TRANSMIGRAN MENGEJAR KARTU TANDA PENDUDUK
Demi KTP Mugni Mengayuh Sepeda Dua
Jam
Perjuangan warga
perkotaan Tanjung Selor dalam memperoleh kartu identitas penduduk Kabupaten
Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, mungkin tidak seberat apa yang dialami
oleh warga transmigran seperti Mugni.
SENIN pagi, 5 Oktober 2015, pria transmigran Satuan Pemukiman (SP) 9, Desa Tanjung Buka,
Kecamatan Tanjung Palas Tengah, itu mesti melakukan perjalanan jauh,
menggunakan sepada kayuh untuk pergi mengambil Elektronik (El) KTP di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Bulungan yang ada
dibilangan Jalan Meranti, Tanjung Selor.
“Datang ke
kesini (Disdukcapil) tinggal mau mengambil KTP. Saya mau tanda tangan dan cap
jempolnya saja,” ujarnya saat berbincang dengan Tribunkaltim, di pelataran parkir kantor Disdukcapil Bulungan.
Mugni memilih
bersepeda bukan karena alasan klasik ingin memamerkan cintanya terhadap
kelestarian lingkungan atau sedang berolah-raga, tetapi yang
melatarbelakanginya faktor keuangan yang lemah.
“Saya pergi
ke kota memakai kendaraan umum harus keluar uang banyak. Saya belum punya
motor. Baru punya sepeda. Pergi ke kota naik sepeda saja bisa mengurangi
pengeluaran uang,” ungkapnya.
Dia berangkat
sendiri dari kediamannya di SP9 Desa Tanjung Buka pada pagi buta demi mendapatkan
El KTP. Perjalanannya tidak semulus yang dibayangkan, sebab tidak ada jalur
darat yang langsung ke lokasi.
Untuk bisa
tiba di daratan Tanjung Selor, dia mesti seberangi sungai di dermaga Selimau 3.
“Naik perahu penyeberangan. Karena membawa sepeda saya kena biaya Rp 15 ribu,”
ujar pria yang sehari-hari sebagai petani ini.
Singkat
cerita, saat menginjak bibir daratan Tanjung Selor maka perjalanan dilanjutkan
ke arah Disdukcapil Bulungan. Mugdni mesti mengayuh sepeda lagi sekitar satu
setengah jam. “Sampai di tujuan badan saya berkeringkat. Tiba dilokasi jam
delapan pagi,” kata Mugni, kelahiran Jombang, Jawa Timur.[1]
Tidak hanya
Mugni, ada yang lain yakni Mujani, umur 54 tahun, rela menyisihkan banyak waktu
untuk melakukan perjalanan ke Disdukcapil. Rumahnya ada di SP9 Desa Tanjung
Buka.
Mujani
terpaksa mengeluarkan uang banyak demi memperoleh El KTP. “Saya mengeluarkan
ongkos Rp 60 ribu untuk biaya perjalanan pergi dan pulang. Membuat (El KTP)
saya tidak dikenakan biaya apa pun,” urai pria transmigran dari Trenggalek Jawa
Timur ini.
Menurutnya,
mengambil El KTP begitu memberatkan, karena mengeluarkan uang banyak. Kadang
bila jaringan internetnya sedang rusak, dirinya terpaksa harus balik lagi pada
esok harinya. “Saya sudah empat kali datang kesini (Disdukcapil). Padahal
tinggal cap jempol saja,” katanya.
Belum Ada UPTD Kependudukan
Mengacu pada
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2006, mengenai Adminstrasi Kependudukan,
disebutkan Discapil diinstruksikan untuk membentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Kependudukan.
Lembaga ini
nantinya akan berada di tiap kecamatan Kabupaten Bulungan, sehingga hadirnya
UPTD ini, masyarakat tidak perlu lagi menuju ke kantor Disdukcapil Bulungan.
Semua yang berkaitan dengan pembuatan El KTP, bisa secara sempurna dibuat di
UPTD Kependudukan.
Menanggapi
hal itu, Edy Jumani, Plt Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bulungan, menjelaskan, pihaknya menyadari selama ini UPTD Kependudukan belum
terbentuk. “Daerah masih terbatas anggarannya. Personel kami pun juga masih
sedikit. Butuh tenaga ahli di bidang teknik informatika,” tuturnya.
Namun dia
sangat berharap, apabila sudah ada bupati terpilih, UPTD bisa terbentuk,
mengingat belum lama ini pihaknya juga telah mengajukan bantuan kepada
Kementrian Dalam Negeri.
“UPTD sudah
terbentuk masyarakat di pelosok seperti Sekatak, Peso tidak perlu lagi datang
ke Discapil. Di tiap kecamatan bisa langsung jadi El KTP. Kita bisa contoh di
daerah seperti Samarinda yang sudah berjalan,” ujar Edy. ( )
[1]
Koran Tribunkaltim, Demi e KTP Mugni
Mengayuh Sepeda Dua Jam, pada Rabu 7 Oktober 2015, halaman 22 rubrik daerah
TribunKaltara.
Komentar
Posting Komentar