SELAMAT JALAN RATNA SALEH
Selamat Jalan Ratna Saleh !
Oleh: Budi Susilo
Inalilahi Wa Inalilahi Rojiun. “Ratna
sudah meninggal.” Demikianlah kabar yang tertulis di Short Massege Service (SMS) milik Rahman Saleh, ayah dari Ratna
Saleh, saat mengirim kabar ke phonemobile-ku,
Rabu (19/12/12) sore.
Kaget sekaligus hati berbelasungkawa, pasalnya, sebelum Ratna pergi menemui
Allah SWT, ia tampak sehat bugar, masih bisa tersenyum manis, bahkan sempat
mengungkapkan, optimisme ingin berprofesi sebagai pahlawan tanpa tanda
jasa, Guru.
Perkenalan ku dulu itu dengan Ratna, saat ia di rawat di Rumah Sakit Aloe
Saboe Kota Gorontalo yang awalnya diberi tahu oleh teman baik ku, Niar Ayu
Chayani Karim. Kontan saja, aku pun penasaran mau melihat apa yang terjadi dan
segeralah kami kesana, juga bersama teman ku yang lainnya, Nhana dan Jamil
Massa.
Yang kami kenal Ratna itu perempuan yang masa mudanya penuh semangat dan
bersahabat. Ia ingin sekali bertemu teman-teman sekolahnya yang segudang, juga
mimpinya yang luhur menjadi seorang guru. Kami berdoa, semoga saja, perjuangan
hidupnya dalam melawan penyakit yang dideritanya menjadi jembatan menuju alam
yang tenang, surga firdaus Allah SWT.
Berikut ini cerita, sebuah catatan kecil, riwayat perkenalanku dengan almarhum
Ratna Saleh, saat masih di rawat di
Rumah Sakit Aloe Saboe, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Selamat
jalan Ratna Saleh, kisah hidup mu yang positif kan ku jadikan panutan ku, Allah
akan menempatkan surga buat mu, Amin Ya Robal Alamain.
Setiap harinya, Ratna Saleh (15) hanya terbujur di atas ranjang bersprai
hijau karena penyakit tumor lutut di kaki kanannya yang kini sudah mulai
membesar.
Wajahnya yang masih muda. Walau ia tampak sehat bugar dan tersenyum tetapi dibalik itu ia menyimpan rasa murung karena meratapi nasib penyakit yang
dideritanya. Ia tidak bisa beraktivitas dan berekspresi seperti remaja-remaja
sebayanya.
"Saya sudah tidak lagi sekolah. Sudah putus sekolah setahun lalu.
Gara-gara kaki saya kena tumor," ungkapnya kepada di lantai dua ruang G,
Rumah Sakit Aloe Saboe, Kamis (29/11/2012).
Padahal perempuan kelahiran 30 Desember 1997 ini punya segudang bakat dan
cita-cita yang tinggi, namun tumor kakinya tersebut seakan menggerogoti
impiannya tersebut. "Saya sedih tidak bisa bangun normal, bergerak
bebas," keluhnya.
Ratna yang merupakan warga Desa Tabongo Kecamatan Dulapi Kabupaten Boalemo
provinsi Gorontalo berkeinginan sekali mengenyam pendidikan tinggi agar
cita-citanya menjadi guru bisa kesampaian. "Saya mau jadi guru. Supaya
bisa buat orang-orang jadi pintar," tuturnya.
Selain niat tulusnya ingin menjadi guru, ternyata Ratna pun memiliki kegemaran olah-raga Volly Ball. Disaat kakinya masih sehat normal, ia seringkali bermain Volly bersama-sama dengan teman sekolahnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Dulupi.
Selain niat tulusnya ingin menjadi guru, ternyata Ratna pun memiliki kegemaran olah-raga Volly Ball. Disaat kakinya masih sehat normal, ia seringkali bermain Volly bersama-sama dengan teman sekolahnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Dulupi.
"Saya kangen sama teman-teman di sekolah. Mau bermain lagi sama mereka,
bisa kumpul sama-sama," ungkapnya.
Derita yang dialami Ratna sudah berlangsung hampir satu tahun lalu. Yusna
Mantali (26), ibu kandung Ratna, mengatakan, awalnya gejala yang dialami itu
nyeri-nyeri dibagian telapak kaki.
"Tapi lama-kelamaan, ada benjolan seperti bisul di bagian lutut.
Benjolannya dari hari-kehari semakin membesar," katanya.
Karena tidak tahu itu penyakit berbahaya, ia hanya membawa anaknya ke
pengobatan alternatif yang dari sisi bandrol harga pengobatan murah terjangkau.
"Tidak ada biaya mau di bawa kerumah sakit," ujar Yusna.
Namun ia semakin tidak tega kalau derita yang dialami anaknya itu semakin
parah. Kaki kanannya membengkak merah tidak bisa digerakan dan kadang
nyeri-nyeri.
"Lalu kami merasa kasihan sekali. Kami bawa Ratna ke Rumah Sakit
Tilamuta, pakai uang tabungan dan pinjam sana sini," ungkapnya.
Tapi nasib berkata lain, tidak sampai lama dirawat, ternyata Rumah Sakit
yang ada di tingkatan Kabupaten tersebut tidak mampu untuk memulihkan penyakit
yang dialami Ratna.
"Di rujuk ke rumah sakit di Kota Gorontalo. Rumah Sakit Aloe Saboe,
katanya alatnya lebih lengkap," ujar Yusna.
Atas petunjuk itu, tak bisa dibantah lagi, kedua orang tua Ratna pun harus
menyanggupinya membawa ke rumah sakit di pusat kota.
Banyak jalan menuju roma, demi memenuhi biaya tambahan untuk pengobatan di
rumah sakit kota, akhirnya kedua orang tua Ratna menjual rumah tinggalnya.
Di kesempatannya, Rahman Saleh (34), ayah kandung Ratna, mengungkapkan,
tidak ada jalan lain menjual rumahnya yang berukuran panjang 30 meter dan lebar
15 meter.
"Sudah terdesak lagi butuh uang. Mau minta dan pinjam uang sudah tidak
enak lagi, akhirnya kami memutuskan menjual rumah," ungkapnya.
Apalagi tiap harinya, Rahman hanya bekerja sebagai buruh tani jagung di Desa
Tabongo dan istrinya Yusna hanya seorang ibu rumah tangga, mendapatkan uang
lebih untuk pengobatan harus putar otak ekstra keras.
"Sekarang kami sudah tidak punya rumah. Kami sekarang kalau tinggal
menumpang sama orang tua kami," ujar Rahman.
Pekerjaannya sebagai buruh tani, Rahman tidak memiliki asuransi kesehatan,
apalagi semacam Jamsostek.
"Kartu sehat program dari pemerintah juga tidak ada. Kami sangat
bingung sekali. Tidak tahu lagi nasib kedepannya bagaimana," kata Rahman.
Dari informasi yang diperoleh dari pihak rumah sakit Aloe Saboe, pasien
Ratna Saleh belum ada kepastian dalam penanganan pengobatan.
"Katanya sih mau di amputasi. Tapi kami belum siap operasinya, masih
cari-cari dananya dulu," ungkap Rahman.
Selain itu, Ratna pun secara pisikologis belum siap apabila cara pengobatan
yang akan dilakukannya dengan cara amputasi kaki.
"Anak saya belum siap diamputasi. Malahan ia sangat sedih sekali, tiap
hari menangis saat dengar kakinya mau di amputasi," tutur Rahman, yang
saat itu mengenakan kaus oblong abu-abu. ( )
Komentar
Posting Komentar