MENGENAL DAYA PESONA ALAM TOMOHON

Mengenal Daya Pesona Alam Tomohon
Oleh Budi Susilo

SIANG hari, sekitar pukul 12.00 Wita di Provinsi Sulawesi Utara, Selasa (27/12/2011), ku mengemas barang bawaan berupa pakaian dan bergegas untuk angkat kaki dari Kota Manado menuju ke dataran tinggi Kota Tomohon. Menaiki si kuda besi (motor roda dua) yang ku beri nama si Bandel Merah. Buat ku, medan jalan menuju Kota Tomohon bukanlah hal yang sulit, Alhamdulillah bisa ditaklukan secara mudah, walau saat itu cuaca sedang tidak bersahabat.

Hujan rintik dan awan mendung menjadi teman tambahan perjalanan ku. Bukan bermaksud hiperbola, saat itu memang atmosfir cuaca Kota Manado dan Kota Tomohon terbilang dahsyat, menantang penuh rintangan sebab selain guyuran hujan terdapat pula hembusan angin kencang.

Menunggang si Bandel Merah dengan kondisi lembab, dingin menggigil akibat cuaca muram dan akhirnya pun usai menempuh perjalanan, kondisi fisik ku mulai timbul gejala-gejala terserang flu ditandai bersin-bersin.

Untungnya, Alhamdulillah itu ku anggap sebagai bagian proses persahabatan erat aku dengan alam raya Tomohon, menyatu dalam satu kesatuan, masuk angin adalah keakraban alam terhadap diri ku.

Setibanya di Kota Tomohon sekitar pukul 13.00 Wita, yang memakan waktu tempuh sekitar satu jam membuat kesempatan ku untuk bereksperimen merasakan daya pesona Gunung Lokon yang saat itu kebetulan sedang batuk-batuk alias menyemburkan asap vulkanik dan ini adalah kali perdana petualangan ku mengenal lebih dekat Gunung Lokon yang sedang bergejolak.

Suasana Gunung Lokon usai meletus (photo by budi susilo)
Dikejauhan mata memandang, pukul 14.00 Wita cuaca masih buruk dan menyelimuti Gunung Lokon, akibatnya pemandangan puncak gunung terbatas, tidak terlihat karena tertutup awan mendung.

Sebelumnya, berdasarkan kabar di pukul 03.00 Wita, Gunung Lokon mengalami gejala batuk. Hal ini berdasarkan dari catatan Pos Pemantau Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kelurahan Kakaskasen III, Kecamatan Tomohon Utara. Ketika itu semburan letusan pertama terjadi pada pukul 03.07 Wita dengan amplitudo 45 milimeter dengan lama kegempaan 150 detik.

Selain itu, berlanjut pada pukul 03.21 Wita mengalami amplitudo sebesar 45 milimeter dengan durasi getaran kegempaan selama 45 detik. Dan tepat di pukul 03.24 Wita, gejala semakin berubah dengan masa kegempaan 85 detik bertipe amplitudo 45 milimeter.

Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Farid Ruskanda Bina, cuaca buruk yang menyelimuti Kota Tomohon dan Gunung Lokon sulit terpantau berapa daya lontar letusan gunung."Ketinggian abu vulkanik tidak bisa terpantau. Secara visual saat terjadinya letusan, gunung tertutup kabut, prediksi kami masih belum ada peningkatan status, tetap siaga atau level III " ungkapnya.

Selain itu pun, sebelum terjadinya letusan, setidaknya telah terjadi 206 kali gempa vulkanik dalam dan dangkal dengan amplitudo 20 sampai 45 milimeter dan 3 sampai 20 milimeter. "Lamanya gempa yang terdeteksi 7 sampai 30 detik dan 3 sampai 7 detik," ungkap Farid.

Panorama Gunung Lokon pada pagi hari (photo by budi susilo)
Meski begitu, tambahnya, warga masyarakat Kota Tomohon yang berdekatan dengan kaki gunung harus tetap pasang kuda-kuda, berwaspada terhadap fenomena alam gunung vulkanik, termasuk beberapa pihak pemangku publik tetap ada koordinasi.

“Usai ada letusan, sejumlah pihak terkait telah kami hubungi. Pemerintah daerah baik Pemprov Sulut dan Pemkot Tomohon, Badan Vulkanologi di Bandung, aparat kepolisian, TNI dan pihak Bandar Udara Sam Ratulangi Manado,” ungkap Farid.

Tepat di pukul 17.00 Wita cuaca di Tomohon masih buruk, curah hujan masih mengguyur, berkabut dan bercuaca dingin masih mengental di hari ketiga natal di Tomohon. Terkait hal ini, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Farid Mufti, menjelaskan, memasuki Januari mendatang, warga sebaiknya waspada dengan cuaca ekstrem. "Curah hujan yang tinggi," ujarnya.

Menurutnya, gejala curah hujan mengalami intesitas tinggi dikarenakan adanya monsoon barat atau angin musim berupa angin periodik yang terjadi terutama di Samudra Hindia dan sebelah selatan Asia yang sudah aktif serta adanya pengaruh La Nina. "Meskipun lemah namun cukup mempengaruhi cuaca di Sulut," katanya.

HARI KEDUA di TOMOHON

Atmosfir Kota Tomohon, Rabu (28/12/2011), masih sama dengan hari sebelumnya dingin, berkabut dan hujan disertai angin, namun buat ku ini bukanlah jadi persoalan karena ku mulai mampu beradaptasi, maklumlah sudah mendapat pelajaran di hari pertama, meski ada cukup kesulitan. Persoalannya, dahulu aku selama hampir lima bulan di Kota Bitung dan selebihnya di Kota Manado selalu merasakan terik mentari, suasana bumi yang panas, gersang dan tidak pernah absen mengucurkan keringat.

Masih cerita yang sama pula, Gunung Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara, beberapa kali masih semburkan asap. Tercatat tiga kali terjadi gempa vulkanik, namun tidak terlalu besar sehingga gunung api tersebut masih berstatus siaga.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Farid Ruskanda Bina, menjelaskan, berdasarkan pantauan dari pos pemantau,pada pukul 24.00 sampai 06.00 Wita cuaca di sekitar mendung tertutup kabut.

"Kami mencatat terjadi tiga kali gempa vulkanik dengan angka termor vulkanik amplituda 11 sampai 15 milimeter," kata Farid di Aula Pos Pemantau di Kelurahan Kakaskasen III, Kecamatan Tomohon Utara, Tomohon, Sulawesi Utara.

Tetapi, tambahnya, berdasarkan termor hitungan yang tercatat dari angka 0,5 sampai 15 milimeter, yang paling dominan masih di angka 6 milimeter. Untuk embusan abu vulkanik, menurutnya, secara visual masih berkondisi biasa, tidak terlalu signifikan. Akan tetapi dianjurkan warga masyarakat tetap waspada. "Cuaca hujan begini bisa memengaruhi penguapan Gunung Lokon sehingga sewaktu-waktu bisa memuntahkan letusan," ungkap pria berkumis ini.

Jarum jam menunjukan pukul 10.49 Wita, di lokasi pemantauan Gunung Lokon masih tertutup kabut dan mendung, disertai hujan gerimis. Sementara untuk kecepatan angin masih sedang bersifat tenang yang bertiup dari arah Utara.

Mengenai seismik, sampai siang kemarin terjadi dua kali vulkanik dengan ukuran termor vulaknik amplituda 14 sampai 17. "Di termor dari 1 sampai 7 milimeter, ini didominasi 2 milimeter," ungkapnya.

Farid pun menjelaskan sekilas tentang keberadaan Gunung Lokon. Menurutnya, posisi Gunung Lokon berada di Kota Administratif dengan posisi geografi terletak pada 1 derajat 21,30 Lintang Utara dan 124 derajat 47,30 Bujur Timur. "Kalau diukur tinggi puncaknya sekitar 1579 mdpl," ujarnya.

Ketika itu memasuki 28 Februari 2008, kegiatan Gunung Lokon berstatus waspada. Menurutnya, saat itu Gunung Lokon memiliki ciri dengan banyaknya jumlah gempa vulkanik yang terekam setiap hari.

"Bila curah hujan cukup tinggi perlu diwaspadai terjadinya letusan freatik secara tiba-tiba," tutur Farid.

Dijelaskan, persis masuk 26 Juni 2011 tepat pada pukul 12.20 Wita Gunung Lokon mengalami letusan freatik warna kolom asap tebal disertai lontaran material. "Sampai materialnya jatuh di sekitar kawah," ujarnya.

Seorang petani yang tinggal di kaki Gunung Lokon sedang bercocok tanam (photo by budi susilo)
Aktivitas seismik pun mulai meningkat, ini ditandai dengan termor vulkanik yang berlangsung menerus dengan amplituda maksimum 4 sampai 12 mm. "Mau tidak mau saat itu 27 Juni 2011 pukul 22.00 Wita dinaikkan statusnya menjadi Siaga Level III," katanya.

Sebab itulah, maka status kegiatan Gunung Lokon menjadi Siaga jatuh pada 27 Juni 2011 dengan diketahui dari kejadian letusan freatik dan diikuti dengan gempa temor vulkanik. "Kami merekamnya selama 9 jam dengan amplituda maksimum 38 milimeter," katanya.

Ia menambahkan, ketika itu letusan terjadi dan menjadi letusan magmatik. "Ditandai peningkatan jumlah gempa vulanik dan letusan debu," katanya.

Kemudian pada 9 Juli 2011, kejadian gempa vulkanik dan letusan menunjukkan signifikan. "Gas S02 yang dikeluarkan aktivitas Lokon," ujarnya.

Namun nilai pengukuran S02 bersifat fluktuatif, mengindikasikan masih adanya suplai gas dari magma, maka pada 10 juli 2011 pukul 22.00 Wita satus Gunung Lokon jadi awas Level IV. "Sejak 27 Juni sampai 10 Juli 2011 terekam 47 kali gempa letusan," urai Farid.

Sebab itulah, ia menekankan, ancaman bahaya erupsi Gunung Lokon disebabkan oleh letusan magnetik disertai lontaran material pijar, pasir dan hujan abu tebal dengan atau tanpa diikuti aliran awan panas, letusan bisa secara tiba-tiba. "Bila awan panas berlangsung disekitar Gunung Lokon maka masyarakat harus terus waspada," tandasnya.

Itulah cerita ku di Kota Tomohon jelang-jelang penutup akhir tahun 2011. Kota yang dikenal sebagai Kota Bungnya Sulawesi Utara ini memang menyimpan banyak pesona bila kita mengenal dan merasakannya secara lebih dekat dan mendalam karena itu untuk pembuktiannya silahkan coba saja sendiri, dijamin akan berkesan dan penuh cerita. ( )



Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN