BUMI DAN LANGIT
Bumi dan Langit
MENYUSURI jalan tanpa tujuan memasuki alam bumi hutan
belantara. Beragam tumbuhan hidup rindang, semak-belukar beraneka ragam rupa
dan bentuk, menyelimuti tanah bumi, Jawa.
Alam lestari yang menghijau bagai mendamaikan dunia.
Rimbunan tumbuhan yang hidup, bukan lagi sekedar memancarkan warna hijaunya. Lebih
dari ini, juga melemparkan aura ketentraman hidup.
Keheningan di alam hutan pertanda begitu harmonisnya
bumi ini. Mau berterus terang, menjalin interaksi yang baik dengan makhluk lainnya,
menerima anggapan sebagai ladang pencarian hidup bagi binatang-binatang.
Alam bumi merapi Yogyakarta yang rindang lestari (photo by budi susilo) |
Aroma tanah dan tumbuhan hutan membius masuk ke lubang
hidung yang paling dalam. Inilah hutan belantara yang tidak sampai satu detik langsung
ingin bersatu bersaudara, merasa akrab, ingin lebih dekat dengan manusia.
Kadang sebaliknya, manusia tak tahu diri mengingkari
persahabatan alam hutan. Manusia membalas persaudaran hutan dengan tindakan
keji yang merusak, membabat habis hingga membuat mati eksistensi hutan
belantara demi kepuasan nafsu manusia.
Menatap ke atas, hutan belantara dipayungi awan langit
yang kadang putih biru, atau hitam dan keabu-abuan. Awan langit selalu indah.
Selain sebagai pelindung bumi, langit mau berbaik hati selalu menghibur manusia.
Di pagi, siang dan malam, langit mau memberikan cahaya
penerangan atau guyuran hujan. Langit tak pernah lelah, setiap malam
dikesunyiannya dari hiruk-pikuk manusia, langit mau memberi hiburan dengan
tebaran kerlap-kerlip keindahan cahaya bintang dan pesona terang rembulan.
Tetapi sungguh terhina, manusia yang serakah tak punya
rasa, sebaliknya merusak keindahan langit. Manusia membalas langit tidak dengan
kebaikan, dibalas oleh manusia dengan kerusakan berupa lemparan asap gas emisi
knalpot kendaraan bermotor dan asap cerobong pabrik.
Langit biru nan putih sebagai atap bumi lestari merapi (photo by budi susilo) |
Langit rupanya masih tetap sabar. Langit masih tetap menjadi
langit. Sejauh ini langit masih mau melindungi bumi. Sejauh mana langit akan
marah besar, hanya manusia itu sendiri yang bisa menjawabnya. Yang jawabannya
dapat terjawab melalui refleksi manusia, mengerti akan sebuah hakikat hidup dan
keseimbangan alam.
Lalu seberapa mudahnya Tuhan menciptakan alam bumi
hutan belantara beserta atap langit ini. Pastinya, bukanlah hal yang mudah,
manusia tak akan mampu menandingi kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
pencipta alam semesta.
Kerahmatan Tuhan tak ada habisnya. Tuhan selalu
memberikan kasih sayang. Tuhan melalui hasil kreasinya, bumi dan langit,
memberikan kebaikan bagi semua insan, hewan, dan tumbuhan. ( )
Komentar
Posting Komentar