DENYUT DESA TUMARATAS MINAHASA

Denyut Desa Tumaratas Minahasa 
Menyatu Bersama Alam
Oleh: Budi Susilo


KEBERLIMPAHAN kandungan kekayaan alam Sulawesi Utara (Sulut) patut dibanggakan. serta disyukuri. Pemberian Tuhan Yang Maha Esa tersebut menjadi penopang keberlangsungan hidup masyarakat. Semisal, di daerah Desa Tumaratas Kabupaten Minahasa, alamnya menjadi penopang kehidupan masyarakat setempat. Hal ini diketahui ketika menginjakan tanah Kabupaten Minahasa.

Berangkat sekitar pukul 09.25 Wita dari Kota Manado, Sabtu (19/2/2011), mengenakan kendaraan bermotor roda empat, meluncur ke lokasi Desa Tumaratas Dua Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa.

Setibanya di lokasi gedung kumtua, pada pukul 12.30 Wita, bertemu sapa dengan pemangku masyarakat setempat, Rocky Woran (31), Hukum Tua Desa Tumaratas Dua. Ketika ditemui, pria murah senyum ini berkesempatan bercerita banyak mengenai ketergantungan harmonisasi kehidupan masyarakat dengan alam rayanya.

Menurutnya, sejak era otonomi daerah, Desa Tumaratas dimekaran menjadi dua wilayah, Tumaratas Satu dan Tumaratas Dua di tahun 2007, keberadaan sumber daya alam seperti sumber mata air tanah, eksistensinya selalu komit, terjaga dan terlestarikan. "Mata air sebagai sumber kehidupan warga," ujarnya.

Ia menuturkan, keberadaan Desa Tumaratas di Sulut, sejak lama telah dikenal sebagai daerah pemasok sumber mata air terbesar, sebab di sekeliling lingkungannya ditumbuhi rerindangan keasrian pepohonan. Sejauh ini tahun 2011, masih memiliki hutan lindung berkisar 500 hektar.

Karena itu, jangan sampai hutan lindung yang dimiliki rusak, terjamah oleh keserakahan nafsu manusia untuk kepentingan sesaat sumber mata air yang terkadung semakin berkurang, berkualitas buruk, akhirnya dampak yang diperoleh, kegiatan kehidupan bermasyarakat Tumaratas terganggu dan tidak seimbang. "Keberadaan hutan tetap dijaga kelestariannya," ujarnya.

Letak geografis Desa Tumaratas, diuntungkan oleh keberadaan Danau Ranotelu atau danau tiga mata air. Menurutnya, danaunya sebagai sumber mata air utama, keberadaan hutan lindung memiliki banyak manfaat yang luar biasa, sebagai sumber air dan daerah resapan air. "Tiap per desanya dibentuk kelompok untuk lindungi kelestarian hutan," katanya.

Sebagai upaya penjagaan kelestarian hutan, desa menerbitkan peraturan desa, warga dilarang masuk merusak dan menebang hutan. "Mereka yang melanggar dikenai sanksi, dikucilkan dari pergaulan dan dibawa ke ranah hukum," tuturnya.

Langkah lainnya, dibentuk Pamswakarsa, yang terdiri dari perangkat pemerintah, tokoh masyarakat, dan kaum pemuda. "Kalau penebangan dibiarkan keberadaan mata air terganggu," katanya.

Ia menyayangkan, diwilayahnya masih ada beberapa lahan tidur seluas sekitar 20 hektar. Keberadaan lahan tidur ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai sektor penggerak perekonomian masyarakat. "Profesi petani kurang diminati," katanya.

Menurutnya, ada beberapa faktor kepertanian kurang diminati, yakni faktor petani hanya mau menanam tanaman yang sedang laku dipasaran. Semisal tanaman Tomat sedang laris manis di pasaran, maka petani hanya meminati tanaman sayuran Tomat. "Harusnya ada keanekaragaman tanaman. Agar ada kemampuan swasembada dan ketahanan pangan," ujarnya.


Sebagai solusinya, dibentuklah gerakan menggugah kegiatan bertani di kalangan generasi muda dengan membentuk kelompok tani menanam bawang merah, jagung, dan tomat. "Karang taruna dibuat kelompok. Sekarang yang sudah tergarap sudah 5 hektar," tuturnya.

Ia mengungkapkan, masalah yang dihadapi dalam dunia pertanian berupa hama, yang baru-baru ini menyerang tanaman jagung dan perubahan cuaca yang tidak menentu. "Bagi kami untuk pemasaran hasil pertaniannya tidak terlalu sulit," katanya.

Harmen Longkutoy, Ketua LKMD Tumaratas Dua, mengatakan, berbicara mengenai kelestarian hutan, Desa Tumaratas di daerah Ranotelu pada jaman penjajahan Belanda tahun 1938, lahannya dianjurkan menanam pohon Cempaka, sampai rakyat pun diberi bantuan berupa bibit Cempaka, ada 55 kepala keluarga.

Program ini pun dapat membantu perekonomian warga setempat dengan tidak merusak lingkungan. "Masuk di tahun 1957 ada pergolakan di dalam negeri, pohon Cempaka banyak yang ditebang. Alam jadi rusak," tuturnya.

Ia pun menjelaskan, semisal contoh Danau Ranolesi, sebelum tahun 1960 masih memiliki banyak sumber mata air, namun masuk di tahun 1996, airnya mengering, tidak mampu lagi dimanfaatkan sebagai sumber mata air.

"Semuanya akibat ada pembabatan hutan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kedepan ini mesti kita hindarkan," ujar pria kelahiran 18 Desember 1929 ini. ( )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN