OBAMA ALA GORONTALO

Obama ala Gorontalo !
Oleh: Budi Susilo

Gorontalo dengan ragam pesona budaya dan alamnya, ternyata juga memiliki ciri gaya transportasi yang khas. Daerah yang melimpah tanaman tebunya ini, memiliki jenis kendaraan roda tiga. Di tiap Kabupaten-kabupaten bahkan perkotaan juga terdapat jenis kendaraan roda tiga ini. 

Yang pasti bukan Bajaj seperti di Jakarta. Juga bukan Bemo seperti Jakarta tempoe doeloe. Lalu apa yang dimaksud itu Becak kayuh ?, atau Delman kuda?. Semuanya tidak benar, sebab kendaraan yang dimaksud ini adalah Bentor, atau bahasa panjangnya itu adalah Becak Motor.

Di perkotaan yang katanya daerah maju, punya padat penduduk lebih besar, sebagai sentra bisnis, dan gudangnya berbagai macam kebutuhan pokok, membuat jenis kendaraan ini berbedar merajalela karena berfungsi menjadi alat transportasi umum, dan juga ada yang hanya difungsikan sebagai kendaraan pribadi.

Ya itulah cerita serpihan dari Kota Gorontalo, memiliki khas, berupa Bentor yang jumlahnya kini membludak. Seolah pertumbuhannya tidak dapat dihitung lagi, karena saking banyaknya. Di jalan-jalan arteri, jalan tikus, dan jalan-jalan masuk kampung pasti dengan mudahnya bertemu Bentor.  

Bentor Kota Gorontalo mengangkut penumpang lebih dari tiga orang_budisusilo

Tak heran, kadang Bentor ini disukai kadang juga dibenci. Disukainya karena bisa membantu, sebagai sarana transportasi yang bisa dilakukan tawar-menawar dan cukup efektif, bisa mengantar sampai tujuan yang dinginkan, tiba di depan pintu rumah bahkan juga bisa diantar sampai di dapur rumah. 

Ajaibnya, walau Bentor berplat hitam, oleh rakyat Gorontalo, sim salabim bisa sejajar seperti Bajaj dan Bemo yang dapat dijadikan sebagai transportasi umum. Inilah yang kadang timbul rasa benci terhadap Bentor. Pasalnya tanpa ada aturan jelas, jumlah Bentor bisa berkembang tanpa kendali. Akibatnya jalur lalu-lintas Kota Gorontalo padat, berkesan ruwet, macet dan berpolusi. 

Satu sama lain, kadang antara Bentor yang satu dengan Bentor yang lain rebutan penumpang di jalan. Kejar setoran membuatnya bernafsu untuk aksi kebut-kebutan dan keselamatan seolah di nomor duakan. Bagi kendaraan jenis mobil, truk dan motor roda dua mesti waspada kala berhadapan dengan Bentor di jalan. Daripada celaka dua belas, lebih baik berhati-hati, mengalah tidak mengebut, saat di jalan berpapasan bertemu banyak Bentor.

Ibarat raja jalanan, Bentor bisa melakukan semaunya.  Satu di antaranya, pengemudi Bentor bisa tidak pakai helm full face, sekedar helm model kupluk. Atau tidak pakai helm sama sekali tetap juga di halalkan. Aturan hukum dan aparat polisi kadang hanya aksi diam, yang tandanya berarti memperbolehkan.   

Lainnya, posisi penumpang Bentor berada di depan pengemudi. Apa ini terjamin akan keamanan dan kenyamanan penumpangnya ?.  Juga soal kapasitas jumlah penumpang yang tidak ada batasan. Satu contoh kasus, beberapa Bentor ada yang melebihi kuota dalam mengangkut penumpannya. Gila bukan !

Bentor Kota Gorontalo mengantar pulang anak-anak sekolah_budisusilo

Satu Bentor itu bisa diisi lebih dari lima orang, padahal idealnya, maksimal Bentor dinaiki tiga orang, dua penumpang dan satu pengendara. Logikanya, sebuah kendaraan yang diluar batas kemampuan daya tampung maka akan rawan terjadinya kecelakaan lalu-lintas.

Tidak heran bila golongan jenis kendaraan ini bisa disebut dengan nama OBAMA, atau kepanjangan dari (O)jeg (B)ec(A)k (M)otor gil(A). Ya inilah OBAMA ala Gorontalo, sampai kapan akan dipertahakan sebagai alat transportasi ?.

Apakah di masa depan nanti, nasibnya akan sama seperti Becak Kayuh dan Bemo di Jakarta tempoe doeloe. Mati dimakan jaman, tak lagi dimanfaatkan oleh orang-orang, hanya jadi memori sejarah kota karena tidak lagi sesuai dengan tren kebutuhan hidup perkotaan yang dinamis dan progresif. 

Ada langkah alternatif soal eksistensi Bentor Kota Gorontalo ini.  Ada yang bilang, alangkah baiknya Bentor itu tetap jadi idola transportasi masal, tetapi cakupan wilayah peredarannya dialihkan ke beberapa jalur-jalur masuk kampung dan jalan-jalan ‘tikus’.

Harapan ini tentu akan membawa atmosfir tertib berlalu-lintas, di jalan-jalanan keramaian perkotaan.  Harapan lagi tentunya, tidak akan lagi terjadi kepadatan kendaraan bermotor dan tingkat polusi udara yang parah di pusat perkotaan.

Satu hal lagi, warga masyarakat juga harusnya diimbangi oleh ketersediaan transportasi yang lain dengan kualitas bagus, aman, nyaman, dan terjamin.  Misalkan Bus Rapid Transit (BRT), yang berdurasi cepat dan berharga terjangkau, agar nantinya semua lapisan masyarakat bisa puas memanfaatkannya.  

Kalau di kota-kota seperti negara tetangga Indonesia yakni Singapore dan Thailand sudah punya monorel dan busway handal. Juga mantan negara penjajah Indonesia yakni Jepang sudah punya kereta cepat subway. 
 
Itulah ciri kota di negara maju, dinamisasi dan progresivitasnya begitu mengental, terasa hingga menggetarkan urat nadi kehidupan. Kemudian, kapan hal ini akan terjadi di Gorontalo Indonesia Kita ?.

Tentu semua itu bergantung dan dikembalikan lagi kepada para manusia-manusianya. Yang pasti jawabannya adalah bisa !. Man jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh pasti bisa. Gorontalo maju, Indonesia berjaya di mata masyarakat dunia. ( )



Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN