MONAS DIBANJIRI ORANG

Antiran Panjang di Halte Bus Way 

LIBURAN minggu paling asik pergi jalan-jalan ke taman Monumen Nasional (Monas) di Jakarta Pusat. Selain tempatnya strategis, lokasi ini juga menawarkan liburan keluarga yang murah meriah.

Kesempatan kali ini, mengunjungi Monas, lokasi kebanggaan warga masyarakat Indonesia. Kebetulan saya bersama dua teman, yakni Chandra dan Ulwan iseng mengisi waktu liburan minggu ke Monas, 6 Oktober 2013.

Kami bertiga naik kendaraan roda dua. Melalui jalur darat menuju ke Monas terbilang lumayan jauh dari arah Kota Tangerang. Jalan ke Monas untung saja tidak bersituasi macet padat. Jalanan saat itu agak sedikit lengang.

Warga masyarakat antri mengular panjang untuk naik bus Transjakarta di stasiun Monas, Minggu (6/10/103) / (photo by budi susilo)

Berangkat sekitar pukul 13.00 Wib. Cuaca saat itu cerah, Alhamdulillah, kami tidak mengalami kendala yang berarti. Perjalanan terasa menyenangkan, nyaman dan aman. 

Setibanya di komplek Monas, kami pun terkesima. Bukan terkesima oleh wanita-wanita di jalanan atau bunga-bunga di taman Monas, ternyata Monas saat itu dibanjiri banyak orang, masuk ke taman Monas pun padat, kendaraan bermotor sulit untuk masuk ke Monas.

Banyak jalan menuju roma, akhirnya kami bertiga memutuskan untuk tidak parkir ke dalam taman Monas, apalagi parkir liar di pinggir jalan. Daripada nanti hilang atau kena razia cabut penthil lebih baik cari lokasi parkir yang cukup representatif dan aman.

Tidak jauh dari lokasi Musem Nasional dan Monas, akhirnya kami memilih gedung kantor RRI menjadi lokasi parkiran kendaraan kami. Di lokasi RRI ternyata banyak juga yang memarkirkan kendaraan dan akhirnya kami dapat tempat parkir yang nyaman dan aman.

Dari lokasi RRI menuju Monas kami harus berjalan kaki. Tidak jauh, jarak tempuh ke lokasi paling hanya sekitar satu kilometer. Apalagi sekitaran Monas sangat ramai, bila berjalan kaki tidak terasa lelah dan bosan karena sudah diuntungkan oleh Monas yang bersituasi meriah.

Mobil-mobil di parkir secara sembarangan dan melanggar rambu-rambu lalu lintas dilarang parkir, Minggu (6/10/2013) / (photo by budi susilo)

Saat kami mau menyebrang jalan, kami melewati halte bus way Monas. Dan ternyata luar biasa, halte ini seakan seperti agen minyak tanah bersubsidi. Karena warga masyarakat mengantre panjang untuk naik bus way, dari anak-anak sampai remaja, pemuda, dan orang tua. Mereka ini semua pengunjung Monas yang ingin pulang ke rumah masing-masing.

Tidak seperti biasanya, halte bus way dipadati warga sampai mengantri panjang ke belakang. Padahal armada Transjakarta kala itu tidak ada pengurangan unit. Meski mengantri, warga pecinta transportasi publik tetap setia meski harus sabar mengantri.

Selain itu, bagi mereka yang ingin menunggu antrian kosong dan istirahat terlebih dahulu bisa besantai-santai, menikmati jajajan kuliner di halte bus way. Antara lain ada bakso, mie pangsit, somay, batagor, minuman jus, gorengan. Di luar hari libur kondisi ini tidak bisa kita temukan. 

Di sisi lain mereka yang naik kendaraan roda empat, membawa mobil sendiri ke Monas tampak ada yang sembarangan parkir di pinggir jalan raya Monas. Mungkin dianggap hari libur minggu, dapat berbuat bebas tanpa aturan, seenaknya parkir sembarangan.

Jejeran parkir mobil di pinggiran jalan raya Monas tersebut tidak hanya satu dua mobil saja, hampir mencapai 10 mobil berbaris menyamping, padahal di sekitaran itu ada rambu tanda dilarang berhenti. 

Tentu saja, secara estetika mengurangi keindahan jalanan kawasan taman Monas. Lainnya lagi, rawan terhadap aksi kriminal dan keamanan lalu-lintas. Jalanan serasa sempit, membahayakan pengguna jalan lainnya. Tetapi itulah Indonesia, situasinya sungguh berbeda dengan negara tetangga di Singapura yang lebih ketat dan dispilin dalam aturan lalu-lintasnya.

Seorang wisatawan mancanegara sedang berada di Jakarta kawasan Monumen Nasional, Minggu (6/10/2013) / (photo by budi susilo)

Warga yang memadati Monas ini tidak lain ingin berlibur dan melihat pertunjukan pameran alat-alat alutsista yang dimiliki angkatan darat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam rangka memperingati hari TNI yang jatuh pada 5 Oktober.

Beragam senjata, alat angkut dan peralatan miiter modern lainnya di pajang di taman Monas secara gratis. Masyarakat luas dapat melihat secara langsung dan memperoleh penjelasan langsung dari pakarnya.

Melihat pameran tersebut tidak dipungut biaya. Masuk gratis, namun ada barang-barang asesoris militer yang tidak gratis, dijual dengan harga yang bersaing.

Bagi masyarakat tentu saja pameran yang diselenggarakan oleh TNI tersebut memberikan manfaat banyak tentang pengetahuan dunia milter Indonesia, mengingat alat-alat tersebut bukan saja milik TNI, tetapi adalah milik seluruh rakyat Indonesia. ( )





Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA