ANTARA TAMAN KOTA DAN TAMAN UANG
Antara Taman
Kota & Taman Uang
DUDUK di bangku panjang taman kota, adalah pilihan aku
pada siang itu, Rabu (27/11/2013). Taman itu bernama taman Gandaria, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, yang memiliki bangku panjang besi, bercat hijau tua.
Ditemani rerumputan hijau dan pohon yang tinggi
rindang, sesekali juga ada kicauan merdu dari burung-burung liar yang hinggap
di alam taman kota.
Tak lama singgah, pikiran pun kala itu memuntahkan
sebuah pertanyaan, kenapa sebuah taman kota di ibukota begitu langka. Sulit
untuk dicari, dan lokasinya pun jauh untuk dijangkau.
Renungan ini berangkat dari teriakan jiwa dan raga
yang menegaskan, bahwa taman kota itu memberi rasa nyaman dan ketentraman hati
dan pikiran.
Beda sekali dengan keberadaan taman uang, atau yang
populernya disebut mall, plaza, atau trade center, telah membanjiri kota. Taman
uang telah merebak dimana-mana, tak sulit dicari, hanya berjarak ratusan meter
mudah ditemukan.
Terbukti, berdasar data dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta tahun 2013, bahwa
Jakarta punya 173 mall yang jika ditotal berdiri di atas lahan seluas 3.920.618
meter persegi, atau 392 hektare dengan hitungan per tahunnya tumbuh 3,9 persen.
Bandingkan dengan taman kota, di Jakarta seolah dianggap
kebutuhan yang pemenuhannya di nomor buncit. Secara jumlah luasan tanah, taman
kota lebih sempit, dibandingkan dengan jumlah pusat perbelanjaan. Taman kota di
Jakarta, angkanya hanya mencapai 186,95 hektar.
Tidak salah, sebuah taman uang berdiri megah di tengah
perkotaan yang padat, melampiaskan kepuasan orang-orang yang punya gairah hedonisme. Mengingat taman uang setiap
harinya menebar produk-produk yang konsumtif.
Oke juga, taman uang dibangun dengan memakan ruang
hijau demi satu alasan untuk pamer kemajuan jaman modern. Inilah kata
orang-orang yang punya prinsip, uang adalah segalanya.
Alangkah indahnya, jika keberadaan taman kota yang
semestinya diutamakan, dan masuk bagian pola kehidupan di sepanjang jaman guna
menangkal bahayanya gejala pemanasan global. Bukan sebaliknya, taman uang yang lebih
dibanggakan.
Taman kota jangan disepelekan, penyebaraan taman kota
harus meluas ke berbagai tempat, agar kota bisa tertutup oleh alam hijau yang lestari
dan aneka ragam kehidupan pun dinamis, tumbuh berkembang.
Bukan taman uang, yang lebih banyak mengekspresikan bangunan-bangunan
beton. Atas nama pembangunan, pohon-pohon ditumbangkan, daerah resapan air
sirna, dan pemandangan alam yang asri dianggap bukan jamannya lagi. Sungguh
salah, ini tentu menyesatkan.
Untung bagi manusia jika di sekelilingnya banyak
taman-taman kota, karena apa ? Sebab melalui taman kota, segala gundah gulana
kehidupan, pahitnya pikiran, akan hilang ditelan aura positif taman kota.
Coba rasakan sendiri, kunjungi beberapa taman kota
yang ada. Yang pasti sekali lagi, ketika sedang berada di taman kota, manusia
itu akan mampu menggeser hal-hal pikiran buruk.
Tentu saja, saat berhasil menggeser hal-hal buruk,
maka manusia itu akan membentuk pribadi yang senang dan menang. Serta tak akan
pernah takluk, oleh sesuatu yang terkutuk.
Sebab, alam asri yang rindang mengajarkan manusia
untuk selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akan mengetahui sebuah
hakikat kehidupan. ( )
Komentar
Posting Komentar