KECOA

Kecoa

BERTUBUH gepeng dengan tampilan warna coklat, inilah binatang bernama kecoa. Hewan pipih ini mudah ditemui, ada dimana-mana, terutama dilingkungan kumuh rawan banjir. Layaknya manusia, kecoa juga ada  klasifikasi umur, ada yang usia remaja, dewasa dan tua.

Biasanya, tidak pandang usia, kecoa selalu ditakuti oleh beberapa manusia. Utamanya kaum hawa yang manja, tak tahu dinamika kehidupan nyata. Padahal kecoa hadir di dunia tidak untuk menakuti kaum insan, tapi insannya saja yang dasar penakut dengan hewan bermodel purba ini.

Malam itu ada cerita, Sabtu (13/7/2013), kecoa remaja melantai. Berjalan merayap bak tentara di medan laga. Kecoa merayap mengintai mangasanya yang tak bernama. Dua tentakelnya yang panjang bergerak-gerak bagai radar penunjuk arah.

Padahal di tempat lain, ada kecoa tua yang nyaris kehilangan nyawa. Dag dig dug, perasaan deg-degan, kecoa tua hampir terinjak kaki manusia-manusia dewasa dan remaja saat ia melintas, berjalan-jalan dikegelapan malam.

Tak sengaja, andai manusia menginjak kecoa tua. Memang dasar, manusia kadang lupa akan dunia sekelilingnya, bahwa ada mahkluk lain yang hidup di bumi. Juga kecoa tua tak bisa berkata apa-apa, kala dirinya dalam bahaya, karena renta tua.

Memang itulah adanya, apa daya, kecoa tua hanya mampu menunggu sisa umurnya di dunia. Tak beradaya, untuk raga bahagia gelora jiwa muda seperti sedia kala. Inilah kecoa tua ceritanya.

Pasrah saja, inilah kata-kata ceramah yang dilontarkan kecoa muda pada kecoa tua. Menunggu ajal, jangan banyak menghayal yang binal. Dan sebaliknya, kecoa tua bilang, manfaatkan masa muda untuk lincah bergairah, raih masa gemilang kini dan masa tua nanti, jangan sampai kena jebakan batman. 

Seperti binatang lainnya, kelinci muda milik tetangga sebelah, sangat lucu, gemuk menggemaskan, sehari-hari berada di pekarangan, selalu ingin berlari kesana kemari demi nasi yang ditebari sana-sini.

Lebih dari itu, untung saja kecoa tidak punya janggut seperti hewan kambing. Andai kecoa memiliki janggut, mungkin kecoa akan kalang kabut jika disebut-sebut janggutnya mau dicabut.

Soalnya miskin nyali, keberaniannya kecil, sekecil semut, takut kalau bulu janggut di catut satu persatu. Sebab janggut di cabut, “atut tauk !,” tegas kecoa dengan ungkapan terang-terangan. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN