RUSA SAMBAR BERKELANA MENCARI CINTA
Berkelana
Jauh Mencari Cinta
Rusa
sambar merupakan binatang yang unik yang bertempat di Kalimantan. Rusa sambar
sangat berbeda dengan rusa jenis lainnya. Tubuh rusa sambar bentuknya lebih
besar dan tinggi dari tipe rusa lainnya yang ada di tanah jawa dan timor.
Rusa
ini gemar berkelana menjelajah hutan belantara, mencari makan dan cinta. Gono
Semiadi, Peneliti Rusa Sambar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI,
mengungkapkan, rusa sambar pergi menjelajah bertujuan untuk mencari makan dan
pasangan lawan jenis.
Saat
rusa sambar berada di hutan yang tumbuh liar, wilayah jelajah hanya mencapai 2
kilometer, sedangkan ketika rusa sambar berada dalam lahan hijau yang lebih
terbuka bisa menapak jejak hinga 4 kilometer.
Sedangkan
bagi para jantan rusa sambar ketika masuk musim kawin melakukan perjalanan yang
sangat jauh dari biasanya. Melakukan perjalanan mencari makan sambil menemukan
cintanya, "Kalau musim kawin si jantan bisa berkelana tujuh sampai delapan
kilometer," ujar Semiadi kepada Tribun.
Jongfajar Kelana |
Namun sekarang ini, rusa sambar mulai terancam. Habitat tempat idamannya mulai terusik akibat dari ulah manusia yang membuka lahan hutan menjadi perkebunan dan pembalakkan liar. "Banyak lahan jadi kebun sawit. Ada kegiatan penebangan pohon yang liar. Perlu ada pengawasan yang ketat," tegasnya.
Akibat
hal itu, rusa sambar terdesak, hidupnya merasa terhimpit, terjepit tak lagi
mendapat hunian nyaman dan aman. Saat habitatnya rusak, Rusa sambar pun masuk
ke kawasan pemukiman penduduk.
Manusia
akan sering melihat rusa dan berujung pada aksi penangkapan dan pembunuhan.
"Rusa sering dilihat manusia rentan akan mati. Rusa ditembak atau
ditangkap untuk dikurung pelihara," katanya.
Sebenarnya,
rusa sambar itu secara ekosistem memiliki fungsi untuk tetap memberi kesuburan
bagi alam yang ditempatinya. Rusa sambar yang merupakan binatang herbivora
memakan tumbuhan, yang proses pencernaannya kadang sisakan bibit yang bisa
tumbuh.
"Makan disatu tempat lalu membuang kotoran yang ada bijinya di tempat lain. Akan tumbuh tanaman di berbagai tempat," tutur Semiadi.
"Makan disatu tempat lalu membuang kotoran yang ada bijinya di tempat lain. Akan tumbuh tanaman di berbagai tempat," tutur Semiadi.
Menurutnya,
masyarakat harus berubah pikiran untuk tidak menjerat menangkap apalagi
membunuh rusa sambar. Mengingat rusa sambar itu kebanggan masyarakat Kalimantan
Timur yang patut dilestarikan. Jumlah populasinya semakin menurun, sangat ideal
seluruh lapisan masyarakat ikut menjaga kebanggan yang dimiliki daerah.
Ranggah
Rusa Obat Mujarab Kebugaran
Zaman
dahulu kala, orang yang hidup di pedalaman pegunungan sering masuk ke dalam hutan
melakukan perburuan binatang liar. Satu di antaranya rusa sambar yang mendiami
Pulau Kalimantan. Ketika itu daging rusa dianggap nikmat enak, cocok disantap
rasanya sedap.
Tidak
heran kemudian rusa selalu menjadi incaran para pemburu sampai sekarang ini.
Bahkan ranggah yang dimiliki pada bagian kepala rusa sambar dianggap sebagai
obat mujarab untuk kebugaran tubuh manusia. Apa benar demikian ?
Gono
Semiadi, Peneliti Rusa Sambar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, mengatakan,
ranggah rusa sambar sedari dahulu selalu menjadi incaran. Biasanya ranggah yang
diincar adalah yang masih berusia muda atau belum menjadi mengeras.
"Penelitian
pernah dilakukan. Ranggah rusa sambar itu ada semacam jaringan matrix tulang
mineral. Zat inilah yang kemudian mudah diserap oleh tubuh manusia ketika
dikonsumsi," ungkapnya kepada Tribun.
Ketika
manusia memakan zat tulang mineral yang ada pada ranggah maka akan berfek
bagus. Tubuh seakan menjadi sehat bugar. Zat yang dikandung ranggah ini sangat
bagus bagi perkembangan metabolisme tubuh manusia.
Sebenarnya,
fase muda ranggah itu awal dari proses menuju repoduksi seekor rusa. Begitu
ranggah ini sengaja dipotong, secara alamiah akan tumbuh kembali normal dalam
beberapa hari.
Menurut
Gono, langkah sekarang sebaiknya manusia tidak perlu lagi berburu rusa sambar
ini. Mengingat rusa sambar sekarang terancam punah. Menemukan rusa sambar di
alam liar tidak semudah seperti tempo silam.
Andaikata
menemukan rusa sambar sebaiknya tidak ditangkap, disiksa, apalagi
diperjual-belikan. Rusa sambar telah dipayungi Undang-undang, sebagai binatang
yang wajib dilindungi.
Perburuan
rusa sambar yang bombastis nantinya akan berdampak buruk bagi keanekaragaman
hayati. Sebab kata Gono, rusa sambar itu memiliki peran dalam kesuburan tanah
di habitatnya, hutan liar.
Berbeda
halnya, imbuh dia, rusa sambar yang diproses melalui program penangkaran atau
pemeliharaan bisa menjadi kebolehan untuk memanfaatkan seluruh tubuhnya rusa,
dengan catatan kegiatan penangkarannya mendapat legalitas dari Balai
Konservasi Sumber Daya Alam.
Seperti
halnya apa yang dilakukan di Desa Api‑Api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam
Paser Utara "Ditangkar secara resmi kita boleh manfaatkan rusa. Dianggap
legal. Tapi kalau berburu di tempat liar tentu saja ilegal, melanggar
hukum," tegasnya.
Nasibnya
Berstatus Vulnerable
Rusa
setiap tempat selalu ada. Binatang berbulu coklat ini membuat kagum bagi yang
melihatnya, utamanya pada bentuk tanduknya yang indah dan unik.
Rusa itu binatang yang populer di tengah kehidupan masyarakat. Setiap film animasi seperti Cinderela, ada kehadiran rusa, termasuk pernak‑pernik perayaan Natal selalu tersuguh ikon Sinterklass yang selalu mengendarai kereta bertenaga rusa.
Rusa itu binatang yang populer di tengah kehidupan masyarakat. Setiap film animasi seperti Cinderela, ada kehadiran rusa, termasuk pernak‑pernik perayaan Natal selalu tersuguh ikon Sinterklass yang selalu mengendarai kereta bertenaga rusa.
Sebenarnya
dalam rusa itu banyak ragam jenis. Sebutan rusa tidak hanya satu tipe saja, ada
ciri rusa lain yang berbeda yang jika dijumlah mencapai 34 spesies.
Total ini terpecah menjadi kelompok subfamilia Muntiacinae dan Cervinae serta kelompok baru dengan sebutan Hydropotinae dan Odocoilinae.
Total ini terpecah menjadi kelompok subfamilia Muntiacinae dan Cervinae serta kelompok baru dengan sebutan Hydropotinae dan Odocoilinae.
Bicara
rusa di Pulau Kalimantan, tentu saja ada. Rusa ini dinamai Rusa Sambar yang
berdasarkan silsilah sejarahnya terkenal di berbagai pulau tertentu, termasuk
Kalimantan dan Sumatera.
Rusa sambar yang di luar Indonesia juga ada yang tersebar di negara Asia Tengara, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Australia.
Rusa sambar yang di luar Indonesia juga ada yang tersebar di negara Asia Tengara, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Australia.
Mengutip
dari dishut.kalselprov.go.id disebutkan, Rusa sambar terdiri sedikitnya
13 subspesies. Subspesies rusa sambar yang asli berasal dari Indonesia adalah
Cervus unicolor equines.
Sub Species ini terdapat di daerah Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, semenanjung Malaysia dan Thailand juga merupakan habitat alamiahnya.
Sub Species ini terdapat di daerah Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, semenanjung Malaysia dan Thailand juga merupakan habitat alamiahnya.
Keberadaan
rusa sambar ini bisa dikatakan mengkhawatirkan. Belakangan jumlah populasinya
semakin menyusut.
Berdasarkan penilaian IUCN Redlist, rusa sambar dikategorikan "Vulnerable" atau Resiko Rendah menuju kepunahan.
Status ini keluar resmi sejak tahun 1996 meskipun sebelumnya pernah mendapatkan status "Endangered" atau terancam punah.
Berdasarkan penilaian IUCN Redlist, rusa sambar dikategorikan "Vulnerable" atau Resiko Rendah menuju kepunahan.
Status ini keluar resmi sejak tahun 1996 meskipun sebelumnya pernah mendapatkan status "Endangered" atau terancam punah.
Di
Indonesia, rusa sambar, sebagaimana 3 jenis rusa lainnya yang dimiliki
Indonesia termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Hidupnya
Pandai Beradaptasi
Rusa
sambar melakukan reproduksi dilakukan setiap setahun sekali, hasilnya bisa
melahirkan satu rusa baru. Mengutip makalah Ardian Puguh Setia Budi, berjudul Biologi
Kehidupan Hewan Vertebrata Rusa Sambar, perkawinan alami secara umum
berkisar antara bulan juli sampai September, masa bunting lebih kurang 235 hari
atau 7 sampai 8 bulan dan Calving Internal 10 sampai 12 bulan.
Ketika
akan melahirkan, rusa sambar selalu mencari tempat yang aman seperti di
antaranya pada semak‑semak. Anak rusa sambar akan bersembunyi selama 1 hingga 2
minggu, kemudian bergabung dengan kelompok. Anak yang lahir nantinya mendapat
perlakuan dengan menunjukkan sifat yang lebih jinak. Pertumbuhan tanduk hanya
pada rusa jantan, tumbuh pada umur 14 bulan.
Rusa
sambar memperlihatkan masa reproduksinya
di tandai dengan tingkah laku yang lebih jinak dari pada dalam keadaan biasanya. Masa reproduksi pada
rusa sambar betina terlihat antara bulan Juli hingga Agustus. Selang beranak
antara yang pertama dan kedua berjarak satu tahun dua bulan, sedangkan lama
kebuntingannya adalah antara 250 sampai
285 hari.
Pada
zona temperate, musim kawin rusa white‑tailed (Odocoileus virginianus)
sangat dipengaruhi oleh iklim, akan tetapi ruminansia ini dapat kawin sepanjang
tahun jika hidup di kawasan tropis.
Menurut
Li, di negara Tiongkok, rusa sambar mampu beradaptasi pada iklim yang berubah‑ubah.
Di zona temperate, musim kawin rusa white‑tailed (Odocoileus
virginianus) sangat dipengaruhi oleh iklim, akan tetapi ruminansia ini dapat
kawin sepanjang tahun jika hidup di kawasan tropis.
Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa tingkah laku kawin rusa Sambar muncul antara
bulan Juni hingga Agustus. Peneliti menduga bahwa musim kawin rusa Sambar
endemik Bengkulu dapat berlangsung sepanjang tahun tanpa ada pengaruh musim
(hujan ataupun kemarau).
Untuk mendukung hipotesa tersebut, maka gejala estrus dan siklus estrus betina harus diketahui secara tepat dan cepat disertai bukti ilmiah.
Untuk mendukung hipotesa tersebut, maka gejala estrus dan siklus estrus betina harus diketahui secara tepat dan cepat disertai bukti ilmiah.
Ciri
tanda‑tanda eksternal esterus betina merupakan faktor utama dalam proses siklus
kawin rusa yang mana tanda ini sangat berpengaruh untuk memberikan sinyal
terhadap pejantan bahwa rusa betina siap untuk dikawini.
Apabila tanda‑tanda tidak kelihatan ,maka kegiatan reproduksi rusa otomatis akan terhambat dikarenakan sang pejantan tidak tau kapan betina siap dikawini.
Apabila tanda‑tanda tidak kelihatan ,maka kegiatan reproduksi rusa otomatis akan terhambat dikarenakan sang pejantan tidak tau kapan betina siap dikawini.
Durasi esterus betina merupakan juga faktor
penting dalam siklus kawin rusa karena dengan mengetahui berapa lama durasi
esterus rusa betina maka kita dapat mempersiapkan pejantan untuk mengawini rusa
betina, sehingga kita tidak kehilangan saat‑saat dimana rusa betina sedang
esterus.
Ranggah
Penanda Reproduksi
Peneliti,
Garsetiasih dan Herlina (2004), menjelaskan, karakteristik Reproduksi Rusa
Jantan dan Betina Dilihat dari segi reproduksi, rusa termasuk satwa liar yang
produktif, masa aktif reproduksi rusa dimulai dari umur 1,5 tahun hingga 12
tahun dan umur maksimum yang dapat dicapai sekitar 15 sampai 20 tahun.
Karakteristik
reproduksi rusa jantan mempunyai korelasi dengan tahap pertumbuhan ranggah.
English (1992) mengemukakan bahwa pertumbuhan ranggah atau tanduk rusa jantan
yang hidup di daerah tropis sama dengan rusa jantan di daerah empat musim yang
melewati empat tahap pertumbuhan ranggah.
Empat
tahap ranggah itu ialah pedicle, velvet, ranggah keras dan lepas ranggah
(casting). Beberapa peneliti yang diungkapkan Brown dan Mylrea bahwa aktivitas
reproduksi rusa jantan di daerah empat musim mempunyai siklus yang berhubungan
dengan tahap pertumbuhan ranggah.
Sedangkan
siklus reproduksi rusa tropis diyakini tidak dipengaruhi oleh panjang hari.
Nalley, (2005) mengemukakan adanya perbedaan aktivitas reproduksi pada tahap
ranggah keras dan velvet pada rusa timor.
Mengenai
aktivitas reproduksi tertinggi terjadi pada tahap ranggah keras. Diperkuat oleh
hasil penelitian Handarini, (2005) bahwa kualitas semen rusa timor lebih tinggi
pada tahap ranggah keras Universitas Sumatera Utara dibandingkan ranggah
velvet.
Karena
itu bisa dikatakan untuk rusa tropis aktivitas reproduksi erat kaitannya dengan
pertumbuhan ranggah. Fungsi ranggah selain sebagai penanda aktifitas reproduksi
dengan cara menggaruk‑garukkan ranggah pada batang pohon, membuat tanda
teritori yang tidak boleh dijamah pejantan lain, juga digunakan sebagai alat
perlindungan diri pada saat perkelahian untuk memperebutkan rusa betina.
Pada
kelompok rusa ketika memasuki musim kawin, pejantan akan berkompetisi dengan
pejantan lain untuk dapat menguasai kelompok betina yang dapat dikawininya.
Sifat kompetisi ini akan membentuk suatu susunan kekuatan penguasaan yang
disebut hierarki, pejantan yang dapat menguasai kelompok betina disebut
pejantan dominan.
Sebagaimana
dijelaskan Semiadi dan Nugraha (2004), sifat mengumpulkan beberapa ekor betina
oleh seekor pejantan disebut pengumpulan harem.
Beberapa penelitian sebagaimana disebutkan Schroder (1976), beberapa spesies rusa tropis pada saat musim kawin mengeluarkan suara yang khas, lebih ganas, berguling dan berendam dalam lumpur, seperti pada rusa sambar.
Beberapa penelitian sebagaimana disebutkan Schroder (1976), beberapa spesies rusa tropis pada saat musim kawin mengeluarkan suara yang khas, lebih ganas, berguling dan berendam dalam lumpur, seperti pada rusa sambar.
Pejantan
Sangat Agresif
Tingkah
laku seksual pada berbagai musim kawin rusa telah diteliti Gastal (1996),
melalui penampakan tingkah laku reproduksi yakni flehmen, mounting tanpa ereksi
dan gerakan kopulasi dari pelvis.
Karakteristik
dari tingkah laku seksual lain yang diamati adalah mencium daerah genital
betina, menggigit dan mengeluarkan suara khas untuk aktivitas reproduksi
(vocalization).
Sebagaimana diungkapkan, Becker (1992), tingkah laku seksual pada hewan jantan dipisahkan menjadi motivasi seksual dan kemampuan kopulasi.
Sebagaimana diungkapkan, Becker (1992), tingkah laku seksual pada hewan jantan dipisahkan menjadi motivasi seksual dan kemampuan kopulasi.
Menurut
Bearden dan Fuguay (1997), tingkah laku seksual pada hewan jantan lebih,
mengarah pada tingkah laku kawin yaitu keinginan untuk mencari pasangan dan
kemampuan untuk kawin (kopulasi).
Dijelakan
Becker (1992), ada dua tingkah laku reproduksi pada jantan yakni tingkah laku pre‑copulation dan tingkah laku
kopulasi. Tingkah laku pre‑copulation penting untuk terjadinya kopulasi dan
biasanya disebut dengan tingkah laku courtship (percumbuan) dengan tidak hanya
menerima hewan jantan secara seksual tapi juga menghasilkan bau yang khas
(pheromon), suara dan stimulasi fisik yang menandakan betina tersebut dalam
kondisi estrus.
Tingkah
laku kopulasi ditandai dengan penerimaan jantan secara seksual. Performa yang
tampak adalah lordosis yang ditandai dengan dengan tidak bergeraknya tubuh
betina, posisi membungkuk dengan kaki depan direndahkan, kemudian badan
membentuk lengkungan.
Pernah
penelitian di Universitas Sumatera Utara, disebutkan angka kebuntingan
tertinggi pada rusa betina dicapai saat pejantan menunjukkan tingkah laku
rutting dan berada pada tahap keras.
Diungkapkan,
Lincoln (1992) bahwa pada rusa merah perkawinan atau introduksi rusa jantan
pada kelompok rusa betina dilakukan selama musim panas (bulan September sampai
Februari), pada tahap ini velvet sudah mulai digantikan dengan ranggah keras.
Pejantan
sangat agresif untuk memperebutkan betina dan perhatian secara khusus diberikan
pejantan terutama pada betina yang sedang estrus. Di Scotlandia mayoritas
kebuntingan rusa betina terjadi pada bulan Oktober dan kelahiran pada bulan Mei
tahun berikutnya.
Maka
kata Semiadi (2001), dapat diasumsikan bahwa pola reproduksi berkorelasi dengan
tahap pertumbuhan ranggah.
Terdapat berbagai kemungkinan penyebab rendahnya produktivitas rusa sambar, antara lain rusa sambar betina bersifat non seasonal polioestrus artinya dapat birahi kapan saja sepanjang tahun dan bila tidak bunting akan birahi pada siklus berikutnya, sehingga dapat melahirkan sepanjang tahun.
Terdapat berbagai kemungkinan penyebab rendahnya produktivitas rusa sambar, antara lain rusa sambar betina bersifat non seasonal polioestrus artinya dapat birahi kapan saja sepanjang tahun dan bila tidak bunting akan birahi pada siklus berikutnya, sehingga dapat melahirkan sepanjang tahun.
Bila
rusa melahirkan pada musim dimana ketersediaan pakan terbatas, maka induk
mempunyai beban yang sangat berat (English, 1992) yaitu terbatasnya produksi
air susu, lambatnya pengembalian kondisi tubuhnya setelah melahirkan dan
kembali birahi yang lambat yang menyebabkan postpartum anestrus yang panjang.
Dampak
pada anak yang dilahirkan yaitu pertumbuhan lambat, kematian anak tinggi karena
air susu tidak mencukupi kebutuhan anak seperti yang ditulis Nelson dan Wolf,
1987; dan English dan Mulley, 1992.
Penyebab
rendahnya reprodukstivitas rusa yang kedua adalah karena rusa jantan mempunyai
siklus reproduksi, yaitu pada saat ranggah luruh dan atau ranggah sedang tumbuh
produksi spermatozoa minimal yang kemungkinan infertil Universitas Sumatera
Utara (Haigh and Hudson, 1993; Dradjat, 2000; 2001; 2002; Handarini et al.,
2004; 2005).
Handarini
(2006) melaporkan bahwa pada tahap ranggah velvet
abnormalitas sperma secara individu pada rusa timor mencapai 96 persen.
Untuk mencapai kesuburan yang tinggi, pada betina birahi diperlukan rusa jantan
yang berada pada fase ranggah keras, pada periode ini rusa jantan menghasilkan
spermatozoa yang berkualitas baik dengan kesuburan tinggi.
Seperti
hewan jantan lain, rusa memiliki beberapa pola perkawinan yang bervariasi.
Puncak musim kawin pada rusa sambar dihabitat asli (seperti di Indonesia) belum
diketahui secara jelas.
Rusa sambar yang dipelihara di Australia mengalami puncak musim kawin pada bulan Mei sampai Juni dan September sampai November.
Rusa sambar yang dipelihara di Australia mengalami puncak musim kawin pada bulan Mei sampai Juni dan September sampai November.
Sementara
di New Zealand musim kawin terjadi pada bulan Mei atau awal Juni (Semiadi et
al. 1994; Semiadi, 1995). Hasil penelitian Imelda (2004) memperlihatkan bahwa
tingkah laku kawin rusa sambar muncul antara bulan Juni hingga Agustus.[1]
( )
RUSA SAMBAR
Kingdom:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Artiodactyla
Subordo:
Ruminantia
Famili:
Cervidae
Subfamili:
Cervinae
Genus:
Cervus
Spesies:
Cervus unicolor
[1]
Koran Tribunkaltim, “Rusa Sambar
Satwa Unik Hidup di Kalimantan; Berkelana Jauh Mencari Cinta,” terbit pada
Minggu 18 Juni 2017 di halaman depan bersambung ke halaman 7 rubrik Tribun
Line.
Komentar
Posting Komentar