bukan Lagi Bansos,” terbit pada
Selasa 15 Desember 2015, di halaman 22, rubrik Tribunkaltara.
Komentar
Posting Komentar