BUDAYA TAPTU HIJRAH CERMINAN CITA BERSAMA

Budaya Taptu Hijrah
Cerminan Cita Bersama

Oleh: Budi susilo

NYALA api obor seakan membakar semangat pejalan kaki parade Taptu Hijrah di Kota Manado Sulawesi Utara (Sulut), Senin (14/2/2011) malam. Kebersamaan dan nilai persatuan sangat mengental di barisan para peserta parade tersebut. Semua kalangan umur, warna kulit dan asal daerah menikmati indahnya perjalanan bersama.

Setiap menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, biasanya, sudah menjadi agenda rutin tahunan kaum muslim Sulut, mengadakan Taptu Hijrah di pusat Kota Manado, dipilih karena sebagai pusat keramaian dan ibukota Sulut, terlebih Kota Manado pun mendambakan sebagai kota favorit kunjungan para wisatawan, wajib rasanya ada pagelaran pentas ritual sosial budaya, sebagai pemancing daya tarik dunia pariwisata.

Selain juga menurut Hendricus Benedictus Palar dalam karya Wajah Baru Minahasa (2009), Kota Manado telah banyak dihuni kaum muslimin, ini puncaknya ketika usai pergolakan Permesta telah terjadi migrasi besar-besaran manusia dari Gorontalo dan Bolaang Mongondow yang sebagian besar penganut agama Islam, mereka pun membangun mushola dan mesjid hampir di setiap penjuru kota.

Mahyudin Damis, Pengamat Sosial Budaya Sulut, mengatakan, Taptu Hijrah adalah pawai berobor yang memperebutkan piala bergilir Kapolda Sulut, dalam rangka memperingati kelahiran Nabi, melibatkan ribuan massa dan sebagian warga non-muslim.

Menurutnya, ritual tersebut, `memanipulasi simbol' nilai-nilai Islam atau makna yang terkandung, baik dalam peristiwa kelahiran (maulud), maupun peristiwa pindah (hijrah) Nabi. Ritual Taptu-hijrah bagian ajang mencari tujuan Islam yang didasari oleh nilai dan moral Islam yang universal.

Sebab, jelas pria lulusan Magister Universitas Gadjah Mada 1999 ini, Taptu Hijrah momentum menampilkan semangat hijrah, sebagai peristiwa penting Nabi yang dapat membebaskan umat manusia dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan (jahiliah), serta membawa perubahan besar pada bidang ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Perjalanan parade obor Taptu Hijrah, dimulai sekitar jam 20.00 Wita di kantor Kepolisian Daerah Sulut Jalan Bethesda No 62 Kota Manado, sebagai sponsor pemberi hadiah utama Taptu Hijrah. Selanjutnya, rute melewati beberapa jalan protokoler seperti kawasan bisnis Boulevard dan diakhiri di Kampung Arab Mesjid Masyhur, Kelurahan Istiqlal, Kecamatan Wenang.

Wahyudi Suhono, Ketua Remaja Mesjid Masyhur Kampung Arab, menjelaskan, peserta parade Taptu Hijrah tidak hanya diikuti oleh warga Kota Manado, akan tetapi dari luar daerah Kota Manado pun ada semisal dari Kema Minahasa Utara. Peserta berlomba, menampilkan peragaan unik berbeda, ekspresi kreatifitas menjadi pedoman agar mampu meraih juara kemenangan, sebab panitia penyelenggara menyediakan beragam hadiah menarik bagi grup parade yang dapat tampil mempesona, indah dan aksi menawan.

Melihat ritual tersebut, tentu benang merahnya memiliki nilai muatan filosofis, seorang manusia yang bersifat zoon politicon, yang menurut Plato dalam Republica, yakni kumpulan individu yang membentuk masyarakat dan akhirnya memunculkan entitas negara untuk tujuan sempurna, mencapai kebaikan bersama. Peristiwa Taptu Hijrah di Manado 2011, bagian media terbentuknya masyarakat yang beraneka ragam, berbineka tunggal ika, berbeda dalam suku, pola budaya dan pemikiran namun satu cita bersama, mempererat kesatuan dalam kedamaian, berjalan mencapai tujuan yang diharapkan, kebaikan bersama.

Seremonial tahunan tersebut, diharapkan bukan hanya tampak dipermukaan, singkat, hanya berniat mengincar hadiahnya lantas meninggalkannya. Taptu Hijrah mengingatkan umat, terutama generasi muda, akan kelahiran seorang reformis semesta dunia, Muhammad SAW, manusia yang terlahir dimuka bumi, maju kedepan membawa kerahmatan Lil Alamin. Bersatu menjemput mimpi cahaya progresifitas. Budaya Taptu Hijrah di Manado, umat berjalan mengenakan keduakaki mengingatkan perjuangan Muhammad SAW, berjuang keras penuh pengorbanan untuk kedamaian dunia, menjunjung tinggi harkat hidup seluruh manusia.

Menjadi pelajaran penting, itulah makna yang terpikirkan dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Taptu Hijrah 2011. Pelajaran mengenai pentingnya persatuan dalam ikatan toleransi, menghindari segala hal perpecahan dan kekacauan hidup yang belakangan ini rentan terjadi. Hidup bermajemuk, anugerah yang terindah. Keanekaragaman bukan untuk dibenturkan. Perbedaan jangan dipaksakan seragam. Lestarikanlah, keindahan dan kebahagiaan akan terpancarkan. Kedamaian dalam keanekaragaman bagian yang tidak mudah dilakukan, namun mereka yang bijak dan adil bukanlah hal yang sulit dan membebankan. Perbedaan dalam keanekaragaman dipersilisihkan. Sikap kekerasan jadi jalan, kerugian tak terhindarkan. Musyawarah sebagai jembatan tujuan pencari jalan kebersamaan dan kedamaian. (Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW 2011)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN