INDAHNYA PANTAI RCTI TINGGALAH NAMA

Indahnya Pantai RCTI Tinggalah Nama
Oleh: Budi Susilo

PERJALANAN ke Tanjung Merah, Bitung, dari Kota Manado melalui jalur darat selama kurang lebih dua jam akan temukan pantai bernama Pantai RCTI. Orang setempat telah menyebutnya seperti itu, telah menjadi istilah populer ditelinga warga masyarakat Tanjung Merah, provinsi Sulawesi Utara.


Pantai RCTI ini suguhkan panorama matahari terbit pagi hari dan hamparan pasir hitam. Beragam pepohonan seperti kelapa, seolah memberi kisah indah tak terlupakan. Desir tiupan angin pantai seakan memberi kenikmatan dari surga. Arus air pantainya yang tenang, seolah nyaman memberi aura beda dengan pantai lainnya.

Namun belakangan ini, keistimewaan tersebut rasanya hampa, kebahagiaan hilang sirna saat singgahi pantai RCTI. Sebab kenapa, di pasir pantai tercecer beragam puntung rokok dari berbagai macam merek. Sepertinya bagi perokok, pantai itu adalah asbak yang disediakan alam.

Mike Tumangken (45), Kepala Pengelola Pantai RCTI, menuturkan, banyaknya pengunjung datang terkadang kurang diimbangi oleh rasa pertanggung jawaban kebersihan. Masing-masing orang yang datang kurang peduli terhadap kebersihan pantai.

"Salahnya sih kami tidak beri tempat sampah. Tapi rencananya kami akan beri tempat sampah. Biar pengunjung tidak sembarangan," ujarnya ketika ditemui di pantai RCTI, Sabtu (16/4/2011).

Penamaan pantai RCTI, diambil dari nama Resort Ciptaan Tuhan yang Indah. Jadi tutur Mike, istilah RCTI itu adalah singkatan. Bukanlah penamaan definsi dari sebuah stasiun televisi nasional di Indonesia.

"Pantai RCTI ciptaan Tuhan. Kita mesti harus jaga supaya tetap indah. Saya harap pengunjung bisa jaga kebersihannya," tutur perempuan kelahiran Tombatu ini.

Kebersihan pangkal keindahan. Hanya inilah yang menjadi modal spirit Mike membersihkan pantai RCTI setiap tiga atau sampai empat kali dalam seminggu. Dirinya yang dipertanggung jawabkan oleh pemilik resort untuk menjaga pantai, melaksanakan tekun dan rutin. "Lelah juga bersih-bersih pantai. Apalagi kalau banyak pengunjung. Banyak sampah berserakan," ujar perempuan potongan rambut bondol ini.

Panjangnya pantai RCTI terbilang lapang. Pengunjung yang datang bisa ditampung sekitaran ratusan orang dewasa. Diperkirakan, panjangnya mencapai kurang lebih setengah kilometer. "Tempatnya biasa dipakai buat acara kumpul grup. Orang pekantoran, mahasiswa bahkan acara keluarga," tutur wanita bertubuh mungil ini.

Pengelola pantai RCTI membuka layanannya setiap hari, dari terbitnya mentari sampai jelang tutupnya riwayat matahari, alias malam hari. "Di pantai Kami beri lampu penerangan. Tapi kalau sudah jam 9 malam kami tutup," kata Mike yang sudah menjaga pantainya selama empat tahun ini.

Seperti layaknya pantai Marina Ancol Jakarta yang beragam fasilitas pantai tersaji, pantai RCTI hanya sekedarnya, karena sedia gazebo pun tidak seperti gazebo. Tampilannya lebih mirip gubuk dan bahkan ada tempat teduh dilengkapi fasilitas duduk dari kayu tanpa beratapkan, saat hujan kebasahan, ketika panas kena terpaan sengatan matahari. "Rencananya kami akan perbaiki gazebo," tegasnya.

Sambangi pantai RCTI dikenai biaya oleh pengelola. Tarifnya Rp 2 ribu per orang. Itu pun diluar harga untuk konsumsi, sebab pengelola pun menyediakan menu makanan khas hidangan laut. "Lauk nasinya hanya ikan Tude bakar dan sayur Kangkung Cah," ungkap Mike.

Rico Wulur (20), pengunjung pantai menuturkan, wisata pantai RCTI cocok untuk santai, menikmati alam pantai Bitung yang berhadapan langsung dengan perairan pasifik. Namun kurangnya pantai RCTI, ada sedikit yang mengganggu kunjungan yakni kurang bersihnya pantai.

"Harusnya dikelola serius. Biar pengunjung mau datangi lagi," tegas mahasiswa fakultas ekonomi dari Universitas Sam Ratulangi ini.

Lainnya, Jessy J Pondaag SE Msi (33), kesibukan harinya sebagai dosen ekonomi di Universitas Sam Ratulangi, perempuan yang bertempat tinggal di Airmadidi ini menyempatkan diri berwisata ke pantai suguhan khas alam Sulawesi Utara di pantai RCTI Kota Bitung.

Keindahan pantai tiada tandingan, mampu beri hiburan pelepas kepenatan kehidupan keseharian. Demikian alasan yang terpancar dalam gagasan Jessy memilih wisata ke pantai. "Pantai tempat yang asyik," tuturnya.

Ia menjelaskan, suasana alam pantai mampu menyajikan keindahan berupa air, angin dan pasir. "Ombaknya didengar damai. Hembusan angin pantai buat adem badan," ujar perempuan kelahiran 12 Januari 1978 ini.

Jessy menambahkan, pantai sahabat setia siapa saja. Pantai merupakan bagian hidup manusia. Tidak perlu ditakuti, apalagi membenci dan menjauhinya. "Tsunami hanya perlu diwaspadai," tuturnya.

Menurutnya, pantai dapat menjadi potensi wisata yang berprospek bagi para pengusaha pariwisata, asalkan mampu mengemasnya, pantai jadi idola utama. Pintar mengelola pantai, wisatawan akan ketagihan mendatanginya.

"Promosi hal utama. Namun dimulai dari fasilitas dan suasana yang baik, promosi akan efektif. Orang penasaran akan mendatanginya," tutur Jessy, dengan untaian rambutnya yang lurus hitam. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN