MERIAM JAGUR | KOTA JAKARTA | INDONESIA
Buntut Meriam Pernah Diusap-usap Perempuan
PERTENGAHAN tahun 2014, pada bulan Juni,
saya menyempatkan diri berkunjung ke Taman Fatahillah, Museum Sejarah Jakarta.
Kala itu, tempat ini ramai. Orang yang datang ke wisata kota tua ini tidak
hanya saya saja, ada puluhan orang datang dari berbagai penjuru daerah.
Tempatnya memang unik. Sebab
nuansa tempo silam sangat begitu terasa. Satu diantaranya saya melihat benda
peninggalan pemerintahan kolonial Hindia Belanda berupa senjata meriam kuno
yang terpajang gagah di Taman Fatahillah.
Meriam ini berdiri di atas
panggung persegi panjang berbahan beton semen dengan balutan warna merah tua, sehingga pengunjung yang datang pun dapat
menyaksikan dengan secara leluasa, seluruh bagian tubuh meriam dapat terlihat
oleh mata telanjang.
Meriam ini diberi nama
Meriam Jagur. Konon, kata Jagur ini terinsiprasi dari nama pabrik pembuatannya,
“St. Jago de Barra” yang berlokasi di Makau, sekitar 70 Km sebelah Barat Daya
Hongkong.
Meriam Jagur yang terpajang indah di taman Fatahillah Museum Sejarah Jakarta pada Sabtu 21 Juni 2014. Meriam ini seakan telah menjadi ikon wisata kota tua Jakarta. (photo by budi susilo) |
Keberadaan meriam di komplek
Museum Sejarah Jakarta Sejak 1973. Pada tahun ini meriam Jagur dipajang di
sebelah bagian utara Taman Fatahillah atau yang jaman dahulu disebut
Stadhuisplein.[1]
Dahulu, meriam Jagur ini
pernah kondang ke berbagai penjuru daerah luar Jakarta, sebab pernah dijadikan sebagai benda jimat sakti
mandraguna.
Ketika itu, banyak
masyarakat yang terjebak pada pemikiran irasional (jika tidak mau dikatakan
bodoh) datang berjiarah, mengalap berkah pada meriam Jagur ini.
Kebanyakan, mereka yang
berjiarah adalah pasangan suami istri yang meminta keturunan. Banyak perempuan
yang ingin punya anak dengan ritual mengelus dan mengusap-ngusap bagian buntut
meriam.
Bahkan, ada yang dengan
ritual menaiki dan menunggangi meriam. Dimandikan dengan air kembang tujuh
rupa, dipayungi. Ini dilaksankan tiap malam jumat, dan setiap usai ritual maka dilanjutkan dengan
melakukan gerakan duduk di punggung meriam ini.[2]
Padahal secara historis,
meriam ini hanyalan benda mati, yang dibuat oleh tangan manusia. Meriam Jagur
hasil buah karya Manuel Tavares, di Rua Chunambeiro Makau, wilayah kecil
pesisir Selatan Tiongkok. Saat itu, daerah ini merupakan koloni Portugal.
Meriam dipesan oleh Portugis untuk ditempatkan di Benteng Portugis di Malaka.[3]
Itulah sejarah singkat pesona peninggalan peradaban orang eropa, yang dimiliki pada benda Meriam Si Jagur, yang sampai sekarang ini masih bisa kita saksikan secara langsung di tempat wisata Kota Tua Jakarta, pelataran Taman Fatahillah. ( )
Meriam
Jagur yang terpajang indah di taman Fatahillah Museum Sejarah Jakarta
pada Sabtu 21 Juni 2014. Meriam ini seakan telah menjadi ikon wisata kota tua
Jakarta. (photo by budi susilo) |
Meriam
Jagur yang terpajang indah di taman Fatahillah Museum Sejarah Jakarta
pada Sabtu 21 Juni 2014. Meriam ini seakan telah menjadi ikon wisata kota tua
Jakarta. (photo by budi susilo) |
Menurut saya memagari meriam ini sudah tepat untuk menghindari rusaknya meriam dari kelakuan-kelakuan pengunjung seperti yang dirimu ceritakan di atas.
BalasHapusYoi bro, Semoga aja ya :D
BalasHapusmeriam ini pernah diliput di salah satu televisi swasta, katanya sih gitu, kalau dielus-elus katanya biar cepet dapat keturunan :))
BalasHapusDielus2, Disayang2, Dijaga baik2 is Oke aja, gak apa2, malah bagus toh, sebab turut melestarikan benda bersejarah. Tapi ironis, klo sampai mempercayai benda ini bisa memberi keturunan anak. Cilaka klo kita sampai percaya, sebab klo percaya, sama saja kita telah masuk ke dalam golongan orang2 Ngenes Nista, hahaha, Ya toh...
BalasHapus