JANGAN MENYERAH MUHASABAHLAH

Jangan Menyerah Muhasabahlah 


SATU langkah untuk perubahan hidup. Manusia haruslah dinamis, bertekad untuk mengubah diri, sebagai pribadi yang berkualitas. Warnai hidup dengan pancaran yang lebih bagus dari periode sebelumnya. 

Hakikat kehidupan manusia, mengerti akan posisi pribadinya. Kehidupan itu bagian dari ladang mencari bekal amal kebaikan. 

Mempersiapkan diri dengan memupuk modal untuk di akhirat kelak. Karenanya, rasa iman dan takwa sebagai perisai diri, penolong dikehidupan akhirat nanti. 

Takwa sendiri, definisinya itu bukanlah sekedar keyakinan yang terbatas pada lisan. Sebenarnya takwa sendiri tidak cukup diungkapkan lewat kata-kata. Takwa itu mesti diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Kalau kita bertakwa kepada Allah dengan sebaik-baiknya, mempraktekan secara benar maka kita akan meninggal secara berserah diri hanya kepadaNya,” ujar Ustad Hamdi Ilyas. 

Seorang perempuan bersepeda menjejaki jalanan terjal berkerikil di daerah Sertajaya Cikarang Timur Kabupaten Bekasi pada Selasa 5 Mei 2014. Kedepan jalanan ini mengalami perubahan menjadi lebih halus sehingga nyaman dan aman untuk digunakan. (photo by budi susilo)
Hal ini dia sampaikan secara langsung dalam kutbah jumat yang diselenggarakan di sebuah Masjid At Taubah, yang beralamat di Kelurahan Larangan Utara, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang Banten, Jumat 21 November 2014.

Untuk mencapai takwa yang sempurna, manusia dituntut untuk selalu intropeksi diri atau muhasabah. Intropeksi tidak perlu dilakukan saat ada pergantian tahun. “Kita tidak perlu menunggu awal tahun atau di akhir tahun. Harus muhasabah setiap hari,” tegasnya.

Muhasabah (menghisab diri) itu, manusia mengukur diri, harus sadar posisi dirinya. Seperti dalam kandungan Al Quran surat Al Hasry ayat 18, yang menyebutkan: 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Apakah selama ini perbuatan yang dilakukan manusia semata-mata karena ridho Allah, atau sebaliknya, berbuat dalam segala hal bukanlah didasarkan pada amal perbuatan. 

Ketika bertekad untuk mengubah diri, mulailah untuk berpikir agar setiap perbuatan yang dilakukan harus membuahkan hasil yang terbaik, memberi banyak manfaat.

“Jangan beri kesempatan ke diri kita untuk berbuat ke hal-hal yang buruk, yang bisa merugikan kita sendiri, bertindak maksiat. Semuanya haruslah berbuat kebaikan,” tuturnya.

Setiap perbuatan yang dilakukan manusia itu selalu diawasi oleh Allah, kapan pun dan dimana pun. Jadi, bila manusia bersembunyi berbuat jahat, tetap saja diketahui oleh Allah.

Ada sebuah catatan sejarah yang dialami oleh Khalifah Umar Bin Khatab. Kala itu, Khalifah Umar pernah menumpahkan rasa menyesal yang mendalam karena atas perbuatannya, yang meninggalkan rakaat sholat jamaah. 

“Walau tidak terasa dilihat Allah, tapi Khalifah Umar merasa sangat sedih. Ironisnya ada umat jaman sekarang yang tinggalkan sholat kadang tidak ada rasa menyesal sama sekali,” ujarnya.

Melalui sarana muhasabah, diharapkan hidup manusia jadi lebih berkualitas. Hidup itu seakan segalanya telah mendapat ridho dari Allah. 

Diharapkan, dengan muhasabah, seorang muslim dapat hidup selamat. Lewat Islam, hidup akan sejahterah. Dengan Islam, hidup seorang muslim akan ditolong Allah.

“Nabi Muhammad sebagai contoh kita. Sebagai suri tauladan dalam kehidupan kita,” katanya. ( )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN