KAMBING
Kambing
DIDI
datang berkunjung ke kampung halamannya, dengan bertangan kosong. Langkah kakinya yang
gesit menapaki jalan pedesaan, menandakan Didi kangen berat, sangat ingin berjumpa dengan
sanak keluarganya, ayah dan ibu tercinta.
Maklum
Didi jarang pulang, dirinya tinggal lama di kota, merantau mencari butiran
beras, menjadi buruh pabrik demi memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, yang sejauh ini masih hidup membujang.
Setiba
di pekarangan rumah, Didi pun kaget. Dia melihat kondisi rumahnya tidak seperti
delapan tahun yang lalu. Rumahnya kali ini tampak lebih megah, bertingkat dua
dan berdinding tembok semen.
Keanehan
lainnya, waktu Didi berdiri tepat di depan pintu, dia mencoba mengetuk pintu
rumah yang terbuat dari kayu jati dengan corak ukiran unik berseni kelas
tinggi, tapi di dalam rumah tidak ada yang menyahut. "Tok, tok, tok,"
suara ketukan daun pintu.
(sketsa by budi susilo) |
"Assalamualaikum,"
teriak Didi dengan semangat yang menggelora. "Apakah ada orang di dalam
rumah ?," tanya Didi sambil celingak-celinguk ke arah kanan dan kiri yang
diakhiri dengan menghela nafas panjang. "Huufffft."
Sepuluh
detik kemudian, Didi yang sudah putus asa, lalu dikagetkan oleh suara
sahut-sahutan puluhan kambing. "Mbek. Mbeek. Mbeeek," suara yang agak
nyaring sampai terdengar di kedua telinga Didi.
"Aha,
ada kambing. Suaranya muncul dari belakang rumah," tebak Didi. Tanpa ragu,
Didi pun langsung menuju ke belakang rumah sambil tergopoh-gopoh. "Wah,
sekarang sudah pelihara kambing ya," tutur Didi dengan riangnya.
Setiba
di belakang rumah, kontan kedua bola mata Didi langsung melotot tajam. Pasalnya,
kambing-kambingnya bertubuh gempal, lucu nan menggemaskan.
Jumlahnya
ada puluhan, kandang dan kambingnya pun terlihat terawat baik, bersih dan
sehat.
Kedatangan
Didi di komplek kandang kambing, dianggap bukan tamu yang diundang.
Kambing-kambing yang ada di dalam kandang, semuanya menatap ke Didi dengan
heran.
Semua
kambing terdiam, tak lagi mengembik, semua mata kambing pun melotot ke fisik
Didi yang kala itu dibaluti pakaian kaus merah dan bercelana panjang hitam.
"Hey,
kambing-kambing, kenapa kalian semuanya menatap ke saya," tanya Didi
dengan rasa keheranan.
Bukannya
mendapat jawaban dari para kambing, Didi dibuat rasa penasaran. Didi melihat gejolak aneh, sebab kambing-kambing tampak akan memberontak.
Tenaganya sangat kuat dan super energik, dengan mudahnya kambing-kambing menjebol pagar kandang yang dibuat dari batangan bambu.
Tenaganya sangat kuat dan super energik, dengan mudahnya kambing-kambing menjebol pagar kandang yang dibuat dari batangan bambu.
Setelah
berhasil merusak kandang, para kambing mengarah ke badan Didi yang berpawakan
tinggi kurus.
Didi
di kerubuti kambing-kambing, Didi kemudian dipeluk erat oleh kambing-kambing yang bau
badannya tidak sedap dihirup, bau pesing menyengat lubang hidung Didi.
Tapi
apa lacur, Didi merasa tidak nyaman dengan kelakuan para kambing-kambing itu.
"Hus, ayo pergi menjauh dari saya. Hus, hus, hus," teriak Didi, merasa kejijikan.
Yang beberapa menit kemudian Didi terbangun dari kotak ranjangnya, yang hanya beralaskan tikar berbahan daun lontar asal Nusa Tenggara Timur.
Yang beberapa menit kemudian Didi terbangun dari kotak ranjangnya, yang hanya beralaskan tikar berbahan daun lontar asal Nusa Tenggara Timur.
"Alhamdulillah,
saya hanya mimpi ya. Huufffft," hela napas Didi, untuk yang kedua kalinya.
( cerita fiksi )
Komentar
Posting Komentar