KERATON KESULTANAN YOGYAKARTA



Mengintip Kehidupan Raja Jawa

NIKMATNYA jadi raja, dengan menjentikan jari dan lambaian tangan maka terpuaskan nafsu ku. Ya, ini hanyalah sepenggal kutipan dari sebuah lagu yang dipopulerkan oleh grup band rock Indonesia, RIF, yang berjudul Andai Ku jadi Raja.

Bayangan menjadi raja itu serasa asik. Sebab, segala permintaan sang raja dapat dituruti, hidup selalu dalam kemudahan, meski ada prasyaratnya sang raja harus berhasil terlebih dahulu mengayom dan mampu ciptakan rasa keadilan di tengah rakyatnya.

Suasana pintu gerbang Donopratopo Keraton Yogyakarta, Minggu (1/12/2013). Lokasi ini layak menjadi wisata keluarga yang bernuansa pendidikan dan budaya. (photo by budi susilo)

Memang inilah fakta yang pernah ada, kabar yang telah hidup di tengah masyarakat tanah pulau Jawa, yang pernah menerapkan sistem pemerintahan monarki. Apa betul demikian ?

Karena itu, timbulah rasa penasaran. Ada keinginan untuk lebih tahu lagi secara mendalam, mengenai seluk-beluk dan ciri khas dari kehidupan sistem kerajaan yang hidup di bumi Republik Indonesia. 

Pada kesempatan ini, saya pun sempatkan diri menyambangi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Kesultanan Yogyakarta di hari Minggu (1/12/2013) pagi. 

Pengunjung saat itu, bukan saya saja, orang-orang lain pun tentunya punya rasa penasaran juga. Walau pengunjung tidak sampai membludak padat, pengunjung saat itu terbilang cukup ramai, dari anak-anak hingga orang tua antusias memasuki komplek keraton Yogyakarta.

Cukup mengeluarkan uang saku sebesar Rp 5 ribu untuk per orangnya, kita bisa masuk dan puas melihat-lihat suasana interior keraton Yogyakarta dan aktivitas orang-orang abdi dalem keratonnya. 

Dan bagi yang ingin mengabadikan photo atau merekam dalam bentuk video berbagai hal pernak-pernik di dalam keraton, maka diwajibkan untuk menambah iuran sebesar Rp 1000. 

Di dalam keraton, luas tanahnya begitu luas. Keberadaan pohon-pohon di dalam pun masih banyak yang rindang. Antara lain ada pohon Sawo Kecik. Alhasil suasana pun menjadi adem dan asri. Begitu pun sesekali kicauan burung terdengar, memberikan atmosfir keraton lebih semarak.   

Pendopo-pendopo tampak bersih, bertektstur indah, bernilai seni tinggi, meski para pengunjung diwajibkan tetap menjaga kesopanan, dan tak bebas untuk menginjak lantai di pendopo tertentu.

Ketika masuk lebih dalam, dapat menemukan bangunan yang difungsikan sebagai museum keraton. Isinya beraneka ragam, ada yang menggambarkan tentang cerita kehidupan para sultan Yogyakarta dengan barang-barang koleksinya serta beberapa foto sultan di dalam dan luar negeri.

Di antara koleksi barang yang dimiliki, ada kamera kuno, koleksi senjata, pakaian dinas keraton, dan fashion ala barat yang pernah dipakai sultan pun terpajang di lemari-lemari kaca yang bisa dilihat bebas oleh para pengunjung museum.

Setidaknya melihat ke dalam museum itu, dapat mengetahui gambaran umum seperti apa kehidupan raja di tanah Jawa. Apakah memang seperti yang dijelaskan grup band RIF, lewat judul lagunya Andai Ku Jadi Raja. 

Rasa penasaran akan jejak hidup seorang manusia sebagai raja, akan terjawab melalui museum ini. Tentu saja ada nilai-nilai pelajaran yang bisa diambil, dan harapannya dapat dijadikan suri teladan di kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini, serta di masa mendatang nanti. ( )

Gerbang Donopratopo Keraton Yogyakarta yang indah (photo by budi susilo)

Pendopo yang ada di dalam komplek keraton Yogyakarta (photo budi susilo)

Sebuah bangunan yang ada di dalam komplek keraton Yogyakarta (photo by budi susilo)

Pengunjung memenuhi interior keraton Yogyakarta (photo by budi susilo)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

CANDI GARUDA YOGYAKARTA