TAMAN BUMI
Taman Bumi
PEMANASAN global membuat es di kutub
utara dan selatan luntur menjadi air, lalu melebur ke daratan
menggenangi pemukiman.
Puncak es yang dimiliki Gunung
Jayawijaya di Papua kini seolah tak lagi abadi, karena eksistensinya
mulai luntur digerus sinar ultra violet.
Cakupan air melebar. Ekspansi air
meluas. Sungai-sungai, danau, dan laut, seolah terdesak oleh kekuatan
air. Daya tampung melebihi kapasitas, air pun meluber kemana-mana.
Taman Bumi, pancaran wajah lestari di
planet ini. Pohonnya merimbun. Air kalinya bersih, layak diminum bagi
makhluk hidup.
![]() |
(design by stockbyte) |
Taman Bumi, istilah yang mulai
dibumikan sejak tahun 1999 masehi. Tuk tujuan konservasi, edukasi,
dan pembangunan berkelanjutan.
Taman Bumi, bukanlah rekayasa manusia.
Taman Bumi anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Taman Bumi wajib terus
dijaga dari generasi ke generasi.
Taman Bumi cerminan kekuasaan mutlak
yang dimiliki Tuhan, yang kadang ada manusia-manusia kehilangan
sadar, mengganggap diri manusia sebagai mahkluk super tak
terkalahkan.
Bukan dunia khayalan, taman bumi itu
memang nyata. Indonesia menyimpannya, ini dapat dibuktikan kalau mau
datang mengunjungi daerah di antaranya, ke Gunung Batur provinsi Bali
atau Merangin provinsi Jambi.
Di dunia eropa sana, setelah tahun 1999
masehi dibentuklah European Geopark Network. Cita-citanya tak
lain dan tak bukan, untuk gerakan pelestarian kawasan taman bumi,
walau dalam perkembangannya kemudian menjadi gerakan yang mengglobal.
Hubungan manusia dengan alamnya
dianjurkan terjaga baik. Sebab persahabatan manusia bersama alam
lestari menggambarkan surga telah tercipta di planet bumi ini.
Air dan tumbuhan, termasuk binatang
adalah satu kesatuan yang saling terkait. Rangkaian yang tak boleh
terputus. Jika satu di antaranya punah, sirna dari kehidupan, maka
seakan dunia pincang, tak seimbang.
Manusia tertimpa bencana alam, karena
mungkin ulah manusia itu sendiri. Banjir bandang, tanah longsor,
sinar matahari yang teriknya semakin ganas, pemicunya adalah dari
kelakukan para manusia yang hidup serakah. Beginilah ungkapan bijak
yang boleh mengutip secara gratis dari para ilmuwan lingkungan dan
ahli agama. ( )
Komentar
Posting Komentar