IRONI PENCARI BEASISWA MINAHASA

Ironi Pencari Beasiswa Minahasa
Oleh: Budi Susilo

'Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani." Di depan menjadi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dari belakang mendukung'. Slogan Ki Hajar Dewantara ini telah luntur di sebagian generasi kini, yang katanya era reformasi.

Ironi Republik negeri ini rasa tak henti sepanjang waktu. Tak di pusat pemerintahan maupun di daerah, selalu sesama anak negeri berkesan menjajah satu sama lain. Hanya karena nafsu materi uang terkadang orang tidak malu menindas terhadap kaum yang lemah.

Satu di antaranya fenomena ini terjadi di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, orang berkemampuan secara ekonomi mencoba merebut "kue" pendidikan rakyat miskin, sebagaimana yang diberitakan dalam tribunmanado.co.id, Jumat (14/10/2011), seukuran mahasiswa strata satu berkendaraan mobil pribadi ikut mendaftar perolehan beasiswa pendidikan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa.

Tega betul, beberapa mahasiswa bermobil incar beasiswa Pemkab Minahasa yang setidaknya secara ekonomi adalah kelas penduduk dari golongan keluarga yang mampu mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.

Soal cerita kucuran beasiswa Pemkab Minahasa, sejarahnya telah disinggung di tribunmanado.co.id, Rabu (10/8/2011). Saat itu dalam rapat paripurna penyampaian rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Perubahan Minahasa 2011 di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Minahasa mengganggarkan kenaikan pendapatan sekitar Rp 40 miliar.

Pendapatan tersebut di alokasikan sepenuhnya ke sektor pendidikan yang terdiri atas Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp 20 miliar dan sisa Rp 20 miliar untuk dana tunjangan guru sertifikasi triwulan kedua.

Mengenai porsi dana DID sebesar sekitar Rp 20 miliar itu digunakan sebagai pemberian beasiswa bagi warga Minahasa yang terbagi untuk warga Minahasa yang sedang menempuh pendidikan Strata satu dan khusus untuk Pegawai Negei Sipil di Pemkab Minahasa yang ingin melanjutkan studi Strata dua.

Sudah lumrah, semua orang mengetahui, beasiswa itu biasa lebih utama dan pokok untuk mereka yang berprestasi dan ekonomi lemah. Nyatanya peruntukan beasiswa akan sengaja dilencengkan. Apakah ini sebuah gejala dari bentuk hilangnya rasa keadilan dan upaya memusnahkan pemerataan akses pendidikan bagi semua rakyat Indonesia, hanya nuranilah yang menjawab.

Mungkin kita semua tidak ingin bunyi kalimat indah "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran," dalam pasal 31 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945 hanya indah di atas kertas lembaran negara atau hanya sekedar rajin mendengungkan lantas menguap begitu saja.

Ibarat pohon pinang dibelah dua, mahasiswa bermobil ambil beasiswa tak ubahnya dengan tingkah polah koruptor yang memiskinkan negara. Mereka seakan berlomba serakah sama koruptor kotor, ambil jatah rakyat lemah. Andai ini dibiarkan terus bakal abadilah dogma "Orang Miskin Dilarang Sekolah." Sadis bukan !

Padahal meminjam istilah tokoh Spiritual India Sri Sathya Sai Baba, uang itu datang dan pergi tetapi apabila engkau memupuk moralitas, maka nilai-nilai tersebut akan tetap tertanam di dalam dirimu.

Jadi mulai sekarang, berpikirlah kembali untuk segera memusnahkan rasa ego, kembali kepada ungkapan bijak hati nurani. Sebab sampai sekarang masih banyak saudara-saudara kita di daerah terpencil bahkan dipusat perkotaan pun ada yang tak peroleh akses pendidikan berkualitas.

Langkah solutif, pemkab Minahasa melalui Dinas Pendidikan harus lebih jeli, selektif dalam pemberian beasiswa, jangan sekedar alasan anak pengusaha kaya atau pejabat negara diberikan spesial beasiswa agar si anak terangkat citranya sebagai anak yang cerdas berperstasi.

Padahal hal ini salah kaprah, karena akses beasiswa itu untuk diberikan ke mereka yang ekonomi lemah dan berkarya nan pandai. Harusnya golongan kaya kaum berada ikut kuasai beasiswa, Pemkab Minahasa wajib mendiskualifikasi dan berdosalah bagi mereka yang kaya bertahta tetap rebut beasiswa Pemkab Minahasa, menjilat hak-hak kaum miskin tertindas.

Tentu Republik ini mengharapkan sebuah tujuan pendidikan yang suskes melahirkan orang-orang yang memiliki kecerdasan dan dapat menumbuhkan dan menciptakan manusia-manusia yang memiliki kepribadian secara utuh, akhlak dan intelektual demi kejayaan Indonesa tercinta. ()

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN