HIDUP ADALAH KERJA KERAS

Hidup adalah Kerja Keras
Oleh: Budi Susilo

KERJA keras, kalimat sakti yang harus dimiliki oleh setiap orang. Oleh orang-orang yang telah mencapai kesuksesan, kerja keras itu modal utama, jadi pegangan hidup. Di masa silam, di tahun 873 Masehi adalah catatan kematian Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq Al-Kindi. Pria ini telah meninggalkan warisan ilmu pengetahuan di bidang ilmu kimia, atas sikap kerja kerasnya, masyarakat dunia kini pun dapat mengenal dan merasakan apa itu minyak wangi.

Begitu pun, Thomas Alfa Edison penemu lampu, harus bekerja keras, berkali-kali melakukan penelitian mengenai penemuan cahaya lampu. Hal sama dilakukan Jendral Sudirman di jaman perang kemerdekaan Republik Indonesia 1945, dengan luka penyakit paru-paru mampu memimpin perang melawan kolonial, bermodal semangat kerja keras, ia akhirnya di 18 Desember 1945 menghasikan kemenangan yang dikenal peristiwa sejarah Palagan Ambarawa.

FOTO: Cuaca mendung tak menyurutkan penjual sayur berkeliling tawarkan barang ke warga Kota Manado_budisusilo

Melalui prinsip kerja keras, manusia mampu menjalani kehidupan dunia yang serba majemuk. Kerja keras itu bukan milik seorang, apalagi suku agama dan ras tertentu. Semua orang di belahan dunia baik itu benua Eropa, Afrika, Asia, Amerika dan Australia berhak miliki sikap kerja keras. Tidak ada larangan, apalagi paksaan untuk bekerja keras bagi setiap orang. Ini tergantung pada pribadi masing-masing individu, mau untung lakukanlah, tapi jika buntung itu bagian resiko orang yang menanggalkan prinsip kerja keras.

Berbicara kerja keras, orang Jepang dan warga negara Singapura dikenal orang ulet karena kerja kerasnya dan pola hidup ini seakan menjadi makanan sehari-harinya, telah masuk sebagai pedoman hidup, tak heran kedua negara ini pun masuk dalam jajaran yang diperhitungkan oleh beberapa negara di belahan dunia sebagai negara maju. Sedangkan warga Indonesia sendiri, kerja keras mungkin hal yang ingin baru dicapai, sebatas niat tapi pelaksanaan belum terwujud. Lebih suka budaya instan, dalam waktu singkat ingin hasilkan yang luar biasa, padahal kerja kerasnya belum sampai mengurat nadi.

Terbukti di beberapa pemberitaan layar kaca televisi, dan sajian media cetak serta radio belakangan ini, orang lebih suka berkorupsi, menipu keuangan negara itu cara pintas mengeruk kekayaan agar dapat dikatakan sebagai golongan orang tersukses dalam hidup, mampu mencapai kehidupan yang bergelimpang harta benda, padahal banyaknya harta benda itu bukanlah tolak ukur kesuksesan seseorang. Dan tetapi, apakah sudah bisa dikatakan kerja keras, apabila ternyata dalam meraih harta kekayaan dengan cara mengorbankan dan merugikan orang lain, merampas hak-hak yang seharusnya dimiliki pihak lain, tentulah ini jawaban yang salah.

Berkaca pada rakyat kecil, hidup itu adalah pilihan, perjuangan yang tak perlu ditakutkan. Hadapi, satu di antara strategi memberanikan diri pertahankan hidup dan kerja keras sebagai senjatanya dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Misalnya ada tukang sayur mayur keliling di Tikala memakai sepeda motor itu bentuk kerja keras dalam menawarkan barang jualan ke para konsumen agar laku dan menguntungkan. Pedagang sayur untung, petani sayur mayur pun turut senang, dapat berkah rezeki pula.

FOTO: Seorang perempuan di Manado mengais rezeki sebagai penambah angin ban kendaraan bermotor roda dua dan empat_budisusilo

Hal sama seorang perempuan di Kairagi Kota Manado yang membantu ayahnya sebagai tukang tambal ban itu juga bagian dari bentuk kerja keras, merasakan susahnya peroleh rezeki. Jenis kelamin sebagai perempuan tak menyurutkan niatnya melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh kaum pria, yang terpenting halal dan dibenarkan oleh kaidah etika moral, maka kerja keras itu akan membawa kemanfaatan bagi semua orang dan dirinya sendiri. Hidup adalah kerja keras, tanpa ini bukanlah ciri khas seorang yang hidup dan berkembang.

Sebagaimana disinggung oleh Al Quran dalam surah Al Ankabut ayat 6, "Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." Serta di Ibrahim Al-Tahawi dalam kitab Al-Iqtisad Al-Islami menegaskan bahwa Al Quran menganggap kemalasan atau membuang-buang waktu melakukan hal yang tidak produktif dan tidak bermanfaat sebagai bukti kurangnya keimanan seseorang. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN