BANJIR PESO | KABUPATEN BULUNGAN | KALIMANTAN UTARA
Catatan Perjalanan Ke Kecamatan Peso
Awan pagi Tanjung Selor masih mendung, Selasa 10 Februari
2015. Tidak seperti biasanya pagi itu depan kosan saya terlihat ada genangan
air banjir yang bisa dikatakan dalam, tidak seperti biasanya.
Saya yang melihat kejadian ini dari jendela kosan,
langsung bergegas keluar kamar sambil membawa kamera digital untuk mengabadikan
momen itu, yang jarang terjadi. Sayang bila dilewatkan begitu saja.
Usai mengambil beberapa gambar, saya pun berpapasan dengan
teman satu kosan, Didi dari TvOne. Ketika berpapasan Didi langsung mengajak
saya untuk pergi ke Kecamatan Peso, bersama muspida pemerintahan Kabupaten
Bulungan untuk meninjau bencana banjir.
Ajakan itu pun tidak saya tolak. Saya pun langsung masuk
kamar kembali, berkemas-kemas untuk pergi. Didi sudah siap lebih awal, jadi dia
berangkat terlebih dahulu ke pelabuhan Kayan VIP. Kami ke pelabuhannya tidak
berangkat bersama, berpisah.
Singkat cerita, saya keluar kosan mengenderai sepeda
motor menuju pelabuhan VIP. Tidak disangka, ternyata dimana-mana jalanan sudah
tergenang air. Saat tiba di Jalan Kolonel Soetadji yang tidak pernah terendam
air kali ini kebanjiran.
Sepeda motor saya masih bisa menembus jalan itu. Tetapi
kala tiba di Jalan Pahlawan air banjir semakin dalam, maka saya pun mengambil
keputusan untuk menaruh motor di parkiran sebuah ruko. Kebetulan saja, parkiran
di ruko ini agak tinggi, jadi tidak sampai kena genangan banjir.
Sepeda motor saya tinggal, saya berjalan kaki menuju ke
pelabuhan Kayan VIP, Jalan Sudirman. Lumayan, pelabuhannya masih berjarak
sekitar dua kilometer, hitung-hitung berolah-raga, jalan kaki pagi.
Nah, untuk menuju kesana, saya pun terpaksa tetap
berjibaku dengan alam banjir yang sudah setinggi sekitar 30 centimeter, sebab
Jalan Sudirman ini sangat berdekatan dengan daerah aliran Sungai Kayan. Tidak
apalah, hitung-hitung pengalaman.
Selama menuju ke pelabuhan VIP saya pun melihat depan
pelataran klenteng Ta Pek Kong sudah tergenang air banjir. Beberapa ibu-ibu
tukang sayur dari Tanjung Palas pun sedang bingung mencari alat transportasi
menuju ke arah Pasar Induk Tanjung Selor.
Mereka linglung tidak bisa berjulan ke pasar karena tidak
ada taxi gelap yang beroperasi. Maklum banjir sudah merata dimana-mana, seakan
banjir telah menjadikan Tanjung Selor mati.
Dua puluh menit kemudian, saya pun tiba di Pelabuhan
Kayan VIP. Saya berpikir datang terlambat pasti akan ditinggal pergi tetapi
ternyata tidak. Mereka pun yang sudah datang terlebih dahulu masih berada di
pelabuhan.
Saya masih melihat rekan-rekan jurnalis yang datang lebih
dahulu masih berada di dermaga. Begitu pun Bupati Bulungan Budiman Arifin,
bersama Wakil Bupati Bulungan Liet Ingai, Kapolres Bulungan AKBP Eka Wahyudinata, dan Dandim
Bulungan Oni Aprianur.
Cuaca saat itu memang masih mendung, arus Sungai Kayan
pun deras, airnya meluap tidak seperti biasanya. Melihat situasi seperti ini
sepertinya tidak cocok untuk berpergian melewati Sungai Kayan.
Namun itu tidak menjadi soal, rombongan tetap berangkat
ke Kecamatan Peso. Tujuan pergi ke Peso selain meninjau lokasi korban banjir
juga memberikan bantuan sosial ke warga.
Akhirnya pada pukul 07.51 Wita kami berangkat, naik
perahu speedboat milik pemda
Kabupaten Bulungan. Beberapa penumpang ada yang memakai rompi pelampung, saya
sendiri tidak memakainya, termasuk Bupati, Wakil Bupati, Kapolres, dan Dandim.
Daya tempuh ke Peso sangat jauh. Kebetulan di dalam
perahu saya duduk di samping seorang anggota DPRD Bulungan, Markus Juk, yang
merupakan dapil (daerah pemilihan) di Peso.
Politisi dari fraksi PDI Perjuangan itu bercerita banyak
tentang kondisi masyarakat Peso yang tertimpa musibah bencana. Saya dapat tahu gambaran Peso dari pria yang
satu ini. Terima kasih pak, saya jadi tahu, karena baru pertama kalinya saya
kunjungi Peso.
Selama perjalanan kami melewati beberapa kecamatan yang
tampak desa-desanya juga terendam air banjir. Di antaranya kami melewati
pinggiran Desa Pejalin Kecamatan Tanjung Palas, lalu melewati Desa Mara Hilir,
Desa Mara Satu, Desa Mara Hulu, dan Desa Long Sam, Desa Bayangkara yang kesemuanya
ada di Kecamatan Tanjung Palas Barat.
Kemudian berlanjut melewati Desa Long Bua yang merupakan
ibu kotanya dari Kecamatan Tanjung Palas Barat. Lalu pada pukul 09.18 Wita,
masuk ke daerah Desa Lembu Kecamatan Peso Hilir. Saat di detik 09.30 Wita, masuk
ke Desa Lembu masih di Kecamatan Peso Hilir, Desa Long Telaju di pukul 10.00
Wita.
Dan akhirnya, sekitar jam 10.40 Wita, kami pun tiba,
merapat ke tepian Desa Long Bia Kecamatan Peso. Tampak perkampungan di
Kecamatan Peso sudah terselimuti air banjir, luapan Sungai Kayan.
Luapan air Sungai Kayan
membuat beberapa desa di Kecamatan Peso terendam banjir, rumah warga banyak
yang tenggelam. Banjir yang dialami warga Peso ini terbilang bencana yang
terbesar. Inilah yang diungkapkan Camat Peso, Sudin saat ditemui di lokasi pada
Selasa 10 Februari 2015 siang.
Pengamatan, banjir yang
melanda, satu di antaranya Desa Long Bia, Kecamatan Peso setinggi sekitar tujuh
meter. Banjir hampir menyentuh atap rumah warga. “Warga yang rumahnya
bertingkat dua masih tetap di rumah. Tapi yang tidak ada tingkat diungsikan ke
tempat yang lebih aman,” ujarnya.
Beberapa warga untuk
mengawasi rumah-rumahnya menggunakan perahu katinting. Dan untuk mencari lokasi
pengungsian warga ditempatkan di markas Koramil Peso, yang berada di dataran
tinggi.
Siang itu, Kelem (42),
sedang sibuk memasak mie instan di rumah pengungsian Koramil Peso. Perempuan
kelahiran Desa Peso ini merupakan satu di antara korban banjir dari Sungai
Kayan yang merendam desanya di Kecamatan Peso.
“Banjir parahnya mulai tadi
malam, mendekati dini hari. Saya bersama keluarga mengungsi kesini (Koramil).
Untungnya keluarga selamat semua,” ujarnya, sembari memasak.
Pengamatan kala itu, lokasi
Koramil Peso berada di dataran tinggi. Tempat ini jadi lokasi pengungsian warga
desa Kecamatan Peso. Tampak pada pukul 12.00 Wita, warga bahu-membahu membuat
dapur umum demi memenuhi keperluan pangan.
Ada juga pengungsi yang
memanfaatkan perahu-perahu klotok untuk menaruh barang harta benda. Juga ada
yang membuka tenda beratapkan terpal untuk melindungi sebagian harta
bendanya.
Seperti halnya, Harjunaidi
(30), warga Long Peso Kecamatan Peso, menuturkan, barang-barang bawaan seperti
peralatan rumah tangga telah diungsikan sejak dini hari. “Rumah saya kena
banjir sampai atap. Sudah tidak bisa lagi dihuni,” ujar bapak tiga anak ini.
Terpisah, di lokasi Desa
Long Bia, Camat Peso, Sudin (56) menjelaskan, bencana banjir awal tahun 2015
ini merupakan yang terbesar kedua setelah di tahun 1998 juga pernah mengalami
banjir besar dari karena luapan air Sungai Kayan.
“Sampai sejauh ini banjir
belum menimbulkan korban jiwa. Aman semua, paling hanya harta benda milik warga
saja ada yang terendam banjir,” ujar pria kelahiran Desa Long Lemiliu, Kayan
Hilir.
Padahal, ujarnya, hujan di
beberapa desa Kecamatan Peso tidak terlalu lama. Namun yang membuat banjir
karena satu hal, air banjirnya berasal dari kiriman daerah Apayu Kayan
Kabupaten Malinau dan Serawak Malaysia.
“Banjir kiriman dari hulu.
Desa-desa kami dilewati Sungai Kayan. Debit air Sungai Kayan meluap sehingga
desa yang dilewati sungai Kayan terkena imbas luapan air,” ungkapnya.
Di lokasi, tampak juga,
Bupati Bulungan Budiman Arifin bersama Wakilnya Let Ingai meninjau korban
banjir Peso. Kedatangan jajaran pemerintah kabupaten ke Peso tujuannya
memberikan bantuan makanan cepat saji dan minuman serta beberapa tim medis
reaksi kesehatan.
“Bencana ini akan kami
laporkan ke pemprov dan pemerintah pusat, supaya pasca bencana nanti, akan
mendapat bantuan tambahan, untuk keperluan para korban banjir,” ungkapnya.
Singkat cerita, usai
berkeliling-keliling pantau situasi banjir, saat pukul 13.16 Wita kami pulang,
kembali ke arah Kecamatan Tanjung Selor. Daya tempuh perjalanan ke Tanjung
Selor bisa dibilang lebih cepat, meningat kondisi cuaca yang panas terik tak
membuat motoris (supir) speedboat kesulitan membaca arah jalan.
Laju perahu bisa lebih cepat
karena searah dengan arus sungai yang sama-sama mengalir menuju ke daerah
Tanjung Selor, sehingga tidak perlu lagi bersusah payah melawan arus.
Dan alhamdulillah, speedboat kami tiba sampai di pelabuhan VIP Kayan,
Tanjung Selor pada pukul 15.11 Wita. Tapi saya kaget, setiba di Tanjung Selor
banjir pagi hari belum juga surut, malah semakin menjadi-jadi, bertambah dalam.
Terpaksa saya pulang bersama teman-teman yang lain menumpang mobil offroad yang mampu menerobos genangan
banjir. ( )
- Desa Long Bia
- Desa Lepak Aru
- Desa Long Leju
- Desa Long Peleben
- Desa Long Peso
- Desa Long Yi’in
- Desa Muara Pengean
Yang bebas banjir di Kecamatan Peso:
- Desa Long Lian
- Desa Long Buang
- Desa Long Pelaah
Sumber data dari Sudin (56), Camat Peso.
Komentar
Posting Komentar