MASJID DARUL ARQAM GORONTALO

Awal Eksis Dimulai Dari Kaum Perempuan


Awan biru saat itu seakan menjadi atap bagi masjid besar yang terpajang di pinggir jalan besar. Sinar mentari siang hari itu menyelimuti bangunan masjidnya yang berlantai satu. 

Tampak depan Masjid Darul Arqam Gorontalo, Sabtu pada 16 Maret 2013. (photo by budi susilo)

Menaranya yang berada di depan masjid tidak tinggi mencakar langit, hanya pesona indah yang mampu dipancarkannya. Inilah Masjid Darul Arqam yang berada di pusat Kota Gorontalo, pada Jumat 26 April 2013.

Lahirnya masjid itu, dimulai dari peran para wanita yang tergabung dalam Aisyah cabang Gorontalo, sebuah organisasi masyarakat Muhammadiyah. Perkumpulan wanita ini membuat tempat ibdah sholat sekelas mushollah.

Ini diungkapkan seorang saksi sejarah pendirian masjid, bernama Djamadi Payu. Katanya, keberadaan tempat ibadah atas inisiatif kaum-kaum perempuan Muhammadiyah. "Selain buat sholat juga buat tempat kumpul-kumpul pengajian," katanya.

Bangunan saat itu, berdiri di atas tanah wakaf seorang warga Gorontalo bernama Marie Suleman. Tanah diberikan langsung oleh Suleman tanpa prasyarat tertentu, apalagi mengharap balas jasa. Ini berlangsung di tahun 1937 masehi. 

Pelataran Masjid Darul Arqam Gorontalo, pada Sabtu 16 Maret 2013. (photo by budi susilo)

"Tanah dibeli langsung buat musholah. Ukurannya masih kecil masih sekitar 8x8," urai Djamadi yang lahir di Gorontalo 28 Agustus 1942 ini.

Berangsur lama, perkembangan masyarakat muslim di Gorontalo semakin dinamis. Pertumbuhannya semarak hingga menuntut adanya perubahan tempat ibadah yang lebih akomodatif.

Melihat tantangan ini, tentu saja musholah berubah. Areal luas rumah ibadah bertambah. Di mulailah pada tahun 1943, diperluas menjadi masjid meski belum ada namanya. "Ide perluasan dari Haji Yusuf," katanya.

Fungsi masjid itu, tidak sekedar untuk ibadah sholat. Lebih dari itu, sebagai tempat sosialisasi yang berhubungan dengan muamalah, hidup bermasyarakat agar bermartabat juga terhormat. 

Interior Masjid Darul Arqam Gorontalo, Sabtu pada 16 Maret 2013. (photo by budi susilo)

Masyarakat Gorontalo sudah memahami akan fungsi masjid. Gairah beribadah memang tak diragukan lagi, banyak mendatangi masjid untuk menjadikan diri manusia yang beradab.

Inilah yang kemudian mengikuti kebutuhan jaman, di tahun 1971 masjid diperluas dan diberi nama Darul Arqam yang saat itu juga, nama jalannya masih bernama Jalan Basuki Rahmad.

Kata Djamadi, pengambilan nama masjid Darul Arqam itu berasal dari nama tokoh yang hidup di jaman Nabi Muhammad. Tokoh dimaksud ialah Arqam Bin Abi Arqam yang telah berjasa memberikan tempat tinggalnya untuk pengajaran ilmu-ilmu agama Islam.

"Komunitas muslim saat itu berkumpul di rumah Arqam," ungkap pria yang merupakan pensiunan dosen Matematika Universitas Negeri Gorontalo ini.

Menara Masjid Darul Arqam Gorontalo, Sabtu 16 Maret 2013. (photo by budi susilo)

Makanya tidak heran, nama Arqam Bin Abi Arqam menjadi nama masjid, diharapkan masjid jadi tempat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam yang bermuatan nilai positif. "Jadi tempat penggemblengan," tegas Djamadi.

Sejarahnya pun, Arqam Bin Abi Arqam seorang pedagang yang berpengaruh dari suku Makhzum berasal dari Kota Makkah. Ia dikenal orang ketujuh dari As-Sabiqun al-Awwalun atau orang-orang yang pertama menganut Islam.

Kini masjid ini sudah dikenal luas masyarakat. Banyak tokoh-tokoh agama maupun pejabat negara datang ke masjid ini untuk beribadah. Masjid yang berdiri di tanah seluas 380,80 meter persegi ini juga pernah direhabilitasi di tahun 1989.

"Uang pembangunan masjid dibangun atas sumbangan warga masyarakat dan pemerintah," ungkap Djamadi yang saat itu juga berperan sebagai Sekertaris Panitia Pembangunan. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN