BUAYA BADAS HITAM PENGHUNI AIR SANGATTA
REPTIL BUAYA LANGKA KHAS KALIMANTAN TIMUR
Secara karakter, tubuh buaya badas hitam yang tidak mega layaknya buaya muara, membuat sifatnya tidak terlalu agresif. Dibandingkan dengan buaya muara, karakternya sangat galak. Buaya badas hitam jika tidak diganggu, diusik dan terancam keselamatannya, tidak akan melakukan perlawanan.
BUAYA BADAS HITAM
Nama ilmiah: Crocodylus siamensis
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata;
Kelas: Reptilia
Ordo: Crocodylia
Genus: Crocodylidae
Spesies: Crocodylus siamensis
Bahasa lokal: Buaya Badas Hitam dan Kodok
Klasifikasi lebih tinggi: Crocodylus
Tingkatan takson: Spesies
Habitat Badas Hitam:
Air tawar danau
Air tawar sungai
Air rawa rawa
Domisili Badas Hitam:
Danau Mesangat
Danau Suwi Kutim
Sungai Mahakam
Sungai Sangatta
JUMLAH POPULASI
Sedunia diperkirakan hanya sekitar 5 ribu ekor.
REPRODUKSI
- Betina bertelur 20 sampai 80 butir.
- Telur menetas 70 hingga 80 hari
FAKTOR KEPUNAHAN
- Perburuan liar
- Perdagangan liar
- Pertambakan liar
- Pencemaran limbah
Karakteristik Fisik
- 2 sampai 4 buah sisik besar di belakang kepala
- Sisik perut tersusun dalam 29 hingga 33 baris
- Sisik besar punggung tersusun 16 sampai 17 baris
- Moncong yang relatif besar luas dan mulus
- Linggis tinggi di belakang masing-masing mata.
- Warna tubuh hijau gelap
- Warna tubuh hijau zaitun
Ukuran Buaya Badas Hitam
- Usia muda panjang 1,2 sampai 1,5 meter
Berat tubuh 6 sampai 12 Kg
- Usia dewasa bisa 2,1 meter lebih
Berat tubuh 40 sampai 70 Kg
- Jantan besar mencapai 4 meter dan berat 350 kg
- Betina besar mencapai 3,2 meter dan berat 150 kg
Ukuran Buaya Muara
- Diklaim buaya terbesar dan terpanjang.
- Tumbuh bisa sampai sepanjang 12 meter.
- Berat tubuhnya bisa 200 kilogram.
- Gigi berjumlah 17 sampai 19 buah.
Ukuran Buaya Supit
- Paling ramping dari yang lainnya
- Panjang tubuh sekitar 2.5 sampai 5 meter.
- Kepalanya bermoncong panjang
- Gigi rahang 20 sampai 22 buah
TIPE BUAYA INDONESIA;
- Crocodylus novaeguineae (buaya Irian)
- Crocodylus porosus (buaya muara)
- Crocodylus siamensis (buaya siam)
- Tomistoma schlegeli (buaya supit)
BENTUK TUBUH BUAYA
- Buaya Supit lebih kecil ramping
- Buaya Badas Hitam berukuran sedang
- Buaya Muara ukurannya sangat besar
PERBANDINGAN REPTIL
Perbedaan:
Buaya ada 13 spesies
Alligator ada 2 spesies,
Caiman ada 6 spesies
Gharial ada 2 spesies
Buaya
Badas Hitam Penghuni Air Sangatta
Belum lama ini,
masyarakat Kalimantan Timur dihebohkan adanya adegan nyata buaya muara,
menerkam mentah‑mentah seorang pria dewasa yang mengklaim dirinya sebagai pawang
reptil buaya. Aksi buaya mencaplok orang ini terekam secara langsung dalam
sebuah video berdurasi 1 menit 39 detik.
Kejadian
memilukan tersebut berada di kawasan sungai Muara Jawa Ulu, Kabupaten Kutai
Kartanegera, Kaltim. Kabar terakhir, nasib pria yang dicaplok mulut buaya itu,
garis takdirnya dinyatakan telah tutup usia, menjadi korban keganasan liarnya
buaya.
Melihat
dari segi ilmu biologi reptil, buaya itu terbagi dalam beberapa kelompok, yakni
kelompok buaya air tawar dan buaya air payau. Buaya yang galak di Muara Jawa
Ulu tersebut masuk kategori buaya air payau, yang sering disebut buaya muara.
Hidupnya bisa berada di kondisi perairan yang tawar dan tawar sedikit asin.
Sebenarnya
muka bumi ini bukan hanya disinggahi buaya muara semata. Ada buaya lainnya yang
memang jarang diketahui khalayak masyarakat umum. Secara kasat mata, bentuk
buaya bisa dibilang bagai "pinang dibelah dua," satu sama lain
wujudnya hampir sama.
Perlu
diketahui, selain buaya muara ternyata ada juga buaya lainnya yang menemati
planet bumi ini, khususnya di Pulau Kalimantan. Buaya ini adalah Crocodylus
Siamensis, yang bahasa lokal di Sangatta Kaltim sering disebut buaya badas
hitam. Sementara kalau petugas konservasi di Kota Balikpapan memberi nama
dengan sebutan buaya kodok.
Buaya
badas hitam ini menempati habitat di perairan air tawar, tidak bisa hidup di
wilayah air payau, apalagi perairan laut yang bergaram tingkat asinnya tinggi.
Dibandingkan dengan populasi buaya muara, jenis buaya badas hitam ini bisa
dibilang masuk kategori yang sudah mulai jarang ditemukan.
(Jongfajar Kelana) |
Ini
diakui seorang petugas lapangan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kota
Balikpapan, Amos Robi Simon, yang sudah berpuluh tahun menyusuri alam liar,
masuk blusukan ke wilayah perairan sungai di kawasan Samarinda, Balikpapan, dan
Penajam Paser Utara, tak satu pun menemukannya, si buaya badas hitam.
Menurut
kajian The Wildlife Conservation Society Indonesia wilayah Kaltim, buaya badas
hitam masih bisa ditemukan di daerah perairan sungai Sangatta Kutai Timur, atau
juga di penangkaran buaya Teritip Kota Balikpapan.
Pernah
sekitar tahun 2015, Amos yang berciri tubuh kurus berkulit gelap mengalami
pengalaman pertama kalinya dalam sejarah hidup, menjadi petugas pengendali
ekosistem hutan. Amos pernah dilibatkan dalam melepasliarkan buaya badas hitam.
"Saya
dan teman‑teman di Balikpapan sering sebut buaya badas hitam dengan nama buaya
kodok. Soalnya bentuk fisiknya besar, wajahnya lebar. Mirip sekali seperti
kodok," katanya.
Waktu
itu, cerita Amos, ada hasil penyelamatan buaya badas hitam di Balikpapan, yang
rencananya akan diperjual‑belikan sebagai barang dagangan di pasar satwa liar.
Upaya penyelundupan buaya badas hitam ini mampu digagalkan.
Setelah
berhasil diselamatkan, buaya badas hitam akhirnya diputuskan untuk dilepaskan
ke tempat yang dianggap cocok. Karena karakteristiknya hidup menetap di
perairan tawar, maka pilihan yang pas adalah lokasi Danau Mesangat, Kutai
Timur.
Buaya
badas hitam yang dilepasliarkan itu jumlahnya sebanyak dua ekor dengan jenis
kelamin jantan. "Bentuknya besar. Sudah buaya dewasa, panjangannya saja
sampai tiga meter," tutur Amos.
Saat
itu, Amos merasa bahagia, bisa melihat secara langsung fisik buaya badas hitam
yang masih hidup. Amos berdecak kagum, sebab buaya ini telah diduga rentan
punah, sulit ditemukan. "Kalau lihat buaya muara saya sering. Masih mudah
ditemukan," ungkapnya.
Tidak
hanya itu, Badan Lingkungan Hidup Kutai Timur pun pernah menyatakan, buaya
badas hitam juga bisa ditemukan di Danau Suwi, Kutai Timur. Mencengangkan lagi,
buaya badas hitam yang ada di Danau Suwi ini benar satu‑satunya yang tersisa.
Tempat lain seperti di negeri Thailand, Vietnam, Kamboja dan Malaysia, sudah
tiada.
Karakter
Tak Agresif
Reptil
buaya memiliki ragam pola yang saling berbeda satu sama lain. Apa perbedaan
mendasar dari buaya badas hitam dan buaya muara ? Sekilas bentuk fisik dari
ekor hingga bagian leher, terlihat sama. Yang paling berbeda itu ada pada
bagian rahangnya.
Buaya
muara ukuran kepala hingga rahang mulut berukuran besar bila dibandingkan
dengan ukuran buaya badas hitam. Hanya saja badas hitam terlihat lebih lebar.
Sementara ukuran rahang yang paling kecil dan ramping, ini hanya dimiliki oleh
buaya supit, Tomistoma schlegelii.
Maslim
Asingkly, peneliti Bio Sains Hewan dari The Wildlife Conservation Society
Indonesia wilayah Kaltim, menjelaskan, buaya badas hitam tubuhnya tidak sebesar
seperti buaya muara. Buaya badas hitam selalu berdiam diri, banyak berendam di
genangan air tawar, seperti danau, rawa dan sungai.
Catatan
dari berbagai penelitian, buaya muara dikatergorikan sebagai reptil jenis buaya
yang terbesar di antara lainnya, bahkan sempat ada yang menemukan buaya muara
yang ada di Sangatta, Kaltim, panjangnya sampai 12 meter dengan berat tubuh
hingga mencapai 200 kilogram lebih. Sementara buaya badas hitam jika diukur,
masuk ketegori berukurang sedang.
(Jongfajar Kelana) |
Secara karakter, tubuh buaya badas hitam yang tidak mega layaknya buaya muara, membuat sifatnya tidak terlalu agresif. Dibandingkan dengan buaya muara, karakternya sangat galak. Buaya badas hitam jika tidak diganggu, diusik dan terancam keselamatannya, tidak akan melakukan perlawanan.
"Kebiasaan
buaya badas hitam tidak agresif. Sementara buaya muara sangat agresif, kita
mendekati langsung diserang, dicaplok," kata Maslim.
Sudah
tidak heran, buaya badas hitam ini masuk kategori reptil berkarnivora,
binantang yang suka memakan daging-dagingan. Buaya badas hitam tidak pernah
suka dengan makanan dari tumbuhan, sayur-mayur atau buah.
Bentuk
rahang tercipta secara lebar dan bergigi tajam supaya bermanfaat untuk mencari
makanannya. Rahang buaya badas diciptakan yang memang cocok sesuai
lingkungannya, yang menetap tinggal di perairan lahan basah air tawar. Saat
memangsa incarannya, buaya bisa mudah menahan dengan rahangnya yang kuat. Namun
jika diukur dari kapasitas, buaya muara jauh lebih besar.
Sebaiknya,
imbuh Maslim, binatang reptil seperti buaya sebaiknya dijauhkan, jangan
didekati apalagi dianggap sebagai hewan jinak. Semua buaya masuk kategori
reptil yang liar, yang suatu saat bisa mengancam keselamatan manusia.
"Sebaiknya
menghindari hubungan dengan buaya. Reptil buaya bukan binatang yang mudah
ditaklukkan. Sifatnya liar, tidak bisa dihilangkan karakter liarnya yang
penyerang dan predator," tuturnya.
Diragukan
sebagai 'Obat Kuat'
Buaya
badas hitam masuk kategori reptil yang dilindungi oleh Peraturan
Perundang-undang negara Republik Indonesia. Alasannya, buaya badas hitam selalu
menjadi incaran para pemburu yang mencari keuntungan ekonomi, memanfaatkan
kulitnya untuk dijadikan komoditas ekonomi.
Apalagi
jumlahnya yang sudah sedikit, membuat buaya ini jadi sasaran kolektor
binatang-binatang liar di pasaran satwa ilegal. Organisasi lingkungan hidup
pernah bersama pemerintah Kabupaten Sangatta bergandengan tangan untuk
membentuk tim yang dikhususkan melindungi dan melestarikan buaya badas hitam.
Perangkat
hukum di Indonesia, buaya badas hitam termasuk binatang yang dilindungi dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, mengenai Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,
yang tertuang dalam pasal 5 disebutkan ada kriteria satwa yang dilindungi.
Satwa
yang wajib dilindungi bila memenuhi kriteria mempunyai populasi yang kecil,
adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam, dan daerah penyebaran
yang terbatas pada daerah tertentu saja atau endemik.
Tidak
hanya itu, badas hitam pun dimasukan dalam daftar IUCN Red List, sebuah status
konservasi yang masuk dalam Critically Endangered atau kritis. Penobatan status
ini dianggap keterancaman tertinggi sebelum dinyatakan punah. Selain itu, CITES
juga mengkategorikan ke dalam daftar Apendiks I, yang dinyatakan dilarang
diperdangangkan dalam bentuk apapun.
Saat
dikonfirmasi, peneliti lulusan Bio Sains Hewan dari Instutut Pertanian Bogor,
Maslim As Singkly, menyebut, di tengah masyarakat sempat ada yang mempercayai
tangkur atau alat kelamin buaya, menjadi ramuan mujarab obat kuat dalam
aktivitas berhubungan seksual antara pria dan wanita.
Berdasarkan
keilmuan yang dikuasainya di bidang akademik biologi, Masilm merasa tidak
yakin, mengingat selama ini belum ada penemuan mutakhir yang menyatakan secara
sempurna bahwa tangkur obat kuat itu berkhasiat, super manjur.
"Buaya
bukan makanan yang layak untuk dikonsumsi. Buaya bukan makanan yang wajar.
Sebab secara spesifik kita belum tahu apa kandungan yang ada di organ tubuh
buaya itu. Belum ada jawaban pasti, apakah berbahaya atau tidak. Kalau belum
ada sebaiknya dihindari saja," katanya.
Sebab
tambah Maslim, kalau ingin mencari stamina atau semacam ramuan kuat, bisa
dicari di beberapa makanan yang layak dikonsumsi. Seperti dalam makanan
sayur-mayur, buah-buahan, atau telur ayam kampung.
Ada
yang mengatakan, tangkur yang direndam dalam sebuah cairan bernama arak,
sebenarnya bukan karena pengaruh dari si tangkur buaya, akan tetapi khasiat
jadi obat kuatnya disebabkan dari pengaruh cairan bening bernama tuak ramuan
tiongkok tersebut.
Silakan
berani dicoba, seandainya tangkur buaya direndam di air tawar yang biasa,
pastinya tidak berdayaguna, mustahil mujarab memberi kekuatan di 'ranjang'.
Prediksi yang tepat, adanya pengaruh penambahan kekuatan di tubuh manusia,
kemungkinan besarnya sumber dari mengkonsumsi ramuan jamu khas tiongkok tersebut.
"Buaya
badas hitam sudah langka. Rasanya tidak bagus juga kita berburu, membunuh buaya
badas hitam untuk hanya mengambil bagian tubuhnya untuk obat kuat yang dalam
ilmu medis juga belum jelas khasiatnya," tuturnya.[1]
( )
BUAYA BADAS HITAM
Nama ilmiah: Crocodylus siamensis
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata;
Kelas: Reptilia
Ordo: Crocodylia
Genus: Crocodylidae
Spesies: Crocodylus siamensis
Bahasa lokal: Buaya Badas Hitam dan Kodok
Klasifikasi lebih tinggi: Crocodylus
Tingkatan takson: Spesies
Habitat Badas Hitam:
Air tawar danau
Air tawar sungai
Air rawa rawa
Domisili Badas Hitam:
Danau Mesangat
Danau Suwi Kutim
Sungai Mahakam
Sungai Sangatta
JUMLAH POPULASI
Sedunia diperkirakan hanya sekitar 5 ribu ekor.
REPRODUKSI
- Betina bertelur 20 sampai 80 butir.
- Telur menetas 70 hingga 80 hari
FAKTOR KEPUNAHAN
- Perburuan liar
- Perdagangan liar
- Pertambakan liar
- Pencemaran limbah
Karakteristik Fisik
- 2 sampai 4 buah sisik besar di belakang kepala
- Sisik perut tersusun dalam 29 hingga 33 baris
- Sisik besar punggung tersusun 16 sampai 17 baris
- Moncong yang relatif besar luas dan mulus
- Linggis tinggi di belakang masing-masing mata.
- Warna tubuh hijau gelap
- Warna tubuh hijau zaitun
Ukuran Buaya Badas Hitam
- Usia muda panjang 1,2 sampai 1,5 meter
Berat tubuh 6 sampai 12 Kg
- Usia dewasa bisa 2,1 meter lebih
Berat tubuh 40 sampai 70 Kg
- Jantan besar mencapai 4 meter dan berat 350 kg
- Betina besar mencapai 3,2 meter dan berat 150 kg
Ukuran Buaya Muara
- Diklaim buaya terbesar dan terpanjang.
- Tumbuh bisa sampai sepanjang 12 meter.
- Berat tubuhnya bisa 200 kilogram.
- Gigi berjumlah 17 sampai 19 buah.
Ukuran Buaya Supit
- Paling ramping dari yang lainnya
- Panjang tubuh sekitar 2.5 sampai 5 meter.
- Kepalanya bermoncong panjang
- Gigi rahang 20 sampai 22 buah
TIPE BUAYA INDONESIA;
- Crocodylus novaeguineae (buaya Irian)
- Crocodylus porosus (buaya muara)
- Crocodylus siamensis (buaya siam)
- Tomistoma schlegeli (buaya supit)
BENTUK TUBUH BUAYA
- Buaya Supit lebih kecil ramping
- Buaya Badas Hitam berukuran sedang
- Buaya Muara ukurannya sangat besar
PERBANDINGAN REPTIL
Perbedaan:
Buaya ada 13 spesies
Alligator ada 2 spesies,
Caiman ada 6 spesies
Gharial ada 2 spesies
Persamaan:Masuk dalam Ordo crocodilia
DATA: dari berbagai sumber.
DATA: dari berbagai sumber.
[1]
Koran Tribunkaltim, “Reptil Langka
Buaya Badas Hitam Hidup di Perairan Sangatta; Buaya Kodok Penghuni Danau
Mesangat,” terbit pada Minggu 24 September 2017 di halaman depan bersambung ke
halaman tujuh di rubrik Tribun Line.
Komentar
Posting Komentar