MERIAM MARKONI SARAT MAKNA SEJARAH BANGSA
Meriam
Markoni
Sarat Makna Sejarah Bangsa
Siapa
bilang jejak peninggalan perang dunia dua dan perang pasifik hanya berada di
tanah jawa. Ternyata di bumi borneo terdapat bekas saksi bisu berlangsungnya
bencana yang diciptakan manusia, yang dianggap sejarah kelam.
HAL
itu terdapat di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Saya sempat
menelusuri keberadaan sisa peninggalan perang zaman fasisme negeri mahahari
terbit, Jepang yang waktu itu menggelorakan semboyan propaganda Jepang
Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya Asia.
Peninggalan
itu berupa alat perang yang ditaruh di kawasan dataran tinggi. Inilah yang
menjadi ciri khas Jepang di daerah lainnya dalam membangun pertahanan militer
di bukit-bukit tinggi yang menghadap ke kawasan laut.
Alat
perang yang Tribun temukan itu ialah Meriam Markoni yang sudah
ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah Kota Balikpapan, Senin 15
Agustus 2016 siang. Keterangan sebagai cagar budaya ini tertulis jelas pada
sebuah papan informasi yang beridiri tegak di area meriam.
Disebut
Meriam Markoni karena lokasinya berada di perbukitan Puncak Markoni Atas, Jalan
Markoni Atas, Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Selatan. Lokasinya berada
di perbukitan, bertanah merah.
Jalannya pun belum beraspal, sangat sulit jika
membawa kendaraan roda empat. Lebih baik menggunakan sepeda motor atau berjalan
kaki bila betah dan kuat dari jalan besar.
Di
tempat ini, biasanya warga sekitar maupun dari berbagai penjuru datang ke
lokasi ini. Selain bisa melihat Meriam Markoni, ternyata lingkunganya sangat nyaman.
Tribun datang saat matahari bersinar terik, panas sangat menyengat.
Ketika
tiba di lokasi puncak tempatnya Meriam Markoni, rasa panas dan sumpek terbayar
oleh kesejukan udara di perbukitan Meriam Markoni. Lahan area ini sudah menjadi
hak milik Pemerintah Kota Balikpapan.
Di bagian daratan puncak bukit seluas 3
ribu meter persegi, sedangkan di bagian daratan bawah puncak bukit ini ada
seluas 1300 meter persegi milik lahan Pemkot Balikpapan.
Saat
berada di lokasi, ternyata Jepang benar-benar niat membangun pertahanan
militernya. Meriam terbuat dari bahan logam tebal, bobotnya sangat besar yang
mungkin tidak cukup digotong oleh sepuluh orang. Entah bagaimana caranya untuk
membawanya ke atas bukit.
Menurut
Dasmawati, Kepala Seksi Cagar Budaya bidang Kebudayaan Dinas Pemuda dan
Pariwisata Kota Balikpapan, informasi yang diperolehnya dari warga sekitaran
yang sudah lama bertinggal di kawasan Markoni disebutkan, dahulunya ada semacam
alat angkut roda troli yang merambah sampai bukit Markoni.
Medan yang berat dan
sulit di atas perbukitan mustahil mampu menggotong meriam markoni itu dengan
tangan telanjang, mesti dibawa alat bantu.
Jepang
Masuk Menaruh Meriam
Meriam
Markoni itu mengahadap ke arah lautan, atau wilayah selat Sulawesi. Sekilas,
bentuk batang meriam ini menyerupai meriam Jepang yang ada di Desa Pune,
Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.
Bisa
ditebak fungsi meriam ini untuk menghancurkan tentara sekutu yang dianggap
lawannya dalam perang dunia, yang ingin menguasai lagi Kota Balikpapan. Apalagi
kubu sekutu juga memiliki senjata meriam ukuran 4.2 yang dimiliki Australia,
maka Jepang perlu bisa mengimbangi.
Dahulu
kala, pendaratan pasukan bermula dari wilayah perairan laut. Jika lautan
dikuasai maka tentu saja ibaratnya telah ditaklukan. Tidak heran kemudian,
Jepang mengawasi basis pertahanan wilayah jajahannya banyak yang menghadap ke
arah lautan.
Diceritakan
dalam buku Balikpapan Tempo Doeloe, karangan Petrik Matanasi dijelaskan,
Jepang menginjak Kota Balikpapan pada 23 Januari 1942 yang dikomandani Shizuo
Sakaguchi, setelah berhasil memukul mundur sekutu dan Belanda. Selain itu,
disusul kedatangan tentara laut Jepang tiba di Kota Balikpapan pada 24 Januari
1942.
Jepang
juga melakukan penyerangan dari wilayah lautan.
Dalam buku Balikpapan 13 November 1945 karya Herry Tranujaya dan
Edy Yudohandana, disebutkan, pada pagi hari Jepang yang pada 24 Februari 1942
di tepian pantai mampu kuasai Balikapapan dengan menaklukan Belanda yang
notabene sebagai kubu sekutu.
Keberadaan
Jepang mengubah secara paksa gaya hidup masyarakatnya, seperti di antaranya
menghormat kepada matahari terbit.
Kondisi ini membuat sebagaian orang tidak merasa nyaman dan tenang. Kontan ada yang memilih jalan pindah keluar dari Kota Balikpapan, memilih pergi ke pulau Jawa.
Kondisi ini membuat sebagaian orang tidak merasa nyaman dan tenang. Kontan ada yang memilih jalan pindah keluar dari Kota Balikpapan, memilih pergi ke pulau Jawa.
Sebelum
militer Jepang tiba di Kota Balikpapan sebenarnya sudah ada beberapa orang-orang sipil Jepang yang mengadu peruntungan di Kota balikapapan.
Orang-orang sipil ini memberi data-data intelejen kepada militer Jepang yang berencana akan kuasai Balikpapan. Warga sipil itu ada yang menyamar sebagai pedagang.
Orang-orang sipil ini memberi data-data intelejen kepada militer Jepang yang berencana akan kuasai Balikpapan. Warga sipil itu ada yang menyamar sebagai pedagang.
Kehadiran
Jepang menjajah Kota Balikpapan dianggap strategi jitu untuk menguasai kawasan
Nusantara yang waktu itu telah didominasi oleh pihak sekutu.
Jepang mengganggap Balikpapan itu memiliki sumber energi minyak yang bisa dimanfaatkan untuk kekuatan logistik perang. Dan bila Jepang mampu rebut Balikpapan maka akan mudah menguasai daerah nusantara lainnya.
Jepang mengganggap Balikpapan itu memiliki sumber energi minyak yang bisa dimanfaatkan untuk kekuatan logistik perang. Dan bila Jepang mampu rebut Balikpapan maka akan mudah menguasai daerah nusantara lainnya.
Balikpapan
itu kota yang berprospek bernilai ekonomi tinggi. Sejak ditemukannya sumber
minyak di kaki Gunung Komendur sisi Teluk Balikapapan pada 10 Februari 1897,
mulai banyak orang berkerumun mencari penghidupan di tempat ini.
Lalu
jadilah sebuah perkotaan yang mulai ramai, dari pesisir timur berkembang ke
arah barat dan utara. Keramaian ini terasa sejak adanya pengeboran minyak yang
melakukannya ialah Perusahaan Mathilda, sebuah oranisasi bisnis yang dilakukan
J.H. Menten dan Mr. Adams dari Firma Samuel & Co.
Balikpapan
menjadi incaran Jepang karena dikenal memiliki sumber minyak mentah yang bisa
dimanfaatkan untuk menghidupkan mesin-mesin perang Jepang.
Tidak heran, Jepang menganggap Kota Balikpapan sebagai target utama operasi militer, bahkan menganggap menguasai tanah Balikpapan itu sebuah kewajiban.
Tidak heran, Jepang menganggap Kota Balikpapan sebagai target utama operasi militer, bahkan menganggap menguasai tanah Balikpapan itu sebuah kewajiban.
Sempat
Terkubur Kemudian Digali
Sekarang
keberadaan Meriam Markoni dianggap sebagai kebanggaan warga sekitar. Karena
setiap waktu, ada saja warga dari luar Kota Balikapan datang berkunjung,
penasaran untuk melihat meriamnya yang kini sudah berkarat coklat.
Seolah
bagi warga Markoni Atas, daeranya bisa terkenal dengan adanya meriam
peninggalan Jepang ini. Warga setempat melihat, ada beberapa turis dari
mancanegara yang menyambangi, melihat meriam di atas bukit.
Mengutip
dari situs daring kebudayaan.kemdikbud.go.id, disebutkan Meriam Markoni
itu berlaras tunggal dengan diameter
lubang di ujung
meriam 15 centimeter dan diameter
ujung meriam tersebut memiliki 28
centimeter.
Di meriam itu terdapat pelindung meriam di bagian pangkal. Alat perang ini digunakan oleh Jepang untuk mempertahankan wilayah pantai, menenggelamkan kapal pengangkut pasukan seperti ship tank, landing craft tank dan tank amphibi serta tank amphibi sebelum mencapai bibir pantai.
Dasmawati,
Kepala Seksi Cagar Budaya bidang Kebudayaan Dinas Pemuda dan Pariwisata Kota
Balikpapan, mengatakan, dahulunya sebelum nampak seperti sekarang ini, meriam
Jepang tidak tampak kasat mata. Meriam tertimbun oleh tumpukan tanah merah.
Tidak
tahu secara persis, kenapa benda meriam itu bisa terkubur dalam tanah.
Kemungkinan karena abrasi tanah di sisi kiri dan kanannya, akibat hujan deras.
Posisi meriam memang berada di bagian rendah.
Ditemukannya
meriam itu sebenarnya secara tidak sengaja. Ceritanya sekitar tahun 2000, ada
warga yang temukan benda besi aneh tertimbun.
Setelah ditelusuri, ternyata benda yang dimaskud adalah meriam. Barulah kemudian ditindaklanjuti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan.
Setelah ditelusuri, ternyata benda yang dimaskud adalah meriam. Barulah kemudian ditindaklanjuti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan.
Menginjak
sekitar tahun 2011, Balai melakukan pencarian di sekelilingnya, sampai menggali
enam lubang ternyata tidak ditemukan meriam yang lain. Di lokasi Markoni Atas
itu hanya terdapat sebuah meriam saja.
Meriam Jepang itu, tutur Dasma, ada pelindung berupa kayu-kayu besar yang dijadikan sebagai pelindung meriam. Kayu itu ibaratnya berfungsi sebagai pondasi untuk pelindung meriam.
Karena dimakan waktu bertahun-tahun, kayu tersebut menjadi lapuk tertimbun tanah. "Dahulunya meriam itu dibuat seperti bunker. Supaya tidak bisa terlihat oleh lawan. Dibuat kamuflase," tuturnya.
Nah,
bagi Anda semua yang penasaran ingin saksikan benda peninggalan zaman perang
ini, bisa langsung datang mengunjungi. Untuk mencapai ke lokasi meriam ini
sebenarnya mudah, sebab ada akses jalan yang bisa dilewati sepeda motor dan
kendaraan roda empat.
Sekedar
imbauan, sebaiknya menyambangi ke lokasi ini memakai sepeda motor saja. Karena
ruas jalannya sempit, hanya muat untuk satu kendaraan roda empat saja, akan
sangat sulit ketika berpapasan dengan kendaraan roda empat lainnya yang dari
arah berlawanan.
Belum
Dibangun Museum Meriam
Sayangnya,
akibat defisitnya anggaran pendapatan belanja daerah Kota Balikpapan di
tahun ini, membuat rencana Dinas Pariwisata Kota Balikpapan mengurungkan niat
membuat musem meriam di Markoni Atas.
Demikian
diungkapkan, Dasmawati, Kepala Seksi Cagar Budaya bidang Kebudayaan Dinas
Pemuda dan Pariwisata Kota Balikpapan, kepada Tribun. Belum lama ini,
pihaknya sudah merencanakan membuat museum bersejarah perang dunia di Kota
Balikpapan.
Kata
dia, lahan sudah tersedia milik pemerintah Kota Balikpapan seluas 1300 meter
persegi. Museum direncanakan dibuat di bagian bawah puncak bukit Markoni Atas,
tempat terletaknya meriam peninggalan zaman kolonial Jepang.
"Mau
dibangun museum, yang bercerita tentang perang dunia dan pasifik. Kami tidak
bisa wujudkan, menunggu anggaran tersedia. Pemkot sedang defisit anggaran,
tidak bisa segera diwujudkan," ujar Dasma, wanita kelahiran Majene.
Belum
lama ini, tersiar kabar dari Pemkot Balikpapan, bahwa anggaran daerah mengalami
defisit akibat menurunnya sektor pertambangan. Proyeksi kemampuan APBD tahun
2017 hanya sebesar 1,08 tiriliun.
Sekarang
ini, keberadaan Meriam Markoni dianggap sebagai kebanggaan warga sekitar.
Karena setiap waktu, ada saja warga dari luar Kota Balikapan datang berkunjung,
penasaran untuk melihat meriamnya yang kini sudah berkarat coklat.
Seolah
bagi warga Markoni Atas, daeranya bisa terkenal dengan adanya meriam
peninggalan Jepang ini. Warga setempat melihat, ada beberapa turis dari
mancanegara yang menyambangi, melihat meriam di atas bukit.
Dia
berharap, apabila ada museum tentu saja Kota Balikpapan akan ketambahan
destinasi wisata sejarah, yang bisa membuka mata masyarakat dunia, bahwa
Balikpapan dahulu itu sebagai lokasi yang dijadikan rebutan negara-negara ekspansi
dan kolonialisasi seperti Jepang dan negara sekutu.
Lagipula
jika museum telah dibuat, akan membawa banyak manfaat bagi daerah, terutama
penambahan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata. Selama ini,
Balikpapan hanya dikenal wisata bahari atau pantai juga kulinernya. Ada
baiknya, wisata sejarah perlu digarap juga.
Wisata
bersejarah sangat bermanfaat, terutama bagi anak-anak generasi muda supaya
mereka ingat sejarah masa silam yang diperjuangkan penuh dengan drama yang
berdarah-darah.
Bagi mereka yang tahu sejarah, tentu akan berpikir jernih dan akan semangat dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. "Tambah banyak ilmu kalau kita sering datang ke wisata sejarah," tutur Dasma.[1] ( )
Bagi mereka yang tahu sejarah, tentu akan berpikir jernih dan akan semangat dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. "Tambah banyak ilmu kalau kita sering datang ke wisata sejarah," tutur Dasma.[1] ( )
[1] Tribunkaltim, 25 September 2016
Komentar
Posting Komentar