BENTOR MART GORONTALO

Gaya Jualan Nasrun Berevolusi 

BANYAK jalan menuju Roma. Inilah perumpamaan yang ada pada diri Nasrun Dunggio (48) dalam mencari rezeki yang halal. Pria kelahiran Gorontalo ini sudah puluhan tahun menekuni dunia usaha penjualan perabotan rumah tangga dengan cara evolusi. 

Ia memulai karir jualan perabotan rumah tangga dimulai dengan modal berjalan kaki, menyusuri para calon-calon pembelinya di wilayah sudut-sudut Kota Gorontalo. “Saya mulai jualan di tahun 1970. Berjalan kaki,” ungkapnya Sabtu (27/4/2013) pagi.

Bersama Bentor Mart Gorontalo di Desa Huangobotu, Sabtu (27/4/2013)_andygobel

Tidak ku duga, bertemu dengan Nasrun yang kini telah memiliki enam anak dan dua cucu yang kembar. Pertemuan kami di Desa Huangobotu, Kecamatan Bone Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo yang persisnya berdekatan dengan Masjid Al Bahri.

Ia saat itu sedang menjajakan barang dagangannya dengan becak motor (Bentor) miliknya. Makanya tidak heran, bila kita melihat cara dia jualan, bisa kita sebut Bentor Mart, berjualan berbagai barang kebutuhan dengan berkeliling-keliling memakai jenis kendaraan roda tiga.   

Di kesempatannya, aku pun menyapa, ia berkata berjualan hingga sampai Desa Molotabu Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Bahkan terjauhnya, sampai jangkauan daerah Kabupaten Boalmeo. 

“Saya jualan sampai Molotabu. Isimu di Kabupaten Gorontalo juga sampai Paguyaman Kabupaten Boalemo,” urai Nasrun, yang kini bertempat tinggal di Desa Tinelo Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

Barang jualannya merupakan hasil kerajinan produk industri rumah tangga yang dibuat di desanya. Dan juga sumber bahan-bahan jualannya, semua diambil dari daerah Gorontalo. Nasrun hanya berperan sebagai tenaga penjual.

Barang-barang jualan tersebut seperti keranjang, tas, tudung saji, kursi, rak lemari yang semuanya terbuat dari rotan, bambu dan lembaran kayu.

“Jual bantal dan guling juga. Kalau ini dibuat dari kapuk dan busa,” ungkapnya sambil menunjukan barang-barangnya yang di tata di Bentornya.  

Meski dirinya sebatas tenaga penjual namun ia termasuk orang-orang yang bergolongan handal tanpa kenal menyerah. Pancaran jiwa marketing yang dimiliki Nasrun patut di ancungi jempol, luar bisa semangatnya.

“Awalnya jalan kaki. Lalu pakai sepeda kayuh selama lima tahun. Baru masuk di tahun 2008 sampai sekarang, saya keliling-keliling jualan pakai Bentor,” ujar pria kelahiran tahun 1964 ini.

Penghasilan yang diraih atas usahanya sampai ratusan ribu. Dalam sehari katanya, rata-rata mampu kumpulkan penghasilan kotor Rp 700 ribu sampai Rp 800 ribu. “Kalau lagi sepi-sepinya hanya dapat Rp 100 ribu saja,” ungkap Nasrun. 

Tiada halangan merintang, Nasrun tetap santai, tidak mempersoalkan gaya berjualannya di jalan raya. Sebab selama ia berdagang di jalan umum, polisi lalu-lintas tidak pernah menindaknya sebagai pelanggar lalu-lintas.  

“Bawa bentor ini, saya tidak pernah ditangkap sama polisi. Masih aman-aman saja,” tuturnya, di tutup dengan tawa ringan.

Tetapi ada satu hal yang membuat Nasrun harus berhenti berjualan. Selain sakit, adalah saat turun hujan, Nasrun tidak dapat berkeliling mempromosikan jualan perabotan rumah tangganya. “Kalau kena hujan barang-barang jualan saya bisa rusak,” keluhnya.

Walau begitu, Nasrun tetaplah Nasrun, yang merupakan bagian dari rakyat yang memiliki keterbatasan dan selalu berjuang untuk kehidupan dirinya dan keluarganya. Terbukti, ungkap dia, mampu nafkahi enam anaknya hingga dewasa, mampu sekolahkan sampai tingkat atas, dan hidup berkeluarga. “Istri saya di rumah berjualan, buka warung kecil-kecilan,” urainya. 

Itulah penggalan cerita hidup seorang Nasrun yang patut digugu. Kisah hidupnya memberikan inspiratif bagi orang-orang di sekelilingnya, mengenai bagaimana cara menjalani perjuangan hidup dengan cara yang benar, sesuai tuntunan Tuhan. 

Ia menerapkan kerja keras pantang menyerah, tak kenal lelah, tanpa malu memilih pekerjaan yang ia pilih, asalkan halal dan bermanfaat bagi dirinya dan orang-orang yang dicintainya serta disekelilingnya. 

Mari kita semua seperti Nasrun yang mau bekerja mencari sesuap nasi dengan mengeluarkan keringat halal, bukan melalui korupsi, apalagi pakai ilmu-ilmu ‘hitam’ yang sesat menyesatkan. ( )


Bentor Mart saat melintas di jalan Desa Huangobotu Kabupaten Bone Bolango, Sabtu (27/4/2013)_budisusilo

Bentor mart melaju perlahan menawarkan barang dagangannya, Sabtu (27/4/2013)_budisusilo

Bentor mart versus mobil mart di Desa Huangobotu, Sabtu (27/4/2013)_budisusilo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN