PEMUDA TAWA BERBAHAYA

Pemuda Tawa Berbahaya 
Oleh: Budi susilo

Tabik. Jangan main-main dengan si Pemuda. Ya beginilah ungkapan yang terpancar, dari seorang bernama Pemuda. Ya, si Pemuda disebutnya. Sudah dikenal, si Pemuda dianggap orang yang sering melucu, yang bisa membuat gelak tawa penuh ceria, juga kadang-kadang berbahaya.

Pasalnya, sekali mencoba mempermainkan si Pemuda, hati dan pikiran yang mempermainkan bisa dibuat tak bahagia, pokoknya ‘celaka tiga belas’. He he he, ekstrime sekali ya. Sudah tak usah dipikirkan, paling ini semua cuma gertak sambal si Pemuda.

Si Pemuda masuk orang-orang yang bergolongan gandrung akan adanya perubahan. Selalu menawarkan ide-ide progresif dan semangat republikanisme. Gairahnya sungguh berbeda dengan jaman-jaman sebelumnya, yang dianggap kaku dan kuper, kurang pergaulan.

Ala sang Revolusioner, si Pemuda menginginkan spirit baru yang disesuaikan dengan selera jaman, meski kadang sedikit pakai gaya-gaya ‘preman’ dengan senjata sentuhan, tak pakai senjata pentungan.

Intinya, si Pemuda itu bercita-cita memiliki harapan besar berupa adanya perubahan gaya, dengan menghasilkan poin secara maksimal, serta terbaik dari periode sebelumnya.

Arus besar yang digiring si Pemuda terbilang berbahaya bagi jamannya. Tiada yang mengira, apa yang akan diperbuatnya, tak habis pikir, apa tindak tanduk yang dilakukannya, demi kepentingan pribadi ? Segelintir kelompok? Atau untuk kepentingan publik secara menyeluruh ?

Inilah misterinya si Pemuda. Pastinya, gaya-gaya hampir mirip si Doel anak Sekolahan dari tanah Betawi, yang secara komitmen memiliki prinsip ‘sekali diberi, orang bisa mati.’

Beginilah si Pemuda, terbilang berbahaya bagi gerbong-gerbong sebelumnya. Inilah kemudian, kadang  si Pemuda di cap mengancam basis-basis konservatif, merasa syak, jika si Pemuda berunjuk gigi tuk lakukan perubahan.

Melihat kondisi itu, tak ayal si Pemuda dibenci sampai kadang dibilang banci. Setiap hari, si Pemuda tak dianggap selebriti yang selalu disanjung dan puja-puji, tetapi lebih memilih mencaci maki dari ujung rambut sampai pojok kakinya.

Sadisnya, si Pemuda pun opininya didiskriminasi secara habis-habisan, pokoknya benar-benar serasa dilanggar hak asasinya. Ingat 28 Oktober 1928, adalah peristiwa sejarah penting, memakai nama Pemuda, yang terkenal sampai sekarang disebut Sumpah Pemuda.

Lahirnya saja baru hari kemarin, tapi gaya dan pola pikir sudah bagai profesor lulusan perguruan tinggi luar negeri, yang cerdik pandai dalam memposisikan diri sebagai inovator ulung, meski belum menjamin ia anti pada aksi korupsi.

Demikianlah, ungkapan sebagian orang-orang yang tak suka gaya si Pemuda. Entengnya, menganggap tak ada apa-apanya, hanya tong kosong nyaring bunyinya.

Lihat sejarah kebelakang, mengenang masa hidup Sjahrir kala umur 22 tahun memimpin Pendidikan Nasional Indonesia. Dan Tan Malaka di umur 24 tahun memimpin Partai Komunis. 

Juga Soekarno umur 26 tahun mendirikan dan pimpin Partai Nasional Indonesia serta Mohammad Roem dipercaya sebagai ketua Lajnah Tandfiziyah Barisan Penyadar PSII di umur 29 tahun.

Sudah lupakan saja hal itu, yang jadi herannya, kenapa orang ini diberi nama Pemuda ya. Apa tidak ada nama lain, yang lebih pantas seperti pada umumnya. Misalkan antara lain, Anto, Acong, atau Ale.

Kira-kira siapa yang bisa menebak, kenapa diberi nama seperti itu. Siapa yang betul menjawab, akan memperoleh hadiah berupa hak untuk memberi nama ke dirinya, sesuai selera penebak yang telah menjawab dengan benar. 

Siapa juga yang mau menjawab, seperti kurang kerjaan saja, mengingat urusan di muka bumi ini masih menggunung belum tertuntaskan, seperti kasus dugaan korupsi Bank Century, Hambalang dan melemahnya kedaulatan pangan dan lain-lainnya. Tabik, walaikumsalam wr wb. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN