KEPITING BERTELUR | KALIMANTAN UTARA
Kaltara
Belajar Penetasan Telur Kepiting
Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) bercita-cita menjadi
daerah yang mampu melaksanakan kegiatan budidaya penetasan telur kepiting.
Mengingat daerah Kaltara memiliki lahan potensial yang luas, yang masih belum
tergarap secara baik.
Okelah, boleh juga cita-citanya. Masuk di akal, mengingat
letak geografis Kaltara memiliki banyak lahan perairan bakau dan sungai-sungai.
Selama ini kepiting yang diperdagangkan berasal dari tambak tradisional udang
windu yang berada di areal hutan-hutan mangrove Kaltara.
Kepiting-kepiting itu banyak hidup dan berkembang di tempat
tersebut. Bagi para petambak, kepiting dianggap sebagai hama sebab kepiting
masuk dalam jenis predator udang. Andai saja, kepiting masuk ke tambak tentu
saja udang-udang akan disantap habis.
Karena itu, para petambak menangkapnya dan menjualnya.
Daripada kepiting dibiarkan dan membawa bencana lebih baik diburu. Mengingat pasaran
kepiting saat ini sedang bergairah.
Nah, di tahun 2013, pernah ada hasil penelitian dari
Universitas Borneo Kota Tarakan provinsi Kalimantan Utara, bahwa hasil tangkapannya
itu dapat digolongkan menjadi 31 kelompok berat dan kepiting bertelur. Potensi
ini sangat berprospek, mampu menambah pendapatan bagi 2000 petani tambak.
Saat saya berjumpa dengan Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Kaltara, Amir Bakry, menuturkan, lahan untuk penggarapan budidaya
kepiting di Kaltara yang berpotensi masih sebanyak 200 ribu hektar.
“Kita punya lahan luas, yang bisa jadi lahan budiaya
kepiting. Tapi sayang, sampai sekarang kita berproduksi secara maksimal,”
ujarnya di ruang kerjanya, yang beralamat di Jalan Raya Sengkawit, Rabu 25
Maret 2015 pagi lalu.
Pria kelahiran Sebatik ini mengungkapkan, selama ini,
berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kaltara,
penggarap kepiting dilakukan secara alami, tidak dengan budidaya. Hasil yang
digarap hanya mencapai 50 kilogram per hektar, dan per musim.
“Mereka nelayan-nelayan hanya mengandalkan kepiting yang
menetas sendiri di alam bebas, tidak lewat budidaya penetasan kepiting,” ujar
Amir, yang lahir pada 18 Februari 1964.
Karena itu, sebagai solusinya, pemerintah provinsi
Kaltara akan mengubah strategi dari cara konvensional menjadi lebih profesional
yang terorganisasi, yakni melakukan budidaya penetasan kepiting.
Sebagai langkah awal, pihaknya akan melakukan pelatihan
yang melibatkan instansi pemerintah provinsi Dinas Kelautan dan Perikanan
bersama-sama dengan Asosiasi Petambak Kepiting dan Rumput Laut, dan Asosiasi
Nelayan.
“Kami akan ikut pelatihan budidaya penetasan telur
kepiting di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan, yang akan dibimbing oleh Dinas
Perikanan setempat,” tutur Amir yang lulusan magister perikanan Universitas
Hasanuddin Makassar.
Harapannya, tambah dia, usai mengikuti pelatihan
tersebut, dapat langsung mempraktekkan kegiatan budidaya penetasan telur
kepiting di wilayah Kaltara. Cita-cita menjadi daerah penghasil kepiting
terbanyak akan tercapai.
Baiklah, semoga pelatihan tersebut memberi semangat baru
dalam mengembangkan kemajuan budidaya kepiting bertelur, sehingga Kaltara bisa
merajai produksi kepiting.
Kita lihat saja, bagaimana gebrakan mereka usai mengikuti
pelatihan, akankah mampu mengembangkannya, atau mengalami kendala ? Waktu yang
akan menjawab. Salam Kaltra jaya. ( )
emmm... bingung dengan gambarnya... :)
BalasHapussemoga budidaya kepitingnya berhasil mas.. enak banget tuh dagingnya..
Hehehe nama ya juga variasi. Biar asik gituh loh.
BalasHapus