PENCARI PASIR KOMBOS

Susuri Sungai Sendiri Cari Rezeki

Cuaca cerah, paling asik mengisi waktu untuk berjalan-jalan keliling Kota Manado. Dalam kesempatannya, melintas jalan pinggiran sungai Kombos. Ada yang membuat daya tarik, seorang pria bak pendekar dalam film, mengayuh perahu di sungai dengan sebatang bambu kuning panjang.

Pria itu dilihat dadanya berbidang. Lengan tangannya tampak kekar, dan betis kakinya kuat perkasa dengan kulit hitam legam. Perawakan ini tampak jelas dari seorang pria Tuta Jatahi (42) yang lahir di Kota Manado.

Ia bukan seorang binaragawan, apalagi preman perkotaan. Ia hanya seorang kuli pencari pasir di sepanjang bantaran kali Kombos hingga Ternate Tanjung Kota Manado. Hari-harinya ia bergelut dengan pekerjaan yang mengeluarkan tenaga fisik banyak. Ini ia lakukan secara sendiri.

Tuta sedang di atas perahunya saat mencari pasir, Senin (27/5/2013_rizkiadriansyah

Ditemui saat dirinya mengangkut pasir dari perahu kecilnya, penuh semangat meski kulit tubuhnya yang hitam basah air sungai kombos. "Saya kumpulkan pasir, buat cari makan," tegasnya, Senin (27/5/2013).

Hampir setengah jam lebih, memakai ember kecil Tuta secara sabar memindahkan pasir di perahunya ke daratan. Maklum saja, pasir yang ia kumpulkan penuh, memenuhi perahu kayunya. "Dari pagi saya cari pasir," ujar Tuta.

Seusai memindahkan pasir dari perahunya, ia pun beristirahat dan bersantai menghela napas. Bekal jagung yang ia bawa dari rumah di santapnya dengan nikmat. "Istirahat dulu, kumpul tenaga. Kalau sudah tidak lelah lanjut lagi turun ke sungai," kata Tuta.

Selama ini, ia tidak pernah mengeluh dalam menekuni pekerjaan sebagai pencari pasir di sungai Kombos Manado selama 20 tahun lebih. Bersyukur, mencari pasir ia dapat menghidupi anak dan istrinya. "Istri saya mendukung kalau bekerja seperti ini. Tidak protes, apalagi melarangnya," tuturnya yang saat itu mengenakan topi.

Ia betah menjalani sebagai pencari pasir, karena penghasilan yang diperolehnya terbilang lumayan bagus. Asalkan tidak ada cuaca buruk, ia mampu mengeruk uang ratusan ribu rupiah dalam seminggunya. "Saya jual pasir ke orang Rp 50 ribu untuk per perahunya," ungkapnya.

Sementara bila dihitung-hitung dalam seminggu, tambahnya, mampu kumpulkan pendapatan Rp 600 ribu dengan syarat tiada berhenti mencari pasir, dari pagi sampai sore. "Badan bugar, tidak capek terus, cari pasir bisa dapat uang banyak," ujarnya dengan aura riang.

Pria beranak satu ini membeberkan, jika dihitung-hitung dalam sebulan, ia berhasil kumpulkan kocek yang menyerupai gaji seorang pegawai negeri sipil. "Per bulan saya bisa kumpul uang sampai Rp 3 juta," kata Tuta.

Kerukan pasirnya ia jual ke warga Manado. Kebanyakan orang-orang individu yang memintanya, membeli langsung ke dirinya. "Kalau ada yang pesan saya layani. Kalau tidak ada ya tidak mencari," tuturnya.

Mengingat ia bekerja di genangan air yang sudah terkontaminasi oleh berbagai hal, maka ia sendiri tidak merasa risau, kuatir dan cemas akan kondisi kulit tubuhnya. Ia sudah terbiasa akan hal tersebut.

"Badan sudah terbiasa. Tidak gatal-gatal badan saya walau tiap hari berendam di air sungai yang coklat," ungkap Tuta. ( )
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN