Di SURUH BERHENTI BERNYANYI


Di Suruh Berhenti Menyanyi
*Konser Musik Franky Sahilatua
Oleh: Budisusilo

Tiba-tiba Franky Sahilatua, penyanyi lagu balada yang merakyat segera menghentikan petikan gitarnya dan lantunan suara dendang lagunya yang berjudul Gus. Tanpa pikir panjang, ia langsung meletakkan gitar dan berjalan menjauhi podium dan keluar dari ruangan ballroom Hotel Swiss-Belhotel Maleosan, Manado.

Dirinya memancarkan wajah geram. Seakan belum ada kepuasan untuk mengakhiri lagunya yang dipersembahkan buat bapak bangsa Indonesia Abdurrahman Wahid, atau yang biasa sapaan populernya Gus Dur.

Pasalnya, ia diharuskan menghentikan nyanyiannya, lantaran kedatangan Gubernur Sulawesi Utara, S. H. Sarundajang yang terlambat dari jadwal acara yang ditentukan, membuat panitia acara terpaksa menyuruh Franky menghentikan ekspresi dipertengahan lagunya.

Franky, seniman kelahiran Surabaya ini memang diminta mengisi acara pembukaan lewat refleksi lagu di acara Simposium Indonesia Timur dan Tengah (Simpintimteng) bertema Mempertahankan Pancasila Meneguhkan Kebhineka-Tunggal Ika-an yang digelar Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), Rabu (27/1/2010).

Franky merasa kehadiran birokrat pemerintah tersebut seakan mencerminakan sikap yang sewenang-wenang. Hadir terlambat dari waktu yang dijadwalkan, tiba-tiba datang di tengah lagu dan semuanya harus selesai. "Saya sedang menyanyi dipertengahan lagu terpaksa di suruh berhenti. Padahal menyanyi itu memang pekerjaan saya," tuturnya.

Singkat cerita, dirinya disambangi oleh panitia penyelenggara, membujuk dirinya ikut makan malam di rumah gubernur Rabu malam. Namun, ia pun menolak ajakan seorang panitia tersebut. "Tidak, saya tidak mau," ujarnya dengan nada tegas.

Panitia yang kebingungan dengan penolakan Franky, mencoba membujuk. "Tapi Franky diundang langsung Gubernur untuk acara nanti malam," kata panitia. Namun Franky tetap menolak. "Nanti malam saya ingin konser di depan tema-teman wartawan saja," sahut Franky dengan muka masam.

"Teman-teman wartawan juga diundang kok nanti malam. Mereka semua akan hadir di sana," sang panitia masih berusaha membujuk. "Saya tetap tidak mau hadir," kata pencipta tembang lagu Pancasila Rumah Kita ini.

Sedari awal, seniman kelahiran 16 Agustus 1953 ini memang memiliki karakter pendirian komit yang teguh. Utamanya dalam mengkritisi pemerintahan yang menurutnya, selama ini roda birokrasinya masih gemeente, gaya pemerintahan kolonial Belanda.

"Harusnya arah birokrasinya ke Cina. Birokrasi entrepreneurship. Makanya sekarang Cina maju. Pejabat-pejabatnya punya keberanian membawa perubahan buat kesejahterahan rakyat. Karena harusnya, memang pemerintah itu bukan hanya sekedar sebagai orang yang makan gaji saja," ujarnya.

Makanya, waktu dekat ini, ia bersama teman-teman lainnya ingin membuat sebuah Goverment Watch. "Biar bisa diawasi pemakaian anggara negaranya. Sumber dari mana dan distribusikannya untuk apa. Seperti misal bantuan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) itu sebenarnya bukan dari anggaran negara. Semua dananya dari asing," ungkap seniman yang sering manggung bersama Iwan Fals ini.

Franky menambahkan, pemerintah masih sebatas menerapkan mahzab Top Down. Menunggu dari pembagian pusat, baru berjalan. Bahkan sinyalemen untuk membubarkan bangsa Indonesia sudah terlihat. "Rasa solider bangsa Kita sudah semakin menipis. Untungnya Kita punya instrumen Pancasila untuk tetap bisa mempertahankan Indonesia dari cerai-berai," katanya. (Kairagi, Manado, Sulawesi Utara)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN