LONGSOR KARANG JAWA BALIKPAPAN
Pohon
Petai Tumbang Kenai Atap Rumah
Bencana
longsor dialami beberapa warga di Karang Jawa, Kelurahan Karang Jati, Kecamatan
Balikpapan Tengah. Satu di antaranya Yudha, warga RT 11 Karang Jawa ini rumah
milik bibinya tertimpa pohon petai.
Dia
tidak mengira atap rumah akan tertimpa pohon besar yang bertumbuh rindang.
Soalnya jarak antara pohon dan rumah lumayan jauh, tidak rapat berdekatan.
Yudha menebak, tumbangnya pohon bisa mengenai atap rumah tidak lain karena pergeseran
tanah, alias longsor.
"Pohon
ada di lereng dataran tinggi. Tanah longsor langsung turun mengenai atap
rumah," ujarnya kepada Tribun di lokasi kejadian saat sedang sibuk
membersihkan bekas runtuhan pohon.
Kejadian tersebut muncul setelah ada hujan seharian penuh. Guyuran hujan membasahi tanah tebing yang kemudian dampaknya membuat longsor tanah. Bagi dia, bencana ini merupakan sejarah pertama kalinya yang terbesar.
"Untungnya
saja rumah waktu itu lagi kosong. Tidak ada korban. Penghuninya sedang tinggal
di tempat sodara," katanya pada Selasa 9 Mei 2017.
Di
tempat terpisah, di RT 10 juga mengalami hal serupa. Beberapa jalanan ada yang
jebol. Tanah jalan ambles. Meski jalan dibeton semen kuat namun tetap rapuh.
Banyak warga terhambat aksesnya akibat ada beberapa jalanan kampung ambles.
Seperti
Sarminah, rumahnya sangat dekat sekali dengan lokasi jalanan amblas longsor.
Dia merasa khawatir akan merembet ke beberapa rumah dan kemudian merubuhkannya.
"Sekarang kalau hujan deras kami berjaga-jaga. Hindari bahaya yang
datang," ungkapnya.
Berdasarkan
pengamatan Tribun, akibat adanya longsor, beberapa rumah terkena dampak banjir
lumpur. Sisa-sisa pasir bekas banjir masih nampak jelas, tercecer di beberapa
samping dan depan rumah warga.
Menurut
seorang warga yang enggan disebutkan namanya, menjelaskan penyebab banjir
dugaannya karena adanya pengerjaan proyek jaringan gas yang tidak diselesaikan
secara sempurna. Bekas galian jargas tidak diratakan lagi atau dilapisi beton,
dibiarkan tanah terbuka. Saat kemasukan air, tanah pun bergerak.
Tidak
hanya itu, di kawasan ini juga mengalami degradasi vegetasi. Sebelumnya banyak
bertumbuh pohon-pohon bambu di pinggir tanah namun belakangan suadh banyak
pohon bambu yang dipangkas, tidak lagi rindang. Begitu hujan berhari-hari,
tanah menjadi basah tidak kuat lalu bergeser menjadi longsor.
Melihat
kondisi itu, untuk sementara pemerintah tingkat kecamatan telah bergerak
melakukan korscek dan pendataan potensi bencana longsor serta memberikan
lembaran terpal untuk menutupi beberapa jalan yang sangat rawan longsor.
Ini
dilakukan agar ketika hujan kembali mengguyur tidak membasahi jalan yang
longsor. "Kami diberi terpal untuk menutup jalan supaya tidak melebar lagi
longsornya," kata Sofa, seorang warga.[1]
Tanah
Diberi Perkuatan
Areal
perbukitan di Kota Balikpapan yang rawan longsor sebenarnya bisa ditangani
dengan solusi penguatan tanah namun membutuhkan biaya yang sangat tinggi.
Demikian
diungkapkan Aco Wahyudi Effendi, Ahli Teknik Sipil dari Universitas Tri Dharma
Kota Balikpapan, mengatakan, pembenahan atau semacam rehabilitasi pemukiman di
perbukitan padat penduduk bisa dilakukan dengan kajian keilmuan teknik sipil.
"Iya bisa saja diperbaiki, yang pasti biaya sangat besar," ujarnya
melalui sambungan telepon.
Dia
juga telah mengetahui beberapa daerah pemukiman warga di titik rawan longsor.
Kondisinya sangat memprihatinkan dan begitu membahayakan berada dalam radar
jalur tanah mudah longsor.
Analisisnya,
penyebab longsor itu tidak terlepas dari buruknya penataan ruang wilayah
pemukiman penduduk. Rumah nyaris berdempetan, sangat padat.
Selain
itu daerah resapan air sudah sulit ditemukan, lahan perbukitan tiada lagi
diselimuti rimbunan tumbuhan yang lestari, lahan sudah banyak termakan bangunan
beton rumah.
"Sangat
berbahaya saat air tidak memiliki jalur buangan yang baik dan vegetasi tidak
sesuai, maka air akan masuk ke pori tanah yang menyebabkan pergerakan
tanah," ungkap Aco.
Menurut
dia, warga setempat membangun rumah di area perbukitan itu disamakan seperti
membangun ditempat dataran rendah. Padahal butuh khusus.
"Mereka
membuat turap maupun pondasi paling kedalamannya hanya 1 sampai 2 meter
saja," katanya.
Harusnya,
tegas Aco, pembuatan turap atau penahan tanah apalagi yang ada bangunan di
atasnya harus dipancang melebihi kedalaman sliding area untuk mengurangi
pergerakan tanah tersebut.
Kalau
pun tidak ingin ada penggusuran, tentu saja dilakukan penguatan tanah dengan
syarat juga mesti ada perhatian terhadap vegetasi lingkungannya, pembuangan dan
jalur air.
Jika
diperbaiki tanpa diimbangi dengan metode kelestarian ruang hijau dan bagusnya
drainase maka akan sia‑sia melakukan perbaikan lokasi longsor. "Bahkan
bisa lebih berbahaya," katanya.
Mengacu
pada Rancangan Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan, kondisi tekstur buminya
adalah perbukitan.
Tidak
heran persoalan bencana longsor akan selalu dihadapi. Namun semua ini ada
solusi yang memang membutuhkan ongkos yang sangat fantastis.
"Liat
kondisi lapangan, bagaimana penanganannya. Jenis tanah dilokasi tersebut apa
perlu diperbaiki atau tetap tanah existing namun diberi perkuatan," ujar
Aco.
Selain
itu, perlu juga penelitian lapis tanah yang ada di existing agar bisa mengetahui
kedalaman jalur slidingnya.[2]
( )
Komentar
Posting Komentar