PIYE KABARE LE
Piye Kabare Le !
PALING lucu se-nasional kala melihat stiker bergambar
tokoh mantan presiden Indonesia dengan jargon yang sekarang mendadak terkenal.
“Piye Kabare Le,” inilah bunyinya,
yang punya arti “bagaimana kabar mu nak.”
Sebenarnya gambar tersebut bukan di stiker tempel
saja, gambar ini sudah tersebar kemana-mana, dari kaos baju hingga di belakang
truk terlukis wajah pak Harto “Piye
Kabare Le.”
Ciri khas senyum almarhum Soeharto, mengingatkan
kembali pada masa permerintahan orde baru dulu. Senyumnya itu berkesan ramah,
bersahabat, tetapi kalau kata para mantan aktivis 98, senyumnya dia penuh
misteri.
![]() |
Dua bocah dari anak nelayan Sulawesi Utara turut membantu menjual ikan dengan berkeliling kampung (photo by budi susilo) |
Orang akan senyum, tertawa ringan, meluap rasa
bahagianya ketika melihat gambar stiker tersebut. Bagi yang belum melihat gambarnya,
sungguh rugi. Mari segera lihat, dan tertawalah sepuasnya sebelum nanti
tertawanya dilarang.
Ketika melihat gambar itu kita akan tersenyum dan tawa namun ekspresi ini bukan
berarti karena kita terhipnotis atau ingin sekedar ikut-ikutan gaya senyumnya bapak pembangunan tersebut, tetapi semua itu sebab dari
nada sapanya “Piye Kabare Le.”
Ikon bahasa itu sebagai kritikan halus bagi mereka
generasi yang hidup di jaman yang katanya disebut reformasi. Apakah jauh lebih enak, sedap, dan mantap ketimbang pada
era orde baru dulu.
Pertanyaan itu mengundang filosofis mendalam, meskipun
secara fakta itu tidak diutarakan langsung oleh almarhum Jendral Soeharto yang
dikenal sebagai presiden Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun.
Nyatanya, pertanyaan-pertanyaan itu rupanya hanya baru
dijawab sebatas janji-janji bila tak mau disebut berdusta, manis dikata, pahit
di kenyataan.
Lihat saja berbagai poster baliho, spanduk, iklan
media massa juga bertebaran, para politisi memberi jawaban di slogan-slogan tersebut
dengan sebatas ungkapan “mengbadi kepada
rakyat.”
Ada lagi juga yang berkata “dekat sama rakyat, bersatu membangun bersama rakyat.” Serta “bertekad untuk tidak korupsi.” Dan lainnya ada kata-kata, “jangan lupa pada 9 April coblos saya.”
Konyol saja, jikalau pertanyaan dari mantan Presiden
RI Soeharto Piye Kabare Le hanya
ditanggapi dengan jawaban-jawaban seperti itu. Mau dibawa kemana kalau ternyata
republik ini hanya diisi oleh para politisi yang hanya jago berjanji dan visi
misi yang absurd.
Ini sudah masuk tahun 2014 masehi, Indonesia akan menggulirkan
pesta musyawarah. Di era inilah, kesempatan bagi mereka para wakil rakyat, baik
itu wajah baru dan lama, untuk benar-benar bertekad dan serius mengeluarkan
bangsa ini dari krisis multidimensional.
Nafsu untuk berkuasa. Ingin sekedar menumpuk kekayaan
harta benda, atau tujuannya hanya untuk mengejar status sosial, agar lebih baik
politisi yang model seperti ini, harus mengambil jalan undur diri saja.
Jangan ikut singsingkan lengan baju dalam mengatasi
negara yang kini sedang sakit-sakitan. Dan bagi mereka yang terpanggil hatinya,
mau tulus berjuang demi membenahi negeri, jangan sungkan-sungkan untuk ikut
turun tangan, jika bangsa ini tak mau bertambah hancur lebur.
Apalagi tantangannya, Indonesia terancam oleh bahaya
narkoba dan korupsi yang telah memberi hari-hari kaum insani semakin risau, dan
membuat situasi tambah kacau balau.
Sebab itulah, lambaian tangan kanan pak Harto yang
sambil menyapa dengan pertanyaan “Piye
Kabare Le,” harus mesti segera dijawab oleh generasi sesudah beliau, dengan
sebuah jawaban Indonesia yang lebih gemilang, beradab, makmur, adil, dan
sentosa. Pasti bisa ! ( )
Komentar
Posting Komentar