PUASA KORUPSI
Puasa Korupsi
Oleh: Budi Susilo
PENYAKIT korupsi itu sumbernya berasal dari rasa kerakusan yang tiada
batas. Garis besarnya, korupsi itu tindakan merugikan bagi diri sendiri
dan orang lain. Ini sudah terbukti, ada banyak contoh-contoh orang yang
tersandung korupsi, dan belakangan ini sudah terjadi di Negeri yang
bernama Republik Indonesia.
Akibat berkorupsi, dikenai sanksi hukum formal dan moral di masyarakat. Karena itu, janganlah kita mencoba-coba mendekati apa itu yang namanya korupsi. Semua orang akan setuju, serakah dorongan orang untuk korupsi, maka itu kita diharuskan bertahan uji, kalau ada bisikan-bisikan yang menjerumuskan ke lubang serakah.
Puasa bagi umat beragama sebenarnya dapat menjadi media tempa para manusia untuk tidak berwatak serakah, dan turunan-turunan negatif lainnya. Puasa bisa jadi ladang pembelajaran mental moral yang paripurna, tapi apakah ini sudah disadari oleh kita semua. Bagi mereka yang berpuasa secara khusuk, tentu akan memahaminya.
Ibarat menggali ilmu, menjalankan puasa adalah aplikasinya. Melalui berpuasa, kita peroleh banyak pelajaran penting. Di antaranya kita dapat segudang ilmu mengenai disiplin, moralitas dan keteraturan hidup yang mampu menjadi pondasi untuk menghindari naluri berkorupsi.
Karena itu, berpuasalah maka seperti orang yang berilmu, selalu mencintai akan nilai-nilai pendidikan yang berbudi pekerti luhur agar engkau menjadi manusia yang sebenarnya. Mampu memposisikan sebagai manusia yang beriman dan bertakwa, pembawa rahmatan lil alamain.
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan: “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”.
Lewat puasa, kita dapat dalami ilmu disiplin, moralitas dan keteraturan hidup. Dengan berpuasa kita bergaya hidup disiplin, harus tahu menjalankan aturan seperti kapan kita diperbolehkan makan dan minum, juga kapan kita lakukan waktu sahur, imsak dan berbuka puasa di sore hari.
Melalui puasa, ilmu mengenai moralitas akan didapat. Sebab dalam berpuasa kita ditekankan menerapkan hati bijak, suci, dan berketuhanan yang Maha Esa. Di puasa kita harus menjauhkan segala hal-hal penyakit hati seperti di antaranya iri, dengki, emosi, berbohong, sombong dan dendam kesumat.
Itulah
puasa sebagai benteng penjaga moralitas. Ilmu ini sangat berharga bagi
modal kehidupan kita. Hal ini dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 122
disebutkan: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Berikutnya ilmu keteraturan hidup. Di puasa kita dapat sesuatu yang berbeda, peroleh pola hidup yang terukur. Misalkan, biasa kita makan minum berlebih tanpa aturan, lewat puasa kita dapat makan dan minum secara tepat yang dapat membuat badan sehat.
Atau juga yang biasanya kita hidup bermalas-malasan, lewat puasa kita dapat rutin bangun pagi sholat Subuh dan malam sholat Tarawih dan Tahajud dengan semangat penuh hikmat.
Ada sebuah cerita hikmah, bahwa, Iblis selalu membisikan, tidurlah kau, tanpa harus mengingat Tuhan. Lebih baik acuhkan panggilan ibadah, maka kau akan berbahagia hidup tanpa tercandu agama.
Tapi ini tak ubahnya, orang-orang yang merugi dalam lingkaran kegelapan, kecuali bagi mereka yang menjalankan puasa. Berhati-hatilah, iblis sesuai tekad ya, selalu menggoda manusia agar menjauh dari Tuhannya.
Karena itu posisikanlah hidup kita sebagai makhluk yang bernama manusia. Kita itu berbeda dengan makhluk lainnya, hewan dan tumbuhan. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk terbaik, maka bergerak baiklah.
Akibat berkorupsi, dikenai sanksi hukum formal dan moral di masyarakat. Karena itu, janganlah kita mencoba-coba mendekati apa itu yang namanya korupsi. Semua orang akan setuju, serakah dorongan orang untuk korupsi, maka itu kita diharuskan bertahan uji, kalau ada bisikan-bisikan yang menjerumuskan ke lubang serakah.
Puasa bagi umat beragama sebenarnya dapat menjadi media tempa para manusia untuk tidak berwatak serakah, dan turunan-turunan negatif lainnya. Puasa bisa jadi ladang pembelajaran mental moral yang paripurna, tapi apakah ini sudah disadari oleh kita semua. Bagi mereka yang berpuasa secara khusuk, tentu akan memahaminya.
Ibarat menggali ilmu, menjalankan puasa adalah aplikasinya. Melalui berpuasa, kita peroleh banyak pelajaran penting. Di antaranya kita dapat segudang ilmu mengenai disiplin, moralitas dan keteraturan hidup yang mampu menjadi pondasi untuk menghindari naluri berkorupsi.
Karena itu, berpuasalah maka seperti orang yang berilmu, selalu mencintai akan nilai-nilai pendidikan yang berbudi pekerti luhur agar engkau menjadi manusia yang sebenarnya. Mampu memposisikan sebagai manusia yang beriman dan bertakwa, pembawa rahmatan lil alamain.
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan: “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”.
Lewat puasa, kita dapat dalami ilmu disiplin, moralitas dan keteraturan hidup. Dengan berpuasa kita bergaya hidup disiplin, harus tahu menjalankan aturan seperti kapan kita diperbolehkan makan dan minum, juga kapan kita lakukan waktu sahur, imsak dan berbuka puasa di sore hari.
Melalui puasa, ilmu mengenai moralitas akan didapat. Sebab dalam berpuasa kita ditekankan menerapkan hati bijak, suci, dan berketuhanan yang Maha Esa. Di puasa kita harus menjauhkan segala hal-hal penyakit hati seperti di antaranya iri, dengki, emosi, berbohong, sombong dan dendam kesumat.
Demi pertahankan hidup petani di Kabupaten Semarang membajak sawah untuk raih rezeki halal_budisusilo |
Berikutnya ilmu keteraturan hidup. Di puasa kita dapat sesuatu yang berbeda, peroleh pola hidup yang terukur. Misalkan, biasa kita makan minum berlebih tanpa aturan, lewat puasa kita dapat makan dan minum secara tepat yang dapat membuat badan sehat.
Atau juga yang biasanya kita hidup bermalas-malasan, lewat puasa kita dapat rutin bangun pagi sholat Subuh dan malam sholat Tarawih dan Tahajud dengan semangat penuh hikmat.
Ada sebuah cerita hikmah, bahwa, Iblis selalu membisikan, tidurlah kau, tanpa harus mengingat Tuhan. Lebih baik acuhkan panggilan ibadah, maka kau akan berbahagia hidup tanpa tercandu agama.
Tapi ini tak ubahnya, orang-orang yang merugi dalam lingkaran kegelapan, kecuali bagi mereka yang menjalankan puasa. Berhati-hatilah, iblis sesuai tekad ya, selalu menggoda manusia agar menjauh dari Tuhannya.
Karena itu posisikanlah hidup kita sebagai makhluk yang bernama manusia. Kita itu berbeda dengan makhluk lainnya, hewan dan tumbuhan. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk terbaik, maka bergerak baiklah.
Disinggung dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
Itulah poin penting puasa, sebuah limpahan ilmu yang luar biasa, yang mampu meruntuhkan keburukan termasuk penyakit korupsi. Biasanya orang yang berkorupsi tidak mengenal apa itu kejujuran, tapi bagi mereka yang berpuasa akan membudayakan kejujuran.
Sekali berkata jujur, kemudian ada lagi kejujuran. Seterusnya berjujur, selamanya hidup dalam kejujuran sampai wafat dikenal sebagai penjujur. Harumnya orang jujur, indah duniawi dan akhirat. Inilah buah dari puasa, ilmu yang paling berharga.
Pengrajin Eceng Gondok di Kabupaten Semarang berkreasi untuk raih rezeki halal_budisusilo |
Bagi mereka yang ingin hidup bermartabat banyak manfaat bagi semua orang, jadilah manusia yang berilmu. Melalui ini semua kita dapat peroleh semuanya dengan Ridho Tuhan yang penuh kerahmatan dan keberkahan. Ini semua, hanya kita dapatkan lewat puasa.
Maka itu, sempatkanlah kita berpuasa agar masuk menjadi orang-orang yang berilmu dan dapat menjauh dari apa itu yang namanya korupsi. Harapnya, lewat berpuasa karena Allah taala, tersadar tidak akan korupsi, niat berpuasa karena ingin melawan ganasnya virus korupsi.
Sebagai penutup, ada perkataan bijak dari Imam Syafi'i yang menjelaskan bahwa, "Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu.” ( )
Komentar
Posting Komentar