BULUNGAN UMROH | TANJUNG SELOR | KALIMANTAN UTARA
Orang-orang Memadati Pelabuhan VIP Tanjung
Selor
PULUHAN orang, becampur baur,
tua, muda, pria dan wanita memadati pelabuhan speedboat VIP Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Provinsi
Kalimantan Utara, pada Minggu 19 April 2015 pagi.
Pengamatan Tribunkaltim.co, mereka itu adalah kerabat dan sahabat dari para
jamaah umroh keloter Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara.
“Saya ikut datang kesini
(Pelabuhan VIP) antar kedua orang tua saya yang mau berangkat ibadah umroh,”
ungkap Mahadir, warga Tanjung Selor.
Petugas keamanan dari satuan
polisi pamong praja pun kewalahan untuk mengaturnya, sebab tidak seperti
biasanya pelabuhan VIP berkondisi padat manusia.
Berdasarkan data dari
Kementrian Agama Republik Indonesia Kabupaten Bulungan, jamaah umroh yang
berangkat pada April 2015 ini ada 152 orang. Mereka ini berangkat dari
pelabuhan VIP Tanjung Selor ke Kota Tarakan menggunakan perahu speedboat sebanyak
tiga perahu.
Dari semua total ini, 100
orangnya merupakan jamaah umroh yang dibiayai melalui Anggaran Pendapatan
Belanda Daerah (APBD) Pemkab Bulungan, sedangkan sebanyak 52 orang dari biaya
uang sakunya sendiri. Dari Kota Tarakan, semua jamaah umroh ini langung pergi
naik pesawat terbang menuju ke tanah suci.[1]
Bupati Bulungan Fasilitasi Umroh Gratis
Saat itu, Bupati Bulungan
Budiman Arifin juga berkesempatan mendatangi pelabuhan speedboat VIP Tanjung Selor bersama istrinya, Hj Cahiryah
Budiman.
Kala itu, Bupati Budiman yang
mengenakan busana baju koko putih dan berkopiah hitam datang untuk memenuhi
keinginan para jamaah umroh asal Kabupaten Bulungan.
“Ada yang meminta saya untuk
datang ke pelabuhan. Melepas jamaah umroh,” ujarnya kepada sejumlah wartawan.
Menurutnya, para jamaah umroh
dari kloter Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara sebagian besarnya
merupakan jamaah umroh bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bulungan. “Mereka dibantu. Mereka orang-orang kecil,”
kata Budiman.
Dia menguraikan, orang-orang
yang dibantu tersebut adalah secara ekonomi dari kalangan tidak mampu.
Berkelakuan baik, tidak pernah tercela kena tindak pidana dan memiliki peran
yang banyak di tengah masyarakat. “Imam-imam, pengurus masjid. Guru-guru
mengaji. Atau juga tokoh-tokoh masyarakat,” ujarnya.
Dari tahun ke tahun, Pemkab
Bulungan selalu mengapresasi kepada masyarakat yang berkeinginan kuat tunaikan
ibadah umroh. Tentu dengan prasyarat harus memiliki peran yang bermanfaat bagi
masyarakat. “Soal program di tahun mendatang tergantung dari bupati
berikutnya,” katanya.
Pastinya, tegas Budiman, sebuah
daerah harus diimbangkan dengan keimanan dan ketakwaan. Untuk apa bila sebuah
daerah hanya mengejar pembangunan fisik tetapi moral dan integritasnya tidak
terbangun. Jika sebuah daerah tanpa ada pondasi keimanan dan ketakwaan maka
tidak akan maju dan bertahan lama.
Kesempatan ibadah umroh ini,
Pemkab Bulungan juga menyediakan alat transportasi dua perahu speedboat menuju
ke Kota Tarakan. Para jamaah di Kota Tarakan hanya enam jam, sebab dari Tarakan
langsung berangkat ke tanah suci.[2]
Subhanallah
Pasutri ini Berumroh dengan Cacat Fisik dan Biaya Sendiri
BILA melakukan sesuatu niatnya karena
Allah, maka apa pun itu akan dijalaninya, meski dibayang-bayangi oleh keadaan
sulit dan pahit. Inilah nilai kehidupan yang kini dilakoni oleh sepasang suami
istri dari Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
Kedua orang itu dalam kondisi
kaki lumpuh tak berdaya. Saat berjalan kaki, mereka harus menggunakan alat
bantu berupa tongkat papah yang terbuat dari kayu. Ini pun berjalan secara
perlahan-lahan.
Mereka adalah Nur Untung,
perempuan yang menginjak umur 60 tahun, dan suaminya Abdul Kadir yang telah
berusia 67 tahun. Keduanya kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan.
Saat ditemui Tribunkaltim.co, Minggu (19/4/2015)
pagi, di pelabuhan perahu speedboat VIP Tanjung Selor, keduanya mengaku, telah
bertekad kuat pergi ke tanah suci untuk tunaikan ibadah umroh. Kedua kaki suami istri itu
mengalami cacat seumur hidup akibat kecelakaan lalu-lintas di tahun 2007, saat
keduanya berboncengan mengendarai sepeda motor dari arah Berau menuju Tanjung
Selor.
Kadir dan Nur sepasang suami istri di pelabuhan VIP Tanjung Selor yang bersiap diri untuk berpergian tunaikan ibadah umroh dengan kondisi terbatas kaki patah. (photo by budi susilo) |
Saat itu, sepeda motor yang
mereka kendarai berbenturan dari arah berlawanan dengan sebuah mobil yang
melaju sangat kencang. Akibat peristiwa ini, Nur dan Kadir mengalami luka parah
di bagian kedua kakinya. “Saya dari Berau usai mencari pekerjaan. Istri saya
ikut. Kecelakaannya saat kami pulang dari Berau ke Tanjung Selor,” tutur
Kadir.
Nur mengungkapkan, pergi
tunaikan umroh bersama suaminya merupakan keinginan sejak lama. “Kami pasrahkan
semuanya pada Allah. Kami tidak merasa khawatir,” tuturnya. Sebab jelas Kadir,
Allah akan memberi kekuatan. “Kami berkeyakinan Allah akan ikut menjaga,”
ungkapnya.
Rencana terbang ke tanah suci
untuk berumroh telah dipikirkannya sejak tahun 2010 lalu. Saat membayangkan
berumroh, keduanya belum memiliki uang melimpah.
Apalagi, jelas Nur, dirinya
hanya seorang ibu rumah tangga dan suaminya hanya bekerja sebagai petani kebun,
yang tidak memiliki penghasilan tetap layaknya pegawai kantoran.
“Kami berdua pakai biaya
sendiri. Hasil menabung. Uangnya dari hasil berkebun. Ditabung sedikit-sedikit,
lama-lama jadi banyak,” ujar Nur yang saat itu mengenakan kerudung coklat.
Tetapi katanya, uang
penghasilan dari berkebun tidak seberapa, jumlahnya hanya kecil. Untung saja,
Nur dan Kadir masih memiliki harta benda tidak bergerak berupa tanah yang tidak
jauh dari rumahnya yang ada di pelosok Kilometer 12 Tanjung Selor.
“Ada yang mau beli tanah kami
secara kontan, lalu kami terima saja. Tanah yang kami jual ukurannya 15 x 30.
Dahulu, kami beli tanahnya pada tahun 1996,” tuturnya.
Selain itu ungkapnya,
anak-anaknya yang berjumlah sepuluh orang juga turut membantu menambah biaya pergi
berumroh. Anak-anaknya sudah besar, sebagian besar sudah bisa mencari
penghasilan sendiri. Nur dan Kadir berbangga, para anaknya ikut bersumbangsih
menambah biaya umroh.
Ditemui, anak kedelapan Nur dan
Kadir, bernama Rahmatia (32), menuturkan, tidak merasa keberatan bila orang
tuanya yang sudah tua renta dan berkondisi cacat kaki pergi ibadah umroh.
“Sudah niat orang tua saya. Mau bagaimana lagi
kami mendukungnya. Berdoa mereka bisa beribadah lancar,” tutur wanita berjilbab
kelahiran Sabah Malaysia ini.[3]
[1] Tribunkaltim.co http://kaltim.tribunnews.com/2015/04/19/antar-keluarga-berangkat-umroh-warga-padati-pelabuhan
[2] Tribunkaltim.co http://kaltim.tribunnews.com/2015/04/19/umroh-gratis-untuk-warga-tidak-mampu-yang-berperan-positif
[3] Tribunkaltim.co http://kaltim.tribunnews.com/2015/04/19/meski-lumpuh-pasangan-lansia-ini-semangat-berangkat-umroh
Komentar
Posting Komentar