KAPSUL WAKTU KALIMANTAN UTARA
Nurdin Rasakan Jalan
yang Gelap dan Rusak
Saat pagelaran tarian
adat Tidung, yang dipentaskan di halaman depan kantor Gubernur Kalimantan Utara
(Kaltara), Muhammad Nurdin, 37 tahun, ternyata lebih memilih duduk menjauh
bersama rekan-rekannya, di areal parkiran mobil, pada Kamis 29 Oktober 2015
pagi.
“Lagi
istirahat. Lumayan lelah sejak pagi buta sudah bawa mobil dari perbatasan,”
ungkapnya ketika ditemui oleh Tribun,
yang saat itu dia mengenakan topi putih dan berjaket merah.
Nurdin ialah
satu diantara supir tim ekspedisi Kapsul Waktu tahun 2085, pemerintahan
Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla. “Ini pengalaman saya pertama kalinya. Saya
belum pernah menjelajah daratatan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara,”
katanya.
Menurut
pengakuannya, perjalanan darat di Kaltara begitu melelahkan, banyak menguras
energi, butuh perjuangan yang kuat. Sejak waktu subuh, dia berada di daerah
Berau, melintasi daratan menuju ke Tanjung Selor.
“Jalan banyak
lubang. Tikungan jalannya sangat tajam. Sering temukan kubangan air. Sudah
memasuki musim penghujan. Saya yang belum menguasai medan harus ekstra
hati-hati,” ujar Nurdin, yang berbadan gelap ini.
Selama di
perjalanan, ia kagum pada alamnya yang masih belantara, sebab selama ini,
Nurdin hidup di perkotaan daerah pulau Jawa, yang sangat langka panorama alam
hutan belantara. “Paling menantang itu waktu jalan di malam hari. Mata kami
mesti jeli,” katanya.
Meniti
lintasan darat pada malam hari butuh konsentrasi tinggi. Selain jalannya tidak
mulus, pinggiran sepanjang jalan di Kalimantan
tidak dilengkapi cahaya lampu, layaknya sedang ada pemadaman listrik.
“Kami hanya
mengandalkan lampu dari mobil atau rembulan bila cuaca sedang cerah. Mau
bagaimana lagi, kita mesti menyadari kondisi Kalimantan yang sesungguhnya
seperti apa,” tutur Nurdin.
Sebelum tiba
di Tanjung Selor, Nurdin bersama rombongan Kapsul Waktu berada di regional
Kalimantan. Kata dia, sudah 10 hari berpijak pada daratan Kalimantan. Awalnya,
dimulai dari Kalimantan Barat, kemudian Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Selama di
perjalanan, dirinya merasa tidak kesulitan, sebab makan dan minum sudah
tersedia, apalagi bila ingin mandi membersihkan badan, menepi sejenak di
beberapa daerah. “Mampir di rumah-rumah dinas bupati. Istirahat melepas lelah.
Mengisi perut, supaya energi kembali penuh,” ungkapnya.
Cerita yang
disampaikan Nurdin itu adalah cerminan Kaltara. Momen Kapsul Waktu 2085, satu
di antaranya muncul cita-cita yang menginginkan Provinsi Kaltara memiliki
infrastruktur yang modern, murah, mudah dan aman. “Insya Allah, Kaltara ke
depan akan sejajar dengan provinsi lainnya. Akan kita tingkatkan pembangunan
dari segi infrastruktur,” tutur, Asisten Adminsitrasi Umum, Suriansyah, saat
memimpin pertemuan penyusunan poin tujuh harapan Ekspedisi Kaplus Waktu.[1] ( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Kisah Rombongan
Ekspedisi Kapsul Waktu Kalimantan: Nurdin Rasakan Jalan yang Gelap dan Rusak”
terbit pada Jumat 30 Oktober 2015, di halaman 13 rubrik Tribun Etam.
Komentar
Posting Komentar