KIRAB BUDAYA KERAJAAN SENUSANTARA

Orang Sabang Hingga Merauke 
Ramaikan Jakarta



RINTIK hujan belum juga turun, walau matahari sudah malu-malu ngumpet di balik awan abu-abu yang sudah menyelimuti pusat Kota Jakarta, sebagai kota metropolitan. 

Namun ibu-ibu, para wanita muda, anak-anak, dan semua pria rupanya tak menampakan wajah mendung. Semuanya memuntahkan rasa riang, tak kenal lagi apa itu rasa murung. 

Harap-harap bahagia, mereka menanti parade budaya nusantara yang digelar di taman Monumen Nasional (Monas), Minggu (8/12/2013) sore.

Peserta Kirab Budaya dari barisan Paskibraka Republik Indonesia (photo by budi susilo)

Ribuan warga yang datang dari Jakarta dan kota sekitarnya tumpah ruah, mengerubungi komplek Monas yang kali ini menggelar event budaya bertaraf internasional.

Kontan, akibat membeludaknya warga, petugas Satpol PP, berserta panitia penyelenggara pun tampak kewalahan untuk mengawal jalannya parade yang melintasi taman dan jalan raya seputaran Monas.

“Tolong ya, nontonnya di trotoar saja, pasti nanti kelihatan. Jangan ke tengah jalan, agar tak ganggu pawainya,” imbuh Harto, seorang petugas Satpol PP yang mencoba menertibkan warga di pinggiran Jalan Merdeka.

Sejak siang, sekitar pukul 14.00 Wib, warga sudah menyemut di sekitaran Monas. Memang, event ini menyedot perhatian publik, mengingat acaranya gratis dan bermuatan cita rasa seni yang tinggi. 

Acaranya bertema Pagelaran Agung Budaya Keraton Sedunia atau World Royal Heritage Festival 2013 memuat menu tarian dan peragaan busana penjuru nusantara, menampilkan 169 kasunanan, saoraja, pura, lembaga adat dan 30 kereta kencana.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budhiman, tujuan penyelenggaraan event tersebut untuk mempromosikan Kota Jakarta sebagai kota pariwisata. “Antusias warga luar biasa. Semoga dunia wisata Jakarta terus maju sampai ke seluruh dunia,” harap pria berkacamata ini.

Bagi mereka penyuka budaya nusantara, tentu saja acaranya sangat berkesan, memberikan makna yang terdalam bagi kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia yang kaya akan ragam kulturnya.

Termasuk bagi mereka para penggemar hobi fotografi. Sejak siang mereka sudah pasang badan, mencari posisi yang bagus agar bisa mendokumentasikan kirab budaya nusantara ini dengan memuaskan.

Dimulainya parade berlangsung sekitar pukul 15.00 wib. Di antara parade tersebut, tampak Gubernur DKI Jakarta dan Wakilnya menunggangi kereta kencana dari keraton Surakarta dengan mengenakan busana khas prajurit Jakarta yang berselempang kain merah putih.

Alhasil, warga yang menyaksikan pun berdecak kagum, mereka tak lupa untuk menjepret kamera foto, mengabadikan Jokowi dan Ahok bergaya busana adat di atas kereta kencana.

Warga menyapanya dengan histeris seperti bertemu selebritis papan atas. Terutama para wanitanya, berteriak sebut-sebut nama Jokowi dan Ahok. Maka kedua pemimpin itu pun menyambutnya dengan hangat, dengan melempar senyum dan sambil melambaikan tangan ke para pengunjung kirab budaya.

Barisan parade yang paling terdepan adalah para pemuda-pemudi Indonesia yang tergabung dalam Paskibraka. Ciri khasnya yang berpakaian putih dengan membawa bendera kebangsaan Indonesia membuat event ini jadi lebih bernilai, mengandung pesan-pesan pendidikan nasionalisme. 

Selain itu, puluhan kereta kencana yang melintas pun seakan membawa suasana Jakarta ke era abad jaman dahulu kala, sebelum adanya musim kolonialisme dari negara-negara luar.

Kereta kencana tersebut berisi orang-orang yang berpakaian adat dari seluruh penjuru nusantara, dari sabang hingga merauke. Tentu saja, bagi penonton umuran anak-anak sungguh bermanfaat, sebab dapat mengenal ragam suku budaya yang ada di Indonesia.  

Hal yang menarik juga adalah parade dari masyarakat adat tanah Papua, sebagai penutup barisan parade kirab budaya. Dengan menggunakan baju adat khas Papua yakni koteka, sambil berjalan kaki dan menari memberikan hiburan tersendiri bagi warga yang menonton. Sangat menghibur dan terlihat unik.

Cuaca saat itu pun rupanya tak mau ketinggalan, ingin juga meramaikan gelaran kirab budaya. Sekitar pukul 15.30 wib, awan yang mendung mulai menurunkan air hujan yang mengguyur halus, ini sebagai pertanda gerimis sore terjun langsung mengiringi parade. 

Meski rintik hujan turun ke bumi, warga yang menonton tetap berada di tempat dan peserta parade budaya juga masih terus berjalan kaki, menikmati sore Jakarta dengan harapan acara dapat berlangsung sukses.

Dan harapan itu pun terbukti terkabul. Acara dapat berjalan dengan aman dan tertib. Warga yang datang menonton pun begitu menikmati secara puas, terhibur, dan peroleh tambahan wawasan mengenai nusantara. ( )  


(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)



(photo by budi susilo)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

CANDI GARUDA YOGYAKARTA