KISAH TRANSMIGRAN SP 5A SALIMBATU KALTARA
Melewati
Sungai Berpuluh Menit Demi Meraih e-KTP
Menjelang siang, sebanyak 20 orang transmigran ‘menyerbu’ kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan, yang ada di Jalan Meranti, Kecamatan
Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Kamis 7
Januari 2016.
TUBUH mereka yang sebagian besar berwarna gelap rela ‘dihujani’ terik
matahari, sebab mereka datang ke kantor itu menggunakan mobil bak terbuka warna
hitam. Terlihat mereka yang datang itu tidak hanya para pria, namun juga ada
kaum perempuannya, yang sambil membawa anak-anaknya, yang masih berumur bocah.
“Mau naik apalagi coba? Adanya hanya mobil bak. Saya bisa ikut saja sudah
sangat bersyukur. Yang penting bisa sampai tujuan dan murah meriah,” ujar Suci
Nurhidayah kepada Tribun, di lokasi
kantor Disdukcapil Bulungan.
Perempuan berumur 42 tahun itu adalah satu di antara rombongan orang-orang
transmigran dari Satuan Pemukiman 5A, Desa Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas
Tengah, Kabupaten Bulungan.
“Saya kesini mau ambil KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik) yang baru.
Membuat KTP daerah Kabupaten Bulungan. Sebelumnya KTP saya daerah Jawa Tengah,”
ujar Suci yang lahir di Trenggalek ini.
Pasangan suami istri Suci Nurhidayah dan Sarginen datang ke kantor Disdukcapil Bulungan untuk mengambil e-KTP Kabupaten Bulungan mereka, pada Kamis 7 Januari 2016 siang. (Photo by Budi Susilo) |
Alasan dia datang berbondong-bondong supaya tidak bingung, apalagi
perkotaan Tanjung Selor merupakan daerah yang asing baginya. Suci belum pernah
sama sekali menginjak daratan Tanjung Selor.
“Saya ikut bareng-bareng supaya tidak nyasar. Kalau sendiri saya bingung
mencari kantornya, dimana lokasinya. Soalnya belum tahu sama sekali daerah
Tanjung Selor,” ujarnya.
Suci datang juga bersama suaminya yang bernama Sarginen, 46 tahun. “Kami
datang kesini rombongan supaya mendapat ongkos murah. Mumpung ada yang mau
sediakan mobil saya ikut saja,” katanya.
Menurutnya, biaya perjalanan secara kelompok akan meringankan ongkos
perjalanan. Kalau banyak orang bisa melakukan patungan menyewa transportasi air
dan darat. Jika berjalan sendiri, biayanya ditanggung sendiri.
Sarginen mengungkapkan, sebelum bisa tiba di Tanjung Selor, warga
transmigaran mesti berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit menuju pinggiran
sungai.
Kemudian perjalanan dilanjutkan menggunakan perahu ketinting dengan waktu
tempuh sekitar 59 menit, menepi ke daratan Desa Teras Baru, lalu perjalanan
lanjut ke Tanjung Selor melalui jalur darat.
“Kami tadi sewa mobil bak terbuka. Kalau sewa sendiri mobil pasti jauh
lebih mahal. Kami patungan ditawar sampai harga termurah. Kalau ramai-ramai per
orang hanya kena Rp 10 ribu saja. Kalau sendiri bisa lebih,” ungkap pria
kelahiran Pacitan 8 November 1969 ini.
Rombongan transmigran itu dikomandani Soleh Efendi, 42 tahun, sang Ketua
Rukun Tetangga setempat. Kata penjelasannya, warga yang datang untuk pertama
kalinya memiliki e-KTP Kabupaten Bulungan.
Sebelumnya, warga hanya memiliki e-KTP dari tanah jawa. “Kami orang-orang
transmigran yang datang sejak dua tahun lalu. Kami mengurus kartu identitas.
Kami merasa sudah sebagai warga Bulungan,” ungkapnya.
Dia berperan sebagai penujuk arah. Sebab ungkap Efendi, sebagian besar
warga belum punya pengalaman mengurus KTP. Pada kesempatan kali ini ada 20
orang, atau 10 Kepala Keluarga. Pengurusan berkas sudah dilakukan sejak 17
Desember 2015 lalu.
“Waktu urus berkas yang datang hanya saya sendiri. Sekarang tinggal
mengambil saja. Mengambil KTP tidak boleh diwakilkan. Harus yang bersangkutan.
Karena ada cap jempol dari si pemohon. Jadi pemohon wajib datang ke kantor
ini,” ungkap Efendi.[1]
( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Ketika
Transmigran SP 5A Salimbatu Berurusan Di Disdukcapil: Jalan Kaki, Naik
Ketinting lalu Sewa Mobil Demi e-KTP,” terbit pada Jumat 8 Januari 2016, di
halaman 13, tulisan kaki rubrik Tribunetam.
Komentar
Posting Komentar