KURANG EVENT PARIWISATA SULUT REDUP
Kurangnya Event Internasional
Pariwisata Sulut Redup
Oleh: Budi Susilo
Menurunnya data statistik jumlah tingkat penghunian kamar hotel berbintang dan kunjungan wisatawan yang hadir di Sulawesi Utara (Sulut) disebabkan pengaruh oleh ketiadaannya gelaran event bertaraf internasional seperti World Ocean Conference (WOC).Oleh: Budi Susilo
Hal ini dikatakan oleh Kepala Badan Pusat Statistik Sulut, Jasa Bangun bahwa penurunan tingkat hunian hotel, atau okupansi sebenarnya tidak terjadi jika tidak dibandingkan dengan bulan saat diselenggarakannya WOC. "Itu pun penurunannya tidak secara tajam," katanya saat berbincang di ruang kerjanya, Rabu (5/5).
Jasa menjelaskan, turunnya okupansi disebabkan oleh ketersediaan kamar hotel yang terlalu banyak setelah digelarnya acara WOC. Sebelum itu, Sulut hanya memiliki sedikit hotel, tetapi ada event WOC keberadaan hotel bertambah. "Sekarang jumlah penghuni tidak sebanding dengan keberadaan hotel. Jadi ini seakan-akan okupansi hotel turun," tuturnya.
Data BPS Sulut mengeluarkan, perkembangan kunjungan wisatawan Maret 2010 di Sulawesi Utara (Sulut) telah mengalami penurunan sebesar 20, 42 persen. Data menunjukan, jumlah Maret 2010 sebanyak 1.602 orang, padahal sebelumnya terkumpul 2.013 orang.
Sementara, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang Maret 2010 sekitar 45,42 persen. Angka tersebut berasal dari malam kamar terjual sejumlah 15.432 dibagi dengan malam kamar tersedia sebesar 33.9976. Artinya angka TPK turun sekitar 0,71 persen dibanding TPK Maret tahun sebelumnya sebesar 46,13 persen.
Ketua Association Of The Indonesia Tours and Travel Agencies Manado, Herman Kontutojeng mengatakan, kedatangan wisatawan sebenarnya tidaklah terlalu menurun. Hanya menurutnya, Sulut belum mampu dikatakan sebagai kota kelas Pariwisata dunia disebabkan oleh masih minimnya berbagai fasilitas pendukung. "Harus ada akses jalan yang layak biar mampu menempuh waktu cepat. Sedia juga toilet karena wisatawan biasanya sangat membutuhkan toilet," tegasnya.
Untuk itu, jelas Jasa, Sulut mesti terus membuat program pariwisata, agar terus ramai. Sulut memiliki banyak potensi sumber daya alam yang luar biasa serta telah ditetapkan menjadi daerah yang layak menggelar Meeting, Initiative, Conference, dan Exhibition. "Sulut daerahnya masih alami tidak seperti di Bali sudah terlalu padat," katanya.
Jasa mengungkapkan, penduduk domestik yang berasal dari Indonesia secara persentase 50 persen lebih menyukai kegiatan plesiran. Semestinya ini harus jadi potensi Sulut untuk menarik turis domestik sebanyak-banyaknya, terlebih Sulut jadi daerah kunjungan wisata kelima dari 33 provinisi yang ada. "Jika kunjungan 200 ribu itu cuma sedikit. Perlu ditingkatkan semisal jadi 300 ribu orang," tuturnya.
Menurutnya, ketimbang menggenjot turis mancanegara, lebih baik turis-turis domestik. Karena belanja konsumsi turis mancanegara dengan domestik tidak jauh berbeda. "Turis asing bisa Rp 1 jutaan lebih sementara yang domestik antara Rp 800 ribu sampai Rp 900 ribuan," katanya.
Karena itu tambah, Jasa, Sulut harus membuat banyak agenda wisata semisal program pulang kampung merayakan Paskah bersama, atau bikin perkumpulan keluarga Jawa Tondano dalam acara pulang kampung bersama ke Sulut. "Orang-orang yang dari keturunan Jawa di Suriname bisa datang ke Sulut. Pasti Sulut banyak kunjungan," ujarnya.
Katherine R Situmorang, Office Manager North Sulawesi Tourism Board, mengatakan, upaya untuk memperkenalkan lokasi wisata Sulut, North Sulawesi Tourism Board mengundang beberapa kalangan jurnalis dari negara Rusia. Mereka mengulas lebih mendalam beberapa tempat lokasi wisata di Sulut, seperti Sangihe, Tomohon, Bitung, bukan cuma sekedar Bunaken. "Mempromosikan Sulut adalah tugas bersama. Kita mengharapkan wisata Sulut jadi bisa go internasional," katanya.
Senada, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indoesia (PHRI) Sulut, Johny Like, bahwa pemerintah Sulut perlu mengadakan kembali kegiatan berskala internasional. Harapannya dengan penyelenggaraan event tersebut kunjungan wisatawan terus berdatangan, dan berkesan serta kembali ingin mengunjunginya.
"Seperti di Shanghai China melakukan pameran Expo Internasional yang diperkirakan 79 ribu orang akan datang ke Shanghai. Maka itu pemerintah Sulut mesti kerja keras dan berkorban untuk membuat sebuah event berskala internasional seperti Shanghai," tuturnya.
Komentar
Posting Komentar