SELEMBAR KULIT SAPI YONO RAUP RATUSAN RIBU

Selembar Kulit Sapi 
Yono Raup Ratusan Ribu

Menjelang malam, Yono yang bercelana sepanjang lutut masih terlihat sibuk mencatat hasil timbangan limbah kulit hewan potong di buku tulisnya yang setebal sekitar 60 lembar, dengan menuliskannya memakai sebatang bolpoin hitam, Minggu 11 September 2016.

DITEMANI anak tunggalnya yang remaja, Yono tidak pernah lengah memperhatikan timbangan kulit hewan kurban yang digelarnya di pinggir Jalan Kampung Timur, Jalan Indrakila, Kelurahan Gunung Samarinda Baru, Kecamatan Balikpapan Utara.

Kulit-kulit hewan kurban itu berasal dari masyarakat Kota Balikpapan yang habis melaksanakan seremonial kurban Idul Adha. Masyarakat menjualnya ke Yono, dengan harga yang beragam tergantung jenis hewannya.

Paling mahal itu hewan kerbau, lalu disusul hewan sapi dan kemudian kulit kambing. Jenis kulit kerbau dianggap mahal dikarenakan kualitas kulitnya terbaik, tebal, dan bisa mengembang bila dijadikan makanan kerupuk.

Khusus di lapak Yono, kulit yang dibelinya dihargai Rp 6 ribu per kilogramnya untuk jenis sapi, dan kambing sekitar Rp 3 ribu, sedangkan bila ada yang menawarkan kulit kerbau dibandrol Rp 15 ribu per kilogramnya.

Sementara berat total kulit sapi mencapai 50 Kg. Jika diakumulasikan ke mata uang rupiah, Yono mampu merasakan ceruk manis sebesar Rp 300 ribu per kulit sapi. Menurut data yang dihimpun Yono, kulit sapi yang sementara dikumpulkan dari siang hingga sore sudah mencapai 3 ton lebih.   


"Tahun ini saya lihat tidak ada kulit kerbau. Yang kulit sapi sama kambing saja sepi. Tahun sebelumnya jam sore itu sudah banyak orang antri menawarkan kulit. Sampai kewalahan," tuturnya, yang bersedia bersua dengan Tribun di sela-sela kesibukannya.

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, Yono ingat awal membangun bisnis dagang kulit hewan ternak. Dirinya yang kelahiran 1971, tidak menyangka juga kalau bisa menjadi wirausaha di bidang limbah kulit hewan ternak.

Bermula hanya coba-coba lalu menemukan pasar, akhirnya Yono ketagihan, terus mengembangkan bisnisnya. Sekarang Yono bisa dianggap orang sukses, karena dalam perdagangan penampungan kulit hewan ternaknya itu tidak dikerjakan sendiri, tetapi dibantu tenaga karyawannya yang berjumlah enam orang.

Para pekerjanya itu menangani pembersihan dan menata kulit hewan potong, serta melakukan pelumuran kulit dengan garam supaya kulitnya tidak mengeluarkan aroma amis busuk dan awet tahan lama tidak dimakan belatung.

Dia melakoni pekerjaan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya meski harus beresiko kotor dan mencium bau tidak sedap dari kulit-kulit tersebut. "Alhamdulilah bisa mencukupi keluarga untuk biaya kebutuhan hidup. Biaya untuk keperluan anak juga," ungkap pria berkulit sawo matang ini.

Sebenarnya, Yono hanya membeli kulitnya saja, tidak mengemas kulit mentah itu menjadi barang siap konsumsi. Kulit yang dikumpulkannya itu dijual lagi ke tanah Jawa untuk dijadikan barang berguna di antaranya, kerajinan fashion, makanan kerupuk, dan alat bedug.

Yono berstatus seorang pedagang pengumpul kulit hewan potong, yang di luar momen hari raya kurban bukanlah masa panennya. "Kalau hari biasa, tunggu tiga bulan baru saya jual lagi ke jawa," ungkap bapak beranak satu ini.[1] ( )


[1] Koran Tribunkaltim, “Ceruk Bisnis Limbah Kulit Hewan Potong; Sehari Yono Kumpulkan Tiga Ton,” terbit pada Selasa 13 September 2016, pada halaman 13 Tribun Etam bersambung ke halaman 19.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN